Studi kedua yang menggunakan data gravitasi, yang dikombinasikan dengan data bentuk, menemukan bahwa kerak Ceres cukup berpori, tetapi porositas tersebut menurun seiring dengan kedalaman, kemungkinan karena batuan bercampur dengan garam.
Meskipun kawah berumur sekitar 20 juta tahun, ada bukti yang menunjukkan bahwa garam di atasnya berusia jauh lebih muda.
Gambar beresolusi tinggi menunjukkan bahwa gunung berapi es di Ceres mungkin telah aktif 2 juta tahun yang lalu, ribuan tahun setelah panas dari tumbukan akan menghilang, yang menunjukkan sumber air garam yang dalam.
Hal tersebut pun didukung oleh penemuan yang mengejutkan, di mana adanya mineral langka, yaitu hirohalit. Spektrometri mengungkapkan bentuk natrium klorida terhidrasi ini di bagian paling atas kubah Cerealia Facula, titik paling terang di kawah Occator.
Menariknya, mineral ini membutuhkan kelembaban dan mengalami dehidrasi yang cukup cepat. Namun, pengendapan garam yang berbeda di permukaan memiliki implikasi lain, yaitu bisa berasal dari sumber yang berbeda.
Pertama, panasnya benturan mencairkan segumpal es, yang mengalir keluar dan mengubah medan di dalam kawah, mengendapkan garam di Cerealia dan Pasola Faculae.
Kemudian dengan lebih lambat, air garam dari waduk yang lebih dalam menuju ke permukaan, berkontribusi pada Cerealia dan Pasola, dan sepenuhnya menciptakan Vinalia Faculae yang lebih tipis di dasar kawah.
Temuan itu membuat Ceres jauh lebih aneh dan lebih kompleks dari yang diketahui para ilmuwan. Itu membuatnya bergabung dengan bulan Europa, Ganymede, Callisto, Enceladus, Titan, dan Mimas, sebagai dunia samudera potensial.
Namun, bagaimana Ceres terbentuk dan dari mana asalnya masih merupakan misteri. Tak cukup sampai di sana, para ilmuwan sekarang menambah daftar pertanyaan tentang bagaimana Ceres menahan cukup panas untuk mendukung waduk bawah permukaan atau lautan.
Baca Juga: Langka, NASA Temukan Sinar Ultraviolet di Langit Malam Planet Mars
Sebuah misi ke Ceres baru-baru ini dipilih oleh NASA untuk dikembangkan sebagai studi konsep, yang akan diterbitkan dalam Planetary Science Decadal Survey 2023. Penemuan ini membuat pengiriman misi ke Ceres menjadi semakin menarik.
Berita Terkait
-
NASA Sebut Bentuk Tata Surya Seperti Croissant Kempis
-
NASA Peringati 8 Tahun Misi Penjelajah Mars Curiosity
-
Trump Klaim NASA Ditutup dan Mati Sebelum Pemerintahannya
-
Sempat Alami Bermasalah, NASA Sukses Luncurkan Misi Mars 2020
-
Amerika Sukses Luncurkan Perseverance ke Mars, Akan Cari Bukti Kehidupan
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
4 HP dengan Kamera Stabil di Bawah Rp3 Juta: Cocok untuk Konten Harian dan Video Anti-Goyang
-
Mending Beli iPhone 13 atau iPhone 16e? Duel iPhone Murah
-
27 Prompt Gemini AI Edit Foto Pasangan Jadi Ala Studio Profesional
-
Harga iPhone 13 di Indonesia Bulan September 2025, Turun Jelang iPhone 17 Tiba?
-
MediaTek Dimensity 9500, Otak Baru HP Flagship dengan Teknologi AI Generasi Terbaru
-
Pokemon Game Kartu Koleksi Hadirkan Seri Baru Evolusi Mega di Indonesia
-
Cara Cepat Dapat Jungle Egg di Grow a Garden, Rahasia Temukan Pet Tiger!
-
Cara Berlangganan ChatGPT Plus dengan Mudah, Berapa Harganya?
-
Mending Beli iPhone 16e atau iPhone 15? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Mending Beli iPhone 14 atau iPhone 15? Ini Penjelasan Lengkapnya