Suara.com - Sebagian besar maskapai penerbangan komersial tidak terbang langsung melewati Samudra Pasifik untuk rute yang menghubungkan Amerika Serikat dan Asia.
Sebaliknya, maskapai penerbangan akan memilih rute "melengkung" yang mencakup daratan.
Beberapa orang mungkin berpikir rute lurus di atas Samudra Pasifik menawarkan jalur terpendek.
Menurut Monroe Aerospace, alasan utama pesawat tidak terbang di atas Samudra Pasifik adalah karena rute melengkung lebih pendek daripada rute lurus.
Rute lurus tidak menawarkan jarak terpendek antara dua lokasi. Baik maskapai komersial yang terbang dari Amerika Serikat ke Asia atau tempat lain, itu akan memiliki penerbangan tercepat dan paling hemat bahan bakar dengan melakukan penerbangan melengkung.
Selain itu, rute melengkung yang menghubungkan Amerika Serikat ke Asia dan sebaliknya juga lebih aman daripada rute lurus yang menghubungkan kawasan yang sama.
Maskapai komersial biasanya terbang dengan rute melengkung ke utara yang melintasi Kanada dan Alaska. Karena itu, pesawat menghabiskan lebih sedikit waktu di atas Samudra Pasifik dan memungkinkan pendaratan darurat jika diperlukan.
Di sisi lain, pesawat komersial juga sering menghindari penerbangan di atas Gunung Everest.
Dilansir dari India Today pada Selasa (12/1/2021), Himalaya memiliki pegunungan yang lebih tinggi dari 20.000 kaki, termasuk Gunung Everest dengan ketinggian sekitar 29.035 kaki.
Baca Juga: Detik-detik Sriwijaya Air SJ182 Kecelakaan, Mesin Hidup saat Jatuh
Namun, meski sebagian besar pesawat komersial dapat terbang pada ketinggian 30.000 kaki, tetapi penerbangan harus dilakukan di bawah stratosfer.
Udara di stratosfer sangat tipis dengan kadar oksigen yang rendah. Hal itu akan menyebabkan turbulensi udara dan ketidaknyamanan penumpang.
Selain itu, kekuatan angin akan semakin kencang dan adanya pegunungan membuat manuver pesawat semakin sulit.
Risiko kehabisan oksigen juga dapat terjadi karena maskapai penerbangan biasanya hanya memiliki oksigen selama 20 menit.
Dalam situasi di mana persediaan oksigen habis, penerbangan harus turun ke ketinggian setidaknya 10.000 kaki untuk mengisi oksigen, tetapi hal itu tidak dapat dilakukan di wilayah Himalaya.
Alasan lainnya adalah Angkatan Udara India dan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat melakukan sesi pelatihan di wilayah tersebut. Umumnya, pihak berwenang membatasi maskapai penerbangan komersial untuk terbang di atasnya.
Berita Terkait
-
Menhub Instruksikan Asuransi Korban Sriwijaya Air Harus Cepat Diberikan
-
Hitungan Menit, DVI Polri Ungkap Cara Identifikasi Pramugara Sriwijaya Air
-
Lapan Sebut Cuaca Saat Sriwijaya Air Hilang Kontak Tak Ada Indikasi Ekstrem
-
Istri Pramugara Okky Bisma: Surga Tempatmu Sayang, I Love You
-
Mayat Pramugara Okky Bisma Teridentifikasi, DVI Polri: Cuma Hitungan Menit
Terpopuler
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- Maaf dari Trans7 Belum Cukup, Alumni Ponpes Lirboyo Ingin Bertemu PH Program Xpose Uncensored
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
Pilihan
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
-
Prabowo Mau Beli Jet Tempur China Senilai Rp148 Triliun, Purbaya Langsung ACC!
Terkini
-
Rekomendasi Tablet Murah Harga Rp 2 Jutaan Oktober 2025
-
51 Kode Redeem FF Terbaru 17 Oktober 2025: Klaim Gratis Skin Scar, SG2, dan AK47
-
21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober 2025, Banjir Pemain Bintang 110-113 dan Gems
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Perbandingan MediaTek Helio G99 vs Snapdragon 6 Gen 1: Mana yang Unggul dalam Performa?
-
Redmi K90 Pro Debut 27 Oktober: Kamera Mirip Xiaomi 17, Bawa Chipset Anyar
-
Garmin Venu 4 Hadir dengan Mode Pickleball dan Fitur Baru, Harga Rp 9 Jutaan
-
Spesifikasi PC Solo Leveling ARISE OVERDRIVE, RAM Minimal 12 GB
-
Ribuan Siswa SMA di Jawa Barat Kembangkan Aplikasi Generative AI Bersama Amazon
-
Motorola G67 Power 5G Muncul di Geekbench, Usung Chipset Snapdragon