Suara.com - Akhir-akhir ini, banyak para remaja mengalami kecanduan penggunaan gawai. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa salah satu tanda-tandanya bisa terlihat dari rasa panik yang muncul saat ponsel diambil.
Sementara itu, para peneliti di King's College di London memeriksa 41 studi besar yang menganalisis 42.000 remaja untuk penelitian, yang diterbitkan dalam BMC Psychiatry, menyebut "penggunaan ponsel cerdas yang bermasalah."
Studi tersebut diperkirakan menemukan masalah bahwa pada 25 persen remaja mengarah kecanduan. Salah satu gejalanya saat ponsel ditarik, misalkan oleh orang tua atau pihak sekolah mereka.
Mereka menunjukkan perilaku "panik", berubah dengan cepat menjadi depresi dan kurang tidur.
"Smartphone ada di sini untuk tinggal dan ada kebutuhan untuk memahami prevalensi penggunaan smartphone yang bermasalah. Kita tidak tahu apakah smartphone itu sendiri yang dapat membuat ketagihan atau aplikasi yang digunakan. Namun demikian, ada kebutuhan untuk kesadaran publik tentang penggunaan smartphone pada anak-anak dan remaja, dan orang tua harus menyadari berapa banyak waktu yang dihabiskan anak-anak mereka di ponsel mereka," terang Nicola Kalk, dari Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience di King's College London, sebagaimana dilansir laman Phonearena.
Menariknya adalah bahwa seperempat dari remaja yang disurvei menunjukkan gejala kepanikan saat penarikan ponsel itu.
Bahkan, Amy Orben, seorang peneliti di MRC Cognition and Brain Sciences Unit di University of Cambridge, dengan cepat memberikan peringatan.
"Telah ditunjukkan sebelumnya bahwa efek smartphone bukan jalan satu arah, tapi itu mood juga dapat memengaruhi jumlah penggunaan ponsel cerdas," katanya.
Ini adalah kesimpulan yang masuk akal, karena apa yang diambil orang tua ketika mereka membatasi akses remaja mereka ke telepon mereka, atau melarang sama sekali, bukan hanya perangkat yang mengambil gambar, melayani situs web, atau memutar musik.
Baca Juga: Rahasia Besar Samsung Galaxy S11 Terungkap Lewat Honor View 30
Koneksi pertemanan lebih sering dilakukan melalui ponsel, dan kehidupan sosial remaja yang kompleks (atau orang dewasa, dalam hal ini) dengan hati-hati dibangun di sekitar telepon sebagai wadah jaringan itu, akan menjadi panik, jika tiba-tiba diakhiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
Terkini
-
Operator Seluler Tak Boleh Simpan Data Biometrik Penduduk untuk Registrasi SIM Card
-
Registrasi SIM via Face Recognition, Pemerintah Diminta Ingat Lagi Kasus Kebocoran Data Dukcapil
-
Langkah Mudah Menyambungkan Laptop ke Internet Lewat Ponsel, Simak Caranya
-
5 Rekomendasi HP Murah dengan NFC: Kirim File dan Pakai E-Wallet Makin Praktis
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
40 Kode Redeem FC Mobile Siang Ini, Klaim Pemain Legendaris Jaap Stam
-
60 Kode Redeem FF Gratis untuk Dapatkan Skin Senjata M1887 SG Ungu Hari Ini
-
10 Prompt Gemini AI Edit Foto Liburan Keluarga di Luar Negeri, Praktis dan Realistis
-
Main Game Lebih Smart dan Praktis dengan Galaxy Z Fold7 dan Gemini AI
-
56 Kode Redeem FF Terbaru 22 Desember 2025, Klaim Diamond dan Bundle Spesial Winter