Suara.com - Kira-kira 252 juta tahun lalu, sebuah bencana yang disebut 'The Great Dying' memusnahkan 90 persen dari semua spesies yang hidup di Bumi. Sekarang para ilmuwan telah membuat penemuan kunci tentang teori kiamat kuno ini yang juga dapat membantu Anda mengetahui kapan dan bagaimana hari kiamat akan datang.
Sebuah tim dari Universitas Nebraska-Lincoln telah menemukan bahwa korban pertama dari 'bencana alam yang meluas di Bumi' yang melaluinya 'kehidupan kecil dapat bertahan' adalah spesies tanaman planet ini. Namun, hanya sedikit pengetahuan tentang bagaimana selamat dari kiamat.
Jika bencana seperti perang nuklir, tabrakan asteroid atau ledakan supervolcano menghantam Planet Bumi, orang-orang yang tidak terbunuh dalam pertumpahan darah awal harus mulai benar-benar panik jika semua tanaman di sekitar mereka mati dan tidak tumbuh kembali. Jika tanaman menghilang, manusia tidak memiliki peluang bertahan hidup.
The Great Dying adalah 'kepunahan massal' yang paling terkenal dalam sejarah Bumi dan menghasilkan pembantaian terbesar. Ada berbagai teori tentang apa yang menyebabkannya, mulai dari dampak asteroid hingga evolusi bentuk baru bakteri penghasil metana yang menghasilkan begitu banyak gas sehingga membuat planet ini hampir tidak bisa dihuni.
Peneliti Nebraska-Lincoln percaya bahwa bencana itu terjadi setelah 'kerak benua planet kita tumbuk ke benua super yang disebut Pangea' dan gunung berapi mulai meletus di Siberia.
Selama dua juta tahun, gunung berapi mengeluarkan begitu banyak karbon dan metana ke udara sehingga 96 persen kehidupan laut dan 70 persen vertebrata darat (makhluk dengan tulang belakang) terbunuh. Para ilmuwan sekarang telah menerbitkan sebuah makalah yang menunjukkan produk sampingan dari letusan - nikel logam - mungkin telah mendorong beberapa kehidupan tanaman hingga kepunahan.
"Itu berita besar. Orang-orang telah mengisyaratkan hal itu, tetapi tidak ada orang yang sebelumnya telah mencatatnya. Sekarang kami memiliki garis waktu. Jadi pastikan Anda mengawasi kebun Anda karena mungkin suatu hari akan memberi tahu Anda sesuatu yang berguna," beber pemimpin penelitian, Christopher Fielding, profesor ilmu bumi dan atmosfer. [Metro]
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Poco C85 Meluncur ke Indonesia 9 September, Cek Spesifikasinya
-
Honor Watch Fit Meluncur ke RI, Smartwatch dengan Ketahanan Baterai 23 Hari
-
Sudah Punya Gambar AI-nya? Ini Cara Cetak 3D Jadi Gantungan Kunci & Pajangan Unik
-
Honor Pad X9a Resmi ke Indonesia, Tablet Murah Harga Rp 4 Jutaan
-
Presentasi Auto-Approve! 5 Trik Pakai Miniatur AI yang Bikin Bos & Klien Terkesan
-
Daftar Promo 9.9: HP iQOO Diskon hingga Rp 500 Ribu
-
Daftar Promo 9.9: Laptop dan HP Infinix Diskon hingga Rp 650 Ribu
-
Dari Layar Jadi Nyata: Cara Cetak Miniatur AI-mu Jadi Action Figure Sungguhan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Terbaik September 2025, Cocok untuk Kebutuhan Harian Ibu Rumah Tangga
-
Tecno Luncurkan Megapad Pro, Tablet Berbasis AI untuk Pelajar dan Mahasiswa