Sport / Arena
Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB
Pemanah Indonesia Diananda Choirunisa membentangkan bendera Merah Putih usai mengalahkan pemanah Vietnam Huyen Diep Trieu pada final nomor panahan Recurve perorangan Putri SEA Games 2025 di Football Field 1, Sport Authority of Thailand, Hua Mak, Bang Kapi, Bangkok, Thailand, Rabu (17/12/2025). Diananda meraih medali emas setelah mengalahkan pemanah Vietnam Huyen Diep Trieu. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.
Baca 10 detik
  • Indonesia meraih posisi runner-up SEA Games 2025 di Thailand dengan total 91 emas, sebuah pencapaian bersejarah tiga dekade.
  • Pengamat menekankan evaluasi kritis pada cabor terukur seperti renang dan atletik untuk menghadapi Asian Games dan Olimpiade mendatang.
  • Keberlanjutan prestasi memerlukan pembangunan fasilitas modern dan peningkatan intensitas kejuaraan internasional.

Suara.com - Panggung olahraga Asia Tenggara baru saja menjadi saksi bisu kebangkitan mentalitas juara kontingen Indonesia. Dalam ajang SEA Games 2025 yang diselenggarakan di Thailand, Indonesia berhasil mengunci posisi sebagai runner-up klasemen akhir.

Sebuah pencapaian yang memicu decak kagum sekaligus menjadi bahan refleksi penting bagi masa depan pembinaan atlet di tanah air.

Pengamat olahraga kawakan, Fritz Simanjuntak, memberikan pandangannya terkait performa para pejuang Merah Putih.

Meski merasa bangga, Fritz menekankan bahwa keberhasilan ini bukan sekadar angka di papan klasemen, melainkan sebuah sinyal bahwa ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus segera diselesaikan demi mempertahankan konsistensi di kancah internasional yang lebih tinggi.

Pencapaian Indonesia di Thailand kali ini bukanlah prestasi biasa. Dengan raihan 91 medali emas, 112 perak, dan 130 perunggu, Indonesia sukses mengamankan peringkat kedua.

Catatan ini menjadi tonggak sejarah baru karena untuk pertama kalinya dalam tiga dekade terakhir, Indonesia mampu finis di posisi kedua saat tidak bertindak sebagai tuan rumah.

Terakhir kali Indonesia mencatatkan prestasi serupa adalah pada edisi 1995 di Chiang Mai, Thailand.

Tak hanya itu, raihan 91 medali emas tahun ini melampaui rekor emas terbanyak Indonesia di luar negeri yang sebelumnya dipegang pada SEA Games 1993 Singapura dengan 88 medali emas.

"Sangat bagus ya, kita perlu mengapresiasi pencapaian para atlet, pelatih, ofisial, dan pemangku kepentingan lain," kata Fritz kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Baca Juga: Kontingen Indonesia Kemas 91 Emas di SEA Games 2025 Sukses Lewati Target Awal

Namun, di balik euforia tersebut, Fritz mengingatkan agar seluruh elemen olahraga nasional tidak terlena oleh statistik manis ini. Fokus besar harus dialihkan pada bagaimana mempertahankan performa ini menuju ajang yang lebih prestisius.

Sorotan pada Cabang Olahraga Terukur: Renang dan Atletik

Salah satu poin kritis yang menjadi sorotan Fritz adalah performa pada cabang olahraga (cabor) terukur, khususnya renang dan atletik.

Menurutnya, dua cabor ini merupakan lumbung medali sekaligus indikator nyata kemajuan kualitas fisik dan teknik atlet sebuah negara.

Mengingat agenda besar di depan mata, seperti Asian Games 2026 Aichi-Nagoya dan Olimpiade 2028 Los Angeles, evaluasi pada catatan waktu atlet menjadi harga mati. Fritz menekankan bahwa persaingan di tingkat Asia dan dunia jauh lebih ketat, di mana selisih sepersekian detik sangat menentukan hasil akhir.

"Harus dipersiapkan serius apalagi tahun depan ada Asian Games 2026 (Aichi-Nagoya), dan Olimpiade 2028 Los Angeles tidak terlalu lama lagi. Harus diperhatikan agar catatan waktu para atlet cukup untuk bisa lolos dan kalau memungkinkan medali," katanya.

Load More