Suara.com - Para peneliti Kaspersky Lab memantau berbagai kelompok pelaku ancaman berbahasa Rusia, Turla (juga dikenal sebagai Snake atau Uroburos) yang memanfaatkan evolusi terkini dari malware KopiLuwak, berupa kode yang hampir identik dengan teknik yang digunakan sebelumnya pada operasi Zebrocy, merupakan bagian dari Sofacy (juga dikenal sebagai Fancy Bear dan APT28), pelaku ancaman siber berbahasa Rusia yang sudah lama ada.
Para peneliti juga menemukan target yang tumpang tindih antara dua pelaku ancaman yaitu geopolitik di Asia Tengah serta entitas pemerintahan dan militer. KopiLuwak yang namanya diambil dari jenis kopi langka, pertama kali ditemukan pada bulan November 2016.
Cara kerjanya adalah mengirimkan dokumen yang berisi malware dengan macro yang diaktifkan dan menggunakan malware Javascript baru yang disamarkan. Setelah berhasil menyusup, malware ini dirancang untuk melakukan pengintaian sistem dan
jaringan.
Evolusi terbaru dari KopiLuwak terdeteksi pada pertengahan 2018, ketika peneliti Kaspersky Lab menemukan target baru di Suriah dan Afghanistan. Turla menggunakan vektor pengiriman spear-phishing dengan Windows shortcut (.LNK) file.
Analisis menunjukkan bahwa file LNK berisi PowerShell untuk melakukan decode dan menjatuhkan muatan KopiLuwak. PowerShell ini hampir identik dengan yang digunakan dalam aktivitas Zebrocy sebulan sebelumnya.
Para peneliti juga menemukan beberapa target yang sama di antara keduanya yaitu target politik yang sensitif, termasuk entitas penelitian pemerintah dan keamanan, hingga misi
diplomatik dan urusan militer terutama di Asia Tengah.
Varian malware lainnya yang dilancarkan oleh Turla yaitu Carbon dan Mosquito berhasil ditemukan oleh para peneliti selama 2018.
Para peneliti memberikan bukti lebih lanjut untuk mendukung hipotesis bahwa Turla memanfaatkan jaringan Wi-Fi untuk mengirimkan malware Mosquito kepada target.
Peneliti Kaspersky Lab juga menemukan modifikasi lebih lanjut dari Carbon yang merupakan aksi cyberespionage. Malware ini ditanamkan di target yang terpilih dengan kepentingan tertentu,
dengan kemungkinan akan terjadi modifikasi kode dan berlanjut pada tahun 2019.
Target Turla di 2018 dengan malware ini termasuk Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Eropa Barat dan Timur, Asia Tengah dan Selatan, dan Amerika.
Baca Juga: Kaspersky Ungkap Jurus Anti Panik Buat Traveler
“Turla adalah salah satu pelaku kejahatan siber tertua, terus bertahan dan secara berkelanjutan melakukan inovasi ancaman dan pendekatan baru. Penelitian kami khususnya terhadap kelompok ini selama 2018 menunjukkan bahwa Turla terus berkembang dan bereksperimen. Penelitian kami menunjukkan pengembangan dan penerapan kode Turla terus berlanjut, sehingga organisasi yang berpotensial dijadikan sebagai target perlu bersiap,” Kata Kurt Baumgartner, peneliti keamanan utama di tim GReAT Kaspersky Lab.
Untuk mengantisipasinya, Kaspersky Lab merekomendasikan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko dari
serangan tingkat lanjut yang ditargetkan. Mulai dari menggunakan solusi keamanan kelas korporasi yang mengombinasikan teknologi serangan anti-target dan intelijen ancaman, seperti Kaspersky Threat Management and Defense Solution.
Sediakan akses ke data intelijen ancaman terbaru untuk staf keamanan. Akses ini akan melengkapi mereka dengan informasi mengenai penelitian dan pencegahan serangan yang ditargetkan, seperti indicators of compromise (IOC), YARA dan
laporan ancaman tingkat lanjut lainnya.
Kemudian, pastikan proses manajemen patch kelas enterprise telah dilakukan, selalu periksa kembali semua sistem konfirgurasi dan terapkan praktik yang tepat.
Jika Anda melihat indikator awal dari serangan yang ditargetkan, pertimbangkan untuk mengelola sistem perlindungan yang akan memungkinkan Anda secara proaktif mendeteksi ancaman tingkat lanjut, mengurangi dwell time dan mengatur waktu respon terhadap insiden.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
EA FC 26 Sudah Bisa Dimainkan: Daftar Ikon Terungkap, Gameplay Tuai Pujian
-
Render Vivo V60 Lite 4G Beredar: Desain Mirip iPhone 17, Harga Lebih Murah
-
4 Rekomendasi iPhone Bekas Terbaik, Lengkap dengan Harganya di September 2025
-
Redmi 15C 5G Resmi, HP Murah Xiaomi dengan Kamera 50MP dan Baterai 6.000 mAh
-
Samsung Galaxy A17 4G Masuk Indonesia, HP Rp 2 Jutaan dengan Kamera 50MP
-
Meta Ray-Ban Display: Kacamata Pintar Calon Pengganti Smartphone, Cukup Kontrol dari Tangan
-
Ray-Ban Meta 2 Resmi Dirilis, Kacamata Pintar Bisa Rekam Video 3K
-
Oppo Siapkan ColorOS 16, Kapan Tanggal Rilis Resminya?
-
53 Kode Redeem FF Hari Ini 18 September 2025, Klaim Evo Gun hingga Skin Scar Megalodon
-
Redmi K90 Kantongi Sertifikasi Anyar, Ungkap Teknologi Pengisian Daya Ini