Suara.com - Eksploitasi yang aktif dan berkeliaran bebas di dunia maya kini menjadi ancaman siber pada Q2 2017. Hanya dalam waktu 3 bulan, solusi Kaspersky Lab berhasil memblokir lebih dari lima juta serangan yang melibatkan eksploitasi dari arsip yang bocor di web.
Pertumbuhan eksploitasi tersebut mencapai puncaknya pada akhir kuartal, hal ini menunjukkan skala ancaman siber terus terjadi. Ini adalah temuan utama dari Laporan Kaspersky Lab tentang Malware Q2.
Eksploitasi adalah sejenis malware yang menggunakan bug di perangkat lunak, untuk menginfeksi perangkat dengan kode berbahaya tambahan seperti trojan perbankan, ransomware atau malware untuk spionase siber. Serangan yang dilakukan dengan bantuan eksploitasi termasuk yang paling efektif karena pada umumnya tidak memerlukan interaksi pengguna, dan mereka dapat mengirimkan kode berbahaya tanpa rasa curiga apapun dari pengguna.
Kuartal kedua di tahun 2017 mengalami gelombang besar kerentanan, yang beredar secara bebas, ini karena sejumlah eksploitasi telah bocor di web. Hal ini menyebabkan perubahan signifikan dalam lanskap ancaman siber.
Ditandai oleh aksi yang dilakukan oleh kelompok hacker Shadow Broker yang mempublikasikan arsip "Lost in Translation", yang berisi sejumlah besar eksploitasi untuk berbagai versi Windows.
Sebagian besar kerentanan ini sudah terprediksi sebelumnya dan sudah diamankan oleh Microsoft sebulan sebelum kejadian kebocoran. Tapi publikasi tersebut tetap menyebabkan konsekuensi yang cukup merugikan.
Jumlah rata-rata serangan per hari juga terus meningkat. Sebanyak 82 persen serangan terdeteksi dalam 30 hari terakhir di kuartal ini.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh malware yang menggunakan eksploitasi dari arsip tersebut serta jumlah pengguna yang terinfeksi, tidak terhitung lagi jumlahnya. Wabah global ExPetr dan WannaCry menjadi contoh yang paling menonjol. Contoh lainnya adalah kerentanan CVE-2017-0199 di Microsoft Office, yang ditemukan pada awal April.
Jumlah pengguna yang terkena serangan tersebut mencapai puncaknya sebanyak 1,5 juta. Secara keseluruhan, 71 persen serangan terhadap pengguna ini memanfaatkan kerentanan CVE-2017-0199.
Baca Juga: Penjahat Serangan Siber Ini Akui Data dari Perbankan "Bermanfaat"
"Lanskap ancaman Q2 kembali menjadi peringatan bahwa kurangnya kewaspadaan adalah salah satu bahaya siber paling signifikan. Sementara vendor menambal kerentanan secara teratur, tetapi masih saja banyak pengguna yang tidak memperhatikan hal ini, sehingga mengakibatkan serangan berskala besar begitu rentan terkena komunitas kerjahatan siber yang luas," ungkap Alexander Liskin, ahli keamanan di Kaspersky Lab, dalam keterangan resminya.
Statistik ancaman online lainnya di laporan Q2 2017 meliputi, 342,566,061 serangan berbahaya dari sumber online yang terletak di 191 negara pada Q2 2017, berhasil digagalkan. Jumlah ini berkurang dibandingkan periode sebelumnya, di mana terdeteksi 479,528,279 serangan berbahaya dari sumber online yang terletak di 190 negara pada Q1 2017.
Percobaan infeksi oleh malware yang bertujuan mencuri uang melalui akses online ke rekening bank ditemukan di 224,675 komputer milik pengguna. Jumlah ini pun berkurang, dibandingkan dengan Q1 2017 yang hanya ditemukan di 288,000 komputer milik pengguna.
Serangan crypto-ransomware berhasil di blokir pada 246,675 komputer khusus, dibandingkan Q1 2017 yang ditemukan pada 240,799 komputer.
Solusi anti-virus Kaspersky Lab berhasil mendeteksi sebanyak 185,801,8835 objek berbahaya dan unik yang berpotensi membahayakan pada Q2, dibandingkan sebanyak 174,989,956 objek berbahaya dan unik yang berpotensi membahayakan pada Q1.
Rata-rata, 17,26 persen komputer di dunia yang tersambung ke Internet, setidaknya pernah menghadapi serangan web yang menggunakan objek berbahaya sekelas malware.
Untuk mengurangi risiko terinfeksi, pengguna disarankan melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti selalu memperbaharui perangkat lunak yang terpasang di PC dan aktifkan fitur pembaruan otomatis jika tersedia.
Kemudian sedapat mungkin, pilihlah vendor perangkat lunak yang memiliki solusi yang handal dalam mengatasi permasalahan kerentanan. Periksa apakah vendor perangkat lunak tersebut memiliki program bounty bug terhadap solusi milik mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Redmi 15C 5G Resmi, HP Murah Xiaomi dengan Kamera 50MP dan Baterai 6.000 mAh
-
Samsung Galaxy A17 4G Masuk Indonesia, HP Rp 2 Jutaan dengan Kamera 50MP
-
Meta Ray-Ban Display: Kacamata Pintar Calon Pengganti Smartphone, Cukup Kontrol dari Tangan
-
Ray-Ban Meta 2 Resmi Dirilis, Kacamata Pintar Bisa Rekam Video 3K
-
Oppo Siapkan ColorOS 16, Kapan Tanggal Rilis Resminya?
-
53 Kode Redeem FF Hari Ini 18 September 2025, Klaim Evo Gun hingga Skin Scar Megalodon
-
Redmi K90 Kantongi Sertifikasi Anyar, Ungkap Teknologi Pengisian Daya Ini
-
Deretan iPhone Paling Worth It di September 2025: Harga Terjangkau, iOS Mumpuni
-
14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 18 September 2025, Klaim Gems hingga Pemain OVR 111
-
Cara Buat Wallpaper 3D di iOS 26, Ubah Lock Screen iPhone Jadi Android