Suara.com - Produk makanan berbasis kacang-kacangan, ternyata dapat menghilangkan emisi karbondioksida (CO2) setara 16 tahun pada 2050.
Penelitian yang telah dipublikasikan jurnal Nature Sustainability, para peneliti dari Amerika Serikat menghitung bahwa penyerapan luas dari alternatif protein nabati seperti itu, dapat membebaskan lahan untuk mendukung lebih banyak ekosistem yang menyerap karbon.
Saat ini, sekitar 83 persen dari lahan pertanian dunia dikerahkan untuk produksi berbasis daging dan susu - yang sebagian besar hanya menghasilkan emisi yang rendah.
Padahal, para peneliti berpendapat bahwa mengonsumsi kacang-kacangan merupakan cara yang lebih baik untuk memerangi perubahan iklim daripada menunggu teknologi skala besar yang 'belum terbukti' keampuhannya.
"Potensi terbesar untuk pertumbuhan kembali hutan, dan manfaat iklim yang ditimbulkannya, ada di negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas," kata Matthew Hayek, penulis studi dari Universitas New York, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (10/9/2020).
"Ini adalah tempat di mana manusia mengurangi konsumsi daging dan produk susu yang akan berdampak relatif kecil pada ketahanan pangan," imbuhnya.
Dalam studi tersebut, Profesor Hayek dan rekannya memetakan wilayah dunia di mana penggunaan lahan untuk produksi makanan yang bersumber dari hewan herbivora.
"Kami hanya memetakan wilayah di mana benih dapat menyebar secara alami, tumbuh dan berkembang biak menjadi hutan lebat dengan keanekaragaman hayati dan ekosistem lain yang bekerja untuk menghilangkan karbon dioksida bagi kami. "Hasil kami mengungkapkan lebih dari 7 juta kilometer persegi di mana hutan akan cukup basah untuk tumbuh kembali dan berkembang secara alami, secara kolektif seluas Rusia," lanjut Profesor Hayek.
Melalui penelitian ini, para peneliti berpendapaf bahwa permintaan lahan untuk produksi daging dapat diturunkan secara drastis, bahkan mampu membantu menahan emisi bahan bakar fosil selama 9–16 tahun pada pertengahan abad ini.
Baca Juga: Tak Hanya Pandai Meniru, Kemampuan Burung Ini Mirip Truk Sampah
Berita Terkait
-
750 Juta Nyamuk Mutan Bakal Dilepaskan, Ini Alasannya
-
Kapsul Ini Disebut Bisa Bantu Atasi Komplikasi Serangan Jantung
-
Ngeri.. Ilmuwan Beberkan Pemanasan Bumi di Masa Depan
-
Dedaunan Purba Berusia 23 Juta Tahun Beri Gambaran Masa Depan Bumi
-
Gorila, Orangutan, dan Paus Berisiko Tinggi Kena Virus Covid-19
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Gubernurnya Tertangkap KPK, Riau Masuk Provinsi Terkorup di Indonesia
-
Moto G67 Power Muncul di Toko Online: Bawa Baterai 7.000 mAh dan Snapdragon 7s Gen 2
-
Tips Bikin PIN ATM Agar Tidak Mudah Ditebak, Kombinasi Kuat, dan Aman dari Pembobolan
-
iQOO Z10R vs Realme 15T: Harga Mepet, Mending Mana Buat Gamer?
-
24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
-
24 Kode Redeem FF Hari Ini 4 November: Dapatkan Bundle Flame Arena & Evo Gun Gratis!
-
10 HP Flagship Terkencang Oktober 2025 Versi AnTuTu, Cocok Buat Gamer Kelas Berat
-
Aplikasi Edit Video Gratis Paling Hits: Ini Cara Menggunakan CapCut dengan Efektif dan Mudah
-
Mengapa Angka 67 Dinobatkan Jadi Word of the Year 2025
-
Cara Menambahkan Alamat di Google Maps, Beguna Menaikkan Visibilitas Bisnis Lokal Anda!