Suara.com - Aksi serangan siber yang dilakukan mulai dari peretas pemula maupun kelompok peretas canggih bergaya militer, saat ini semakin gencar dan memberikan dampak besar bagi banyak perusahaan atau organisasi.
Bercermin dari aksi serangan siber canggih dan epidemi ransomware yang baru-baru ini terjadi, WannaCry dan ExPetr, mengharuskan perusahaan siap untuk menghadapi serangan yang kuat.
"Karena itu, perusahaan harus lebih proaktif, sebelum terjadi serangan kita sudah harus sudah mengetahui kondisi organisasi kita dan keamanannya. Sayangnya, masih ada perusahaan yang merasa sulit mengidentifikasi kapan mereka sedang mengalami pelanggaran keamanan," kata Pre Sales Specialist, Kaspersky Lab Indonesia, Jemmy Handinata di Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Hal ini, kata dia, memang bisa menjadi masalah utama di dunia bisnis. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang lebih seimbang untuk bisa merespon insiden serangan siber, bukan hanya pada teknologi yang tepat, tetapi juga pada orang-orang dengan keahlian khusus dan melalui prosedur yang benar.
Untuk mengatasi serangan siber, lanjut Jemmy, teknologi adalah bagian terpenting. Perusahaan membutuhkan solusi keamanan yang melampaui pencegahan dan menyediakan paket yang lebih lengkap, seperti menambahkan fungsi deteksi dan respon.
Melalui penelitian yang dilakukan tahun ini, 56 persen perusahaan setuju bahwa mereka memerlukan alat yang levih baik untuk mendeteksi dan merespon advanced persistent threats (APT) canggih dan serangan yang ditargetkan.
Selanjutnya, perusahaan juga membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki spesialisasi khusus dalam hal keamanan TI, seperti manajemen SOC, repson terhadap insiden dan mendeteksi ancaman.
"Kurangnya pakar internal meningkatkan eksposur perusahaan terhadap serangan yang ditargetkan sebesar 15 persen dan meningkatkan dampak rata-rata finansial dari serangan terhadap perusahaan," ujar dia.
Tapi lebih daripada itu, untuk dapat secara efektif memerangu ancaman siber yang kompleks, perusahaan juga perlu memikirkan respons insiden sebagai sebuah proses, bukan tujuan.
Baca Juga: Waspada! Serangan Siber ke Perangkat IoT Meningkat di Tahun 2017
Hal ini juga tidak lagi menjadi tanggung jawab departemen keamanan TI, tapi juga melibatkan perencanaan strategis dan investasi pada tingkat tertinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
4 Rekomendasi iPhone Bekas Terbaik, Lengkap dengan Harganya di September 2025
-
Redmi 15C 5G Resmi, HP Murah Xiaomi dengan Kamera 50MP dan Baterai 6.000 mAh
-
Samsung Galaxy A17 4G Masuk Indonesia, HP Rp 2 Jutaan dengan Kamera 50MP
-
Meta Ray-Ban Display: Kacamata Pintar Calon Pengganti Smartphone, Cukup Kontrol dari Tangan
-
Ray-Ban Meta 2 Resmi Dirilis, Kacamata Pintar Bisa Rekam Video 3K
-
Oppo Siapkan ColorOS 16, Kapan Tanggal Rilis Resminya?
-
53 Kode Redeem FF Hari Ini 18 September 2025, Klaim Evo Gun hingga Skin Scar Megalodon
-
Redmi K90 Kantongi Sertifikasi Anyar, Ungkap Teknologi Pengisian Daya Ini
-
Deretan iPhone Paling Worth It di September 2025: Harga Terjangkau, iOS Mumpuni
-
14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 18 September 2025, Klaim Gems hingga Pemain OVR 111