Suara.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis dengan kategori Awas dan Siaga di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Uniknya di saat yang sama BMKG juga mengeluarkan peringatan potensi hujan ekstrem untuk sebagian wilayah Indonesia yang mayoritas berada di bagian utara.
Pelaksana tugas Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko menyebutkan potensi kekeringan meteorologis tersebut berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dengan kategori sangat panjang (31- 60 HTH) dan ekstrem panjang (lebih 60 HTH).
"Kategori Awas berpotensi di wilayah Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Bima, Kabupaten Sumbawa), Nusa Tenggara Timur (Kabupaten. Alor, Kabupaten Belu, Kabupaten Flores Timur, Kotamadya Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Timortengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Timur)," ujar Urip dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa (24/8/2021).
Baca Juga: BMKG: Ada Potensi Curah Hujan Ekstrem dalam 20 Hari ke Depan
Sementara wilayah dengan kategori Siaga dengan potensi kekeringan meteorologis berada di Jawa Timur (Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Situbondo), Bali (Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem), Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Lombok Timur), Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada, Kabupaten Sumba Barat).
Lebih rinci Urip melaporkan beberapa wilayah di NTB dan NTT telah mengalami HTH dengan kategori sangat panjang dan ekstrem panjang.
Kemudian daerah yang mengalami HTH sangat panjang berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, NTB dan NTT.
Sementara itu, wilayah yang mengalami HTH ekstrem panjang meliputi Lape (110), Soromandi (137), Wawo (84) Provinsi NTB dan wilayah Atambua/Motabuik (104), Bakunase (137), Balauring (74), Batuliti (125), Boentuka (91), Boru (79), Busalangga (61), Camplong (118), Fatubesi (136), Fatukmetan (65), Fatulotu (115), Kamanggih (135), Mamsena (94), Mapoli (137), Melolo (122), Naioni (118), Oemofa (136), Oepoi (138), Rambangaru (133), Solor Selatan (136), Stamet Mali (79), Wairiang (135) Provinsi NTT.
"Dengan mengacu pada monitoring kejadian hari kering berturut-turut di atas dan prediksi akan peluang hujan rendah (<20 mm/10 hari) terdapat indikasi potensi kekeringan meteorologis," kata Urip.
Baca Juga: Waspada! Pesisir Sukabumi Potensi Gelombang 6 Meter, Ini Kata BMKG
Dia menjelaskan dampak kekeringan meteorologis biasanya diikuti antara lain berkurangnya persediaan air untuk rumah tangga dan pertanian serta meningkatnya potensi kebakaran semak, hutan, lahan dan perumahan.
"Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya informasi ini bisa dijadikan kewaspadaan dan pertimbangan untuk melakukan langkah mitigasi dampak ikutan dari kekeringan meteorologis," ujar Urip melanjutkan.
Berdasarkan pantauan BMKG hingga akhir Agustus 2021, hasil monitoring perkembangan musim kemarau tahun 2021 menunjukkan 85 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. [Antara]
baca juga
-
>
Pekan Ketiga Agustus, 39 Kali Gempa Terjadi di Sumut dan Aceh
-
>
Masyarakat Diimbau Waspada Potensi Bencana di Sumut
-
>
Hasil Pemodelan BMKG: Tsunami Selat Sunda Bisa Sapu Ancol dan Tanjung Priok
Komentar
Berita Terkait
-
Gempa M 6,2 Guncang Nias Selatan, Tak Berpotensi Tsunami
-
Prakiraan Cuaca Indonesia 25 Mei, Sumatera Cenderung Hujan Merata
-
BMKG Prediksi Semarang akan Diguyur Hujan Ringan Hingga Sedang
terpopuler
-
Viral Wanita Berhijab Bikin Konten Joget Pamer Dada Terbuka, Ramai Dikecam dan Banjir Hujatan Publik
-
Tampil Berhijab Jelang Berangkat Umrah Sekeluarga, Publik Salfok ke Bagian Tubuh Ayu Ting Ting: Kok Dilihatin
-
Pertama Dalam Sejarah, Pemerintah Bakal Audit Semua Perusahaan Kelapa Sawit
-
Tiba di Rumah Duka, Tangis Vina Panduwinata Pecah Bawa Jenazah Ibunya
-
Pendeta Gibson Simarmata Sebut Ustaz Abdul Somad Baik dan Hormat Padanya, Ternyata Alasannya...