Suara.com - Musim bunga sakura tiba lebih awal pada musim semi 2021 ini di Jepang karena pengaruh gravitasi dari perubahan iklim.
Dilaporkan ini adalah bunga sakura paling awal yang mekar selama lebih dari 1.200 tahun.
Menurut dokumen istana kekaisaran dan catatan harian kuno tentang festival bunga sakura yang dimulai sejak 812 Masehi, tanggal mekar bunga sakura paling awal sebelumnya adalah 27 Maret 1409.
Selama berabad-abad, masyarakat Jepang telah melakukan tradisi lama dengan melihat bunga sakura yang disebut hanami.
Meskipun bunga sakura di Kyoto mulai berbunga pada Maret, tetapi tanggal bunga tersebut mekar sepenuhnya umumnya sekitar 17 April.
Namun tahun ini, bahkan sebelum April tiba, momen mekar bunga tersebut telah berlalu.
Pada 26 Maret 2021, pihak berwenang mengumumkan pohon sakura di Kyoto telah mekar sepenuhnya.
"Bukti, seperti waktu mekarnya bunga sakura, adalah salah satu wakil pengukuran historis yang dilihat para ilmuwan untuk merekonstruksi iklim masa lalu," kata Michael Mann, ilmuwan iklim kepada The Washington Post.
Sepanjang 1.200 tahun ini, para ilmuwan telah memetakan tren yang terlihat sangat mirip dengan perubahan iklim tersebut.
Baca Juga: Mengapa Pohon Sakura di Jepang Berbunga Semakin Awal?
Saat musim semi di belahan Bumi utara tiba lebih awal dengan pemanasan global, beberapa tumbuhan dan hewan juga mengubah pola aktivitasnya, termasuk pemekaran bunga.
Ketika para ilmuwan membuat grafik tanggal bunga mekar secara penuh di Kyoto dari waktu ke waktu, peningkatan pemanasan global terlihat seperti bentuk tongkat hoki.
Bagian datar dari tongkat melambangkan tanggal mekarnya bunga sakura yang relatif stabil di Kyoto, sedangkan ujung tongkat menunjukkan perubahan yang lebih cepat dalam berbunga.
Meski begitu, sejak tahun 1830-an, data menunjukkan pohon sakura di Jepang mulai berbungga lebih awal dan semakin awal. Antara tahun 1971 dan 2000, pohon sakura ditemukan mekar rata-rata seminggu lebih awal daripada rata-rata sebelumnya di Kyoto.
Penebangan pohon untuk jalan dan bangunan menyumbang sekitar sepertiga dari perubahan tersebut, sementara pemanasan iklim regional menjadi penyebab sisanya.
Walaupun data ini hanya untuk satu keluarga pohon sakura di Jepang, namun catatan terbaru dari 17 taksa menemukan tingkat perubahan yang serupa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Huawei Nova 15 Ultra dan Pro Debut, Usung Kamera Unik 'Dual-Ring'
-
5 Tablet Xiaomi Terbaik untuk Kerja dan Multitasking, Mulai Rp1 Jutaan
-
HP Murah Infinix Note Edge Lolos Sertifikasi di Indonesia, Pakai Chipset Anyar
-
Hadirkan Vin Diesel, Peluncuran Game Ark 2 Ditunda hingga 2028
-
Kinerja Digiplus 2025 Moncer, Ekspansi Gerai dan Ekosistem Lifestyle Digital Jadi Kunci Pertumbuhan
-
5 Rekomendasi HP Wireless Charging Termurah, Mulai Rp2 Jutaan
-
5 Smartwatch dengan NFC Paling Murah, Praktis untuk Transaksi Cashless
-
Acer Perkuat Digitalisasi Sekolah lewat Altos IFP Series, Layar Interaktif 4K
-
Fitur Short hingga Leverage Tinggi Dorong Lonjakan Pengguna di Tengah Pasar Kripto Berfluktuasi
-
4 HP Snapdragon RAM 4 GB Paling Murah Mulai Sejutaan, Performa Stabil untuk Multitasking