Suara.com - Orang-orang yang terinfeksi virus Corona (Covid-19) dan menunjukkan gejala ringan dilaporkan bisa mengalami kelelahan jangka panjang.
Kelelahan yang luar biasa, palpitasi, hingga nyeri otot dilaporkan sebagai efek setelah terinfeksi virus. Sekitar 10 persen dari 3,9 juta orang yang berkontribusi pada aplikasi COVID Symptom Study, memiliki efek yang bertahan lebih dari empat minggu.
Kelelahan kronis yang diklasifikasikan sebagai kelelahan yang berlangsung lebih dari enam minggu diakui dalam banyak pengaturan klinis yang berbeda, mulai dari perawatan kanker hingga radang sendi.
Covid-19 bukan satu-satunya penyebab kelelahan kronis. Kelelahan yang berkepanjangan dikenal dengan baik setelah infeksi virus lainnya, seperti virus Epstein-Barr yang menyebabkan mononukleosis infeksius atau demam kelenjar. Kelelahan pasca-virus juga terlihat pada seperempat dari pasien yang terinfeksi virus SARS di Hong Kong pada 2003.
Cara terbaik untuk mengobati kelelahan kronis adalah dengan melakukan pengobatan efektif pada penyakit yang mendasarinya. Namun, karena Covid-19 adalah virus baru, para ilmuwan masih belum tahu bagaimana menangani kelelahan pasca-Covid-19.
Para ilmuwan bertanya-tanya tentang apa yang mungkin menyebabkan kelelahan pasca-Covid-19. Infeksi virus yang sedang menyerang di paru-paru, otak, lemak atau jaringan lain mungkin menjadi salah satu mekanisme.
Namun, penelitian sebelumnya telah memberikan wawasan kepada para ahli. Ketika bahan kimia yang disebut interferon-alpha diberikan kepada pasien sebagai pengobatan untuk hepatitis C, itu menghasilkan penyakit mirip flu pada beberapa pasien dan menimbulkan sedikit efek kelelahan pasca-terinfeksi.
Para ilmuwan telah mempelajari "respons infeksi buatan" ini sebagai model kelelahan kronis. Para ahli menemukan bahwa level dasar dua molekul dalam tubuh yang memicu peradangan (interleukin-6 dan interleukin-10), berpengaruh pada perkembangan selanjutnya dari kelelahan kronis.
Menariknya, molekul pro-inflamasi yang sama ini terlihat pada "badai sitokin" di pasien Covid-19 yang sakit parah. Ini menunjukkan bahwa mungkin ada pola aktivasi sistem kekebalan selama infeksi virus yang relevan dengan gejala yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Virus Corona Jadi Penyebab Langsung Kematian 89% Pasien Covid-19 di Italia
Di TwinsUK, King's College Londong, para ilmuwan menyelidiki faktor genetik dan lingkungan yang memengaruhi penyakit menggunakan aplikasi COVID Symptom Study untuk memeriksa gejala jangka panjang yang dilaporkan.
Para ilmuwan mengirim kuesioner kepada para relawan di database. Tim ilmuwan bertujuan untuk mendefinisikan "sindrom pasca-Covid-19" dan melihat tanda-tanda dalam darah, untuk menjelaskan mekanisme kekebalan yang berkontribusi terhadap gejala jangka panjang.
Dilansir dari Science Alert, Senin (20/7/2020), kelelahan kronis tidak terletak pada kekambuhan spesialis medis sehingga sering diabaikan pada kurikulum sekolah kedokteran dan dokter kurang terlatih dalam diagnosis, serta pengelolaan kelelahan kronis. Tetapi kemajuan baru-baru ini telah dibuat dan pelatihan online juga tersedia untuk dokter.
Panduan untuk pasien dalam menangani kelelahan kronis dan cara agar tidak kelelahan dengan menghemat energi juga tersedia sekarang. Mengikuti kelas gym dengan anggapan meningkatkan stamina adalah hal yang salah. Pasien harus melakukan aktivitas secara bertahap dan belajar mengatur aktivitas.
Berita Terkait
-
Dirawat selama 130 Hari, Seorang Pasien Covid-19 di Inggris Akhirnya Sembuh
-
Tidak Sengaja, Ilmuwan Ciptakan Ikan Hibrida dari Leluhur Dinosaurus
-
Waktu Aman untuk Berdekatan dengan Mantan Pasien Covid-19, Ada 3 Syarat!
-
Ilmuwan Identifikasi Enam Tipe Covid-19 Berbeda, Ini Gejalanya
-
Sakit Covid-19 Parah, Wanita 24 Tahun Ini Menyesal Tidak Pakai Masker
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
Terkini
-
iPhone 18 Pro Tampil Baru, Apple Siapkan Desain Dua Warna dan Transparan
-
Dokumen Internal Bocorkan Meta Raup Untung Besar dari Iklan Penipuan
-
Bocoran iPhone Masa Depan: Kamera Selfie Bakal 'Hilang'
-
Update 20 Kode Redeem FC Mobile 11 November 2025, Klaim Gems dan Pemain 111-113 Gratis
-
PUBG Mobile Terancam Diblokir Prabowo, Komdigi Minta Game Online Patuh Aturan
-
Infinix XBOOK B14 Meluncur ke Indonesia, Laptop Tangguh dengan Sertifikasi Militer
-
Rincian Fitur Baru One UI 8 Samsung Galaxy A56, Ada AI Image Generator Nano Banana
-
Misteri Abad ke-20 Terpecahkan: Lubang Aneh di Peru Diduga sebagai Pasar Kuno
-
23 Kode Redeem FC Mobile 11 November 2025 Lengkap dengan Panduan Farm Gems dan Pemain OVR 113
-
31 Kode Redeem FF 11 November 2025, Skin Halloween Masih Tersedia Hingga Hadiah Baru