Suara.com - Jika kalian sering berkebun atau ke hutan, kalian mungkin mengenal cukup akrab tanaman jelatang (Jawa: lateng). Meski jelatang menghasilkan rasa gatal dan sakit "sementara" jika tersentuh kulit, namun pohon satu ini dapat membuat orang dirawat secara intensif.
Ilmuwan menemukan bahwa pohon yang disebut sebagai Gympie-Gympie memiliki daun yang molekulnya mengandung racun mirip sengatan laba-laba.
Jika tersentuh kulit manusia, daunnya bisa menimbulkan rasa sakit berhari-hari bahkan bisa menyentuh hitungan bulan.
Studi mengungkapkan bahwa pohon-pohon ini menghasilkan molekul yang lebih mirip racun hewan tertentu dibandingkan pertahanan tumbuhan yang diketahui.
Gympie-Gympie berasal dari Australia dan mereka juga dapat ditemukan di Thailand dan Filipina.
Mirip dengan tanaman jelatang (Genus Laportea), pohon penyengat raksasa ini ditutupi dengan "jarum" tersembunyi yang panjangnya sekitar lima milimeter.
Trikoma terlihat seperti rambut halus, tetapi sebenarnya bertindak seperti jarum suntik yang menyuntikkan racun ketika mereka melakukan kontak. dengan kulit manusia.
Nama ilmiah pohon itu adalah Dendrocnide yang secara harfiah berarti "pohon menyengat".
Mereka merupakan anggota dari keluarga jelatang yang dapat ditemukan di Australia dari wilayah Sungai Utara New South Wales, hingga Gympie.
Baca Juga: Badai Terjang Pandeglang, Pohon-pohon Tumbang, Banyak Rumah Hancur
"Spesies pohon penyengat Australia sangat terkenal karena menghasilkan sengatan yang sangat menyakitkan, yang tidak seperti kerabat mereka di Eropa dan Amerika Utara. Mereka dapat menyebabkan gejala yang berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu," kata Dr Irina Vetter dari UQ's Institute for Molecular Bioscience pada rilis resminya.
Dikutip dari IFLScience, molekul kecil di trikoma seperti histamin, asetilkolin, dan asam format telah diuji sebelumnya oleh ilmuwan. Tetapi suntikan molekul itu tidak menyebabkan rasa sakit yang parah dan tahan lama.
Alih-alih memanfaatkan histamin dan asam format yang digunakan oleh tanaman zona beriklim sedang, Gympie-Gympie menggunakan protein neurotoksin.
Dalam jurnal Science Advances, Vetter melaporkan bahwa neurotoksin ini adalah kelas baru miniprotein, dan menamainya "gympietides", mirip dengan nama pohon yang mengeluarkannya.
"Meskipun berasal dari tumbuhan, gympietides mirip dengan racun laba-laba dan siput kerucut dalam cara mereka melipat ke dalam struktur molekul 3D dan menargetkan reseptor rasa sakit yang sama," kata Vetter menambahkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Spesifikasi dan Harga Vivo Y21d Indonesia: HP Murah Bersertifikasi Militer, Baterai Jumbo
-
51 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Klaim Skin Burning Lily dan Mythos Fist
-
Moto Pad 60 Neo Resmi ke Indonesia, Tablet Murah Motorola Harga Rp 2 Jutaan
-
Trik Pindahkan Microsoft Office Tanpa Ribet: Simak Langkah Mudah Berikut
-
iQOO Z10R vs realme 15T: Duel Panas HP 3 Jutaan, Mana Punya Kamera Paling Oke?
-
7 Rekomendasi HP 3 Jutaan untuk Gaming, Cocok untuk Anak Sekolah hingga Dewasa Muda
-
21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 November: Klaim Pemain 111-113 dan Belasan Ribu Gems
-
Moto G67 Power Rilis: HP Murah dengan Kamera Sony dan Baterai 7.000 mAh
-
5 Pilihan HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaik untuk Multitasking dan Gaming
-
YouTube Hipnotis Masyarakat! Waktu Nonton Melonjak 20%, Siapa Sangka Ini Alasannya