Suara.com - Padi, tumbuhan yang menghasilakan beras, sumber makanan utama dari 50 persen populasi dunia, rupanya sudah pernah tiga kali dibudidayakan sepanjang sejarah peradaban manusia, demikian kata para ilmuwan di University of Manchester, Inggris.
Studi itu fokus pada tiga jenis beras, yakni Indica yang lebih panjang, tidak lengket, dan banyak ditemukan di dataran rendah tropis Asia; Japonica, jenis yang lebih pendek dan lengket; dan Aus, jenis beras yang lebih tahan terhadap lingkungan kering dan banyak ditanam di Banglades.
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya para ilmuwan yakin bahwa padi hanya pernah satu atau dua kali dibudidayakan, yakni ketika jenis Japonica dan Indica diperkenalkan sekitar 10.000 tahun silam.
Tetapi sebuah analisis terbaru dari Terry Brown dan Peter Civan menunjukkan bahwa Aus adalah jenis padi lain yang dibudidayakan terpisah di sekitar India hingga Banglades.
Tim yang dipimpin Brown dan Cian meneliti data genetika dari 446 jenis padi liar untuk melihat kesamaannya dengan Aus. Secara khusus mereka mencari apa yang disebut sebagai "domestication sweeps", bagian-bagian genom yang berbeda dari padi liar, yang menurut para ilmuwan telah dipilih oleh para petani karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan butiran padi lebih banyak.
Brown dalam studinya menemukan, berdasarkan bukti genetika yang mereka kumpulkan, ditemukan bahwa gen-gen unggul ini ada pada sejumlah jenis padi liar yang tumbuh merata di kawasan Asia Selatan. Jadi, kemungkinan besar para petani pada masa lalu memilih jenis-jenis padi dengan gen unggul ini dan mulai membudidayakannya.
Tetapi mengapa asal-muasal padi begitu penting?
Padi, menurut para ilmuwan, adalah salah satu faktor yang mendukung berdirinya peradaban-peradaban besar di Asia dan mendorong budaya pertanian berskala besar di Asia. Dengan kata lain, memahami padi bisa membantu manusia modern memahami perkembangan sejarah peradaban di seluruh Asia. (Phys.org)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
Terkini
-
Xiaomi Umumkan Jadwal dan Perangkat yang Siap Menerima Update HyperOS 3.0 Stabil
-
Biodata Zeys: Pemain Profesional hingga Pelatih Berprestasi di Esports
-
7 Hewan dengan Kekuatan Superpower Alami yang Luar Biasa
-
Lazada Sebut Fitur AI Mampu Tingkatkan Belanja Online di Tanggal Kembar 9.9
-
Deretan Fitur AI di HP Realme, Lengkap dari Kamera hingga Gaming
-
Infinix GT 30 Masuk Indonesia 24 September, HP Gaming Banyak Fitur AI
-
39 Kode Redeem FF Hari Ini 19 September 2025, Skin SG2 dan Scar Megalodon Menanti
-
Redmi Pad 2 Play Bundle Masuk Indonesia, Tablet Xiaomi Rp 2 Jutaan Cocok untuk Anak
-
Riset Ungkap Kecepatan Internet Indonesia Nomor 2 Paling Lelet di Asia Tenggara
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB, Performa Kencang Harga Terjangkau