Suara.com - Facebook akan membiarkan para penggunanya menayangkan aksi melukai diri sendiri atau percobaan bunuh diri karena media sosial tersebut "tidak mau menyensor atau menghukum orang yang sedang tertekan, yang mau melakukan bunuh diri."
Kebijakan Facebook ini diketahui dari sebuah dokumen yang diperoleh oleh media Inggris, The Guardian. Dokumen yang bocor itu berisi panduan bagi para moderator Facebook untuk menyensor konten-konten yang diunggah oleh miliaran pengguna Facebook di dunia.
Dokumen berisi panduan itu, jelas Facebook disusun berdasarkan sara dari sejumlah pakar. Panduan itu sendiri dibuat sebagai bagian dari upaya Facebook untuk mengatasi melonjaknya konten-konten kekerasan di media sosial tersebut.
Menurut informasi yang diperoleh The Guardian, Facebook dalam enam bulan terakhir khawatir dengan cara para pengguna memanfaatkan layanannya.
Berdasarkan dokumen yang beredar di antara para moderator Facebook, jumlah konten yang berisi perilaku kekerasan terhadap diri sendiri memang semakin meningkat.
Dalam salah satu dokumen dari pertengahan tahun lalu bahkan disebutkan bahwa ada 4.531 laporan terkait konten berisi aksi kekerasan terhadap sendiri yang dikumpulkan oleh para moderator Facebook dalam periode dua pekan. Sementara pada tahun ini, pernah ada 5.016 laporan konten konten kekerasan terhadap diri sendiri dalam periode satu pekan.
Dokumen-dokumen itu juga menjelaskan petunjuk bagaimana Facebook berusaha untuk menghubungi lembaga-lembaga berwenang, ketika ada penggunannya yang berusaha melakukan bunuh diri.
Tetapi berdasarkan dokumen yang diperoleh The Guardian, Facebook kini punya kebijakan berbeda. Alih-alih mencegah para pengguna mengunggah konten berisi upaya bunuh diri, Facebook akan membiarkannya saja.
"Kita kini menyaksikan semakin banyak konten video, termasuk aksi bunuh diri, disebar di Facebook. Kita tidak akan menyensor atau menghukum orang-orang yang sedang tertekan, yang berusaha bunuh diri. Menurut para ahli, yang paling aman bagi orang-orang ini adalah membiarkan mereka menyiarkan aksinya sehingga mereka bisa terus berhubungan dengan para penonton," bunyi dokumen tersebut.
"Akan tetapi, karena ada risiko perilaku itu menular maka kita harus segera menghapus konten itu segera setelah dipastikan bahwa orang tersebut tak bisa ditolong," bunyi dokumen itu lebih lanjut.
Para moderator juga diperintahkan untuk "menghapus semua konten berisi bunuh diri kecuali konten-konten itu punya nilai berita."
Monika Bickert, kepala bidang manajemen kebijakan global Facebook, mengatakan bahwa pihaknya punya pertimbangan sendiri untuk membiarkan konten-konten bunuh diri tetap ditayangkan di media sosial tersebut.
"Kami sering melihat ada momen tertentu atau peristiwa yang menjadi bagian dari pembicaraan publik, sehingga layak untuk dipertahankan di platform kami," kata Bickert.
Bickert mengatakan bahwa Facebook bekerja sama dengan media untuk memahami peristiwa-peristiwa yang tersebut. Ia memberi contoh dari peristiwa Serangan 11 September 2001 terhadap menara kembar WTC di New York, AS.
"Misalnya pada 11 September 2001, seorang pengguna membagikan video orang-orang yang melompat dari menara kembar. Jika peristiwa itu disiarkan langsung di Facebook, itu akan menjadi salah satu momen yang tidak akan kami hapus," ujar Bickert.
"Baru-baru ini kami memutuskan untuk membiarkan sebuah video yang menggambarkan seorang lelaki di Mesir membakar dirinya sendiri, sebagai bentuk protes atas kenaikan harga," tutup Bickert.
Tag
Berita Terkait
-
Cara Liat Akun Facebook Orang Lain yang Diblokir
-
Fenomena "Salam Interaksi": Mengapa Facebook Pro Diminati Banyak Emak-Emak?
-
Tertipu Loker Fiktif di Jakarta, Pemuda Garut Terdampar Tengah Malam Tanpa Uang dan Dokumen
-
Meta Rilis Fitur Akun Khusus Remaja ke Indonesia, Biar Anak Makin Aman Main Facebook
-
Facebook-Instagram Buka Suara soal Wacana Satu Orang Satu Akun Medsos di Indonesia
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Xiaomi 15T Series Resmi Perdana Dijual Serentak di 14 Kota: Rasakan Mobile Photography Profesional
-
11 Kode Redeem FF Terbaru 4 Oktober 2025, Banjir Skin Gratis dan Emote Sultan
-
19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025: Skuad Auto Gacor, Klaim Ballon d'Or
-
7 Prompt Gemini AI Foto Malam Mingguan Bareng Pacar di Tempat Romantis
-
Daftar HP Rp1 Jutaan Oktober 2025: Ramah di Kantong, Spek Tetap Berjaya
-
Sony Luncurkan FE 100mm F2.8 Macro GM OSS: Lensa Makro Telefoto Medium Pertama dalam Seri G Master
-
Isu Jual Beli Hp Wajib Balik Nama, Kemkomdigi Sebut Daftar IMEI Tidak Wajib
-
4 Deretan Fakta Wacana Beli HP Bekas Kayak Beli Motor, Mesti Balik Nama Biar Aman?
-
Apa Dampak Usai Izin TikTok Dibekukan Pemerintah, Masih Bebas Bikin Konten?
-
Ini Bukti Peluncuran Oppo Find X9 dan Find X9 Pro Makin Dekat