Suara.com - Sebuah senjata hipersonik yang sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat meledak hanya empat detik setelah diluncurkan dari pangkalan militer di Alaska pada Senin dini hari (25/8/2014), demikian diumumkan Pentagon.
Senjata itu adalah bagian dari sebuah program untuk menciptakan sebuah rudal yang bisa menghancurkan target mana pun di muka Bumi dalam waktu kurang dari satu jam setelah diluncurkan.
Peluncuran itu sengaja dibatalkan dan rudal diledakkan di tengah jalan untuk menjaga keamanan publik. Departemen Pertahanan AS, Pentagon, mengatakan pembatalan itu dilakukan karena ditemukan masalah dalam sistem persenjataan tersebut.
"Kami harus menghentikannya. Senjata itu meledak saat akan tinggal landas dan jatuh di dalam area pangkalan," kata Maureen Schumann, juru bicara Departemen Pertahanan AS.
Senjata itu diluncurkan dari Kodiak Launch Complex, Alaska, AS sekitar pukul 4 pagi waktu setempat. Menurut Schumman insiden itu menyebabkan kerusakan di dalam fasilitas tersebut.
Pembatalan itu sendiri merupakan kemunduran dari program yang oleh sejumlah analis dinilai sebagai langkah antisipasi AS terhadap pengembangan rudal balistik Korea Utara, Iran, dan Cina. Negara yang disebut terakhir sudah menguji coba sistem senjata hipersoniknya pada Januari lalu.
Riki Ellison, pendiri lembaga nirlaba Missile Defense Advocacy Alliance, mengatakan bahwa kegagalan peluncuran rudal itu tidak akan membuat program tersebut dibatalkan.
"Ini adalah misi yang penting dan teknologi ini menjanjikan," kata dia, sambil menambahkan bahwa pembatalan uji coba itu karena ditemukan masalah pada komputer.
Sementara menurut Anthony Cordesman, analis pertahanan di lembaga studi Center for Strategic and International Studies, teknologi itu cocok digunakan untuk memerangi negara kecil, yang tidak punya sistem rudal canggih.
"AS tidak pernah berpikir untuk menggunakan sistem ini melawan kekuatan besar seperti Cina," kata Cordesman.
Senjata yang dikenal sebagai Advanced Hypersonic Weapon itu dikembangkan oleh Sandia National Laboratory dan militer AS.
Dalam uji coba sebelumnya pada November 2011, senjata itu berhasil terbang dari Hawaii ke Kwajelein Atoll, di Republik Kepulauan Marshall, di sebelah utara Papua. Sementara pada uji coba kemarin, rudal itu harusnya melesat dari Alaska ke Kwajelein Atoll. (Reuters)
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Klarifikasi Komdigi soal Viral Wacana Balik Nama Jual Beli HP Mirip Motor: Sifatnya Sukarela
-
RRQ dan Evos Wakili Indonesia di Turnamen Dunia FFWS Global Finals 2025 Free Fire
-
Pakai Chip Anyar Qualcomm, Hands-On Realme GT 8 Pro Beredar
-
Advan Workplus Air Resmi, Laptop Tipis dengan AMD Ryzen 5 Harga Rp 8 Jutaan
-
10 HP Android Terkencang Versi AnTuTu September 2025: Xiaomi 17 Pro Max Nomor Satu
-
Cek HP atau Tablet Xiaomi Kamu Mana yang Siap Terima Pembaruan HyperOS 3
-
Fakta-Fakta Hujan Meteor Draconid yang Salah Satunya Jatuh di Cirebon
-
5 Rekomendasi Smartwatch Murah dengan SIM Card di Bawah Rp 1 Juta
-
Saingi Xiaomi 17, Chip Q3 pada iQOO 15 Diklaim Tawarkan Ray Tracing Skala Penuh
-
10 Game Anime Terbaik di PC yang Wajib Dicoba, Ada One Piece Odyssey