Suara.com - Peneliti dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amir Hamidy mengatakan penghancuran hutan di Indonesia bisa memicu punahnya binatang atau tumbuhan yang bahkan belum ditemukan serta dinamai.
"Saya itu hanya khawatir hilangnya hutan kita sebegitu masifnya, mengakibatkan kita kehilangan spesies-spesies yang bahkan belum kita ketahui," kata Amir di Jakarta, Senin (13/9/2021).
Ia menuturkan masifnya perubahan atau alih fungsi hutan menjadi, misalnya lahan pertanian dan lahan tambang menyebabkan laju hilangnya keanekaragaman hayati semakin meningkat.
"Apalagi kalau nanti spesiesnya belum diberi nama, sudah punah duluan," ujar peneliti herpetologi itu.
Amir mengatakan hilangnya keanekaragaman hayati bukan hanya terkait spesies-spesies karismatik seperti gajah dan harimau, tapi juga spesies-spesies kecil yang sesungguhnya jauh lebih rentan untuk kehilangan habitat dan mengalami kepunahan seperti katak kecil bermulut sempit yang hanya bergerak di area yang lebih terbatas.
Kehilangan keanekaragaman hayati itu antara lain punahnya spesies yang sudah teridentifikasi atau yang belum diketahui sama sekali, dan belum sempat mengeksplorasi potensi yang dimiliki spesies tersebut untuk keberlanjutan lingkungan dan pemanfaatan hayati atau bioprospeksi.
"Harus dijaga jangan sampai jenis yang belum diketahui, belum dinamai, belum diketahui potensinya itu sudah punah duluan," tutur Amir.
Ia mengatakan penambahan jenis baru terus bertambah dari waktu ke waktu di alam, sehingga perlu percepatan identifikasi spesies tersebut.
Namun sayangnya, perusakan dan alih fungsi hutan lebih cepat terjadi sehingga lebih banyak kekayaan hayati yang hilang. Itu mengkhawatirkan karena spesies-spesies baru bisa saja lebih dulu punah sebelum teridentifikasi.
Baca Juga: Cecak Jarilengkung Baru Ditemukan di Kalimantan
Menurut Amir, di antara hewan vertebrata atau hewan bertulang belakang, amfibi adalah salah satu hewan yang penemuan jenis barunya secara global naik terus, tetapi memang identifikasi spesies harus berpacu dengan laju kerusakan keanekaragaman hayati atau biodiversity loss.
Amfibi juga sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Ketika suhu turun atau naik satu atau dua derajat karena perubahan iklim, itu bisa sangat mempengaruhi metabolisme amfibi, sehingga laju kepunahan amfibi mungkin saja lebih besar daripada laju penemuan jenis baru amfibi.
Di samping itu, kerusakan atau pencemaran terhadap habitat spesies akan mempengaruhi daya hidup spesies tersebut. Sebagai contoh, berudu yang hidup di air sangat rentan sekali terhadap perubahan kelembapan suhu dan kondisi air serta oksigen di dalamnya, sehingga jika airnya kena polusi, maka berudu tidak dapat berkembang baik dan terancam mati.
Untuk itu, habitat spesies juga harus dilindungi untuk keberlangsungan hidupnya. Pembangunan yang dilakukan manusia juga hendaknya mempertimbangkan aspek ekologis dan kelestarian makhluk hidup sehingga ada unsur keberlanjutan dan memberikan kesempatan kepada spesies untuk tetap hidup, berinteraksi dan beradaptasi di dalamnya. [Antara]
Berita Terkait
-
Menteri Raja Antoni: Indonesia Percepat Pengakuan Hutan Adat hingga 1,4 Juta Hektar
-
Pemprov DKI Bakal Berikan Santunan Korban Pohon Tumbang, Ini Syaratnya
-
BRIN Gelar INARI EXPO 2025: Dorong Kolaborasi dan Riset untuk Ekosistem Inovasi Berkelanjutan
-
BRIN: Krisis Mikroplastik Jadi Alarm Perbaikan Sistem Sampah Nasional
-
Buka Lahan Ilegal di Kawasan Konservasi Hutan, Wanita Ini Terancam 11 Tahun Bui
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
19 Kode Redeem FC Mobile 7 November 2025, Manfaatkan Jalan Tol Menuju Pemain OVR 113 Di Sini
-
44 Kode Redeem FF 7 November 2025, Klaim Skin Groza FFCS Segera karena Terbatas
-
7 HP Murah Terbaru di Indonesia: Baterai Jumbo, Cocok untuk Pekerja Mobile dan Streaming
-
Deret Keunggulan Xiaomi 15T, Dari Lensa Zoom hingga Kamera Leica
-
Moto Buds Bass Rilis: TWS Murah Motorola dengan Fitur ANC dan Baterai Tahan Lama
-
Lazada Siapkan Investasi Rp 400 Miliar buat Harbolnas 11.11
-
Lupakan Garmin! Ini 5 Pilihan Smartwatch Strava Terbaik 2025 di Bawah Rp 1 Juta untuk Pelari Kalcer
-
22 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 6 November: Ada Rank Up, Gems, dan Pemain 110-113
-
55 Kode Redeem FF Terbaru 6 November: Raih Skin Groza FFCS, Diamond, dan Emote Bucin
-
Politisi PSI Yakin Gibran Adalah 'Jokowi 2.0', Tak Diasingkan di Papua