Suara.com - Saat ini, penyebaran virus Corona COVID-19 telah mencapai lebih dari 116 ribu kasus baru secara global dengan lebih dari 4 ribu kematian. Para ahli kesehatan membunyikan alarm peringatan tentang potensi penularan virus secara luas.
Dilansir laman IFL Science yang melakukan wawancara dengan pakar kesehatan untuk memahami bagaimana kemampuan virus Corona baru, menyerang tubuh manusia mengatakan bahwa virus ini mirip tetapi berbeda dengan sindorm pernapasan akut parah (SARS).
Sama seperti flu, COVID-19 dimulai di paru-paru dan menyebar melalui tetesan air ketika seseorang bersin atau batuk. WHO melaporkan bahwa SARS menyerang tubuh dalam tiga fase, yaitu replikasi virus, hiperaktif imun, dan perusakan paru-paru, yang tampaknya mirip dengan bagaimana COVID-19 menyerang tubuh manusia.
Penelitian awal menunjukkan COVID-19 bereplikasi secara efisien di saluran pernapasan bagian atas. Orang yang terinfeksi menghasilkan sejumlah besar virus pada awal infeksi dan penelitian baru mengungkapkan bahwa masa inkubasi infeksi adalah 5,1 hari.
COVID-19 hadir dalam tiga pola infeksi, yaitu dimulai dengan penyakit ringan dan gejala saluran pernapasan atas, kemudian diikuti oleh pneumonia. Setelah sekitar satu minggu, pneumonia berat dengan sindrom gangguan pernapasan akut dapat berkembang dengan cepat dan kadang-kadang membutuhkan alat bantu pernapasan.
Ketika terinfeksi, tubuh memicu respons sitokin di mana sel-sel kekebalan menyerang virus. Dalam beberapa kasus, virus dapat memicu respons yang terlalu reaktif dari sistem kekebalan tubuh, yang selanjutnya dapat menghambat upaya pemulihan.
Juru bicara WHO Carla Drysdale mengatakan bahwa gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, atau diare ringan.
Meski begitu, ada beberapa orang yang terinfeksi tidak mengalami gejala apa pun dan merasa baik-baik saja, sementara sekitar 80 persen orang sembuh dari penyakit tanpa memerlukan perawatan khusus.
“Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang terkena COVID-19, sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung, atau diabetes, lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit menjadi lebih serius. Sekitar 2 persen orang dengan penyakit ini telah meninggal dunia," ucap Drysdale.
Baca Juga: Meski IPK Tinggi, Warganet Senang Pelamar Kerja Ini Tak Dipanggil Wawancara
Pedoman manajemen klinis saat ini merekomendasikan pasien untuk keluar dari rumah sakit setelah dua hasil negatif berturut-turut setidaknya dalam 24 jam.
Saat ini, ada periode sekitar 20 hari antara timbulnya gejala dan pemulihan penuh, tetapi Drysdale mencatat bahwa COVID-19 adalah penyakit baru, dan para ahli membutuhkan lebih banyak data epidemiologis untuk menentukan apakah seseorang telah kebal setelah infeksi.
Ini juga tidak akurat untuk membandingkan COVID-19 dengan virus influenza tahunan. Drysdale mengatakan bahwa COVID-19 adalah virus unik dengan karakteristik unik.
Baik COVID-19 dan influenza menyebabkan penyakit pernapasan dan menyebar dengan cara yang sama, yaitu melalui tetesan kecil cairan dari hidung dan mulut seseorang yang sakit, tetapi ada perbedaan penting antara keduanya.
"Pertama, COVID-19 tidak mentransmisikan seefisien influenza, dari data yang kami miliki sejauh ini. Dengan influenza, orang yang terinfeksi tetapi belum sakit adalah pendorong utama penularan, yang tampaknya bukan kasus COVID-19. Bukti dari China adalah bahwa hanya 1 persen dari kasus yang dilaporkan tidak memiliki gejala, dan sebagian besar dari kasus tersebut melaporkan gejala dalam 2 hari," jelas Drysdale.
Selain itu, saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19. Di sisi lain, para pakar saat ini telah memperingatkan bahwa COVID-19 sudah menjadi pandemi.
Berita Terkait
-
Sembuh dari Corona, 2.959 Warga Iran Dipulangkan dari Rumah Sakit
-
Lagi, Dokter di Wuhan Meninggal Usai Perang Lawan Virus Corona Covid-19
-
WHO Ketok Palu Nyatakan Virus Corona sebagai Pandemik
-
WHO Konfirmasi Virus Corona Sebagai Pandemi
-
Catat! Ini 11 Langkah Mengurus Jenazah Pasien Corona Covid-19 yang Tepat
Terpopuler
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
Pilihan
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
-
Aib dan Borok Asuransi BUMN Dibongkar OJK di Depan DPR, Taspen dan Asabri Disebut Paling Buruk!
-
Harga Emas Antam Meroket, BSI Tawarkan BSI Gold di Harga Rp2.154.600/Gram
-
Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
Terkini
-
POCO Pad M1 Lolos Sertifikasi: Siap Debut Global, Diprediksi Pakai Chip Snapdragon
-
Hasil Editan AI Gak Mirip Wajah Asli? Begini Cara Mengatasinya, Gampang Banget!
-
Bocoran Harga Xiaomi 17 Series Beredar, Model Pro Max Usung Desain Anyar
-
Spesifikasi Redmi 15 4G: HP Murah dengan Layar 144 Hz dan Baterai Jumbo
-
4 Tim Indonesia Lolos Grand Finals FFWS SEA 2025 Fall, Siap Raih Tiket ke Jakarta
-
12 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 23 September 2025, Klaim Bek Tangguh yang Bikin Pertahanan Solid
-
Konami Buat Polling Terkait Game Metal Gear, Harapan Remake Menguat
-
Viral Video Sekda Marah-marah Terkait Donasi ASN untuk Bencana, Koster: Wajar
-
31 Kode Redeem FF Hari Ini 23 September 2025, 4 Event Waktu Terbatas Buat Dapatkan Item Eksklusif
-
Tantang Xiaomi 17, Pre-Order Realme GT 8 Sudah Dibuka