Suara.com - Peneliti pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan gempa magnitudo lebih dari 6,5 lebih banyak terjadi di wilayah Indonesia bagian timur dalam kurun waktu lima tahun ke belakang, yakni pada periode 2017-2021.
"Gempa dengan magnitudo lebih dari 6,5 itu paling banyak terjadi di wilayah Indonesia timur dibandingkan dengan yang di Indonesia bagian barat," kata peneliti BRIN Danny Hilman Natawidjaja, dalam webinar Professor Talk bertajuk Refleksi Akhir Tahun: Membaca Secara Ilmiah Kebencanaan 2021 di Indonesia di Jakarta, Senin (27/12/2021).
Profesor riset bidang geologi gempa dan kebencanaan di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian BRIN itu menuturkan penyebab gempa lebih sering terjadi di Indonesia bagian timur pada lima tahun ke belakang adalah pergerakan lempeng yang lebih cepat di timur, yaitu lempeng pasifik.
Gempa terjadi karena pergerakan lempang. Lempeng pasifik di bagian timur bergerak 12 cm per tahun, sementara lempeng India-Australia di bagian barat relatif bergerak 7 cm per tahun terhadap lempeng eurasia, dan lempeng-lempang tersebut terus bergerak.
"Kalau kita lihat pergerakan lempeng yang lebih cepat di timur, seharusnya gempa lebih sering di timur," ujar peneliti ahli utama di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian BRIN itu.
Danny mengatakan saat ini mungkin infrastruktur di Indonesia timur tidak begitu banyak dan populasi tidak begitu banyak dibanding kawasan di bagian barat, sehingga efek risiko gempa masih kecil.
Namun, kata dia, sejalan dengan perkembangan populasi dan infrastruktur di tahun-tahun mendatang, maka efek merusak dari kejadian gempa akan semakin tinggi.
Oleh karenanya, menurut dia, perlu diperhatikan dan disiapkan langkah mitigasi bencana gempa di masa mendatang, termasuk pembangunan di wilayah Indonesia timur.
"Kalau tidak ada tindakan mitigasi bencana gempa, sudah bisa dipastikan ke depan akan memakan lebih banyak korban," tutur Danny. [Antara]
Baca Juga: BRIN Akan Fasilitasi Riset Ekspedisi dan Eksplorasi Keanekaragaman Hayati Daratan
Berita Terkait
-
Pakar Ungkap Fakta Meteor Jatuh di Cirebon
-
Heboh Jatuh di Cirebon! Ini Jadwal Hujan Meteor 2025 di Indonesia Tak Boleh Dilewatkan
-
BRIN Jelaskan Penyebab Dentuman dan Kilatan Cahaya Langit Cirebon: Benar Meteor?
-
Momen Megawati di UGM, Ungkap Perdebatan Lama dengan Sri Mulyani Minta Dana Research Tak Dipotong
-
Tepis Kabar Rektor IPB Arif Satria Bakal Dilantik Jadi Kepala BRIN, Mensesneg: Belum Ada Hari Ini
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Pakar Ungkap Fakta Meteor Jatuh di Cirebon
-
19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Oktober 2025, Banjir Hadiah Pemain OVR 104 dan 108
-
Fakta-fakta Penangkapan 'Bjorka', Polisi Kena Ejek 'Sosok Asli'?
-
Netizen Bandingkan Runtuhnya Al Khoziny dan Sampoong: Antara Dibela vs Dipenjara
-
Viral Gerakan 'Kami Bersama Kiai Al Khoziny': Tuai Pro dan Kontra
-
Spesifikasi Poco M7 yang Masuk Indonesia 10 Oktober, Punya Baterai 7.000 mAh
-
17 Kode Redeem FC Mobile Terupdate 6 Oktober: Raih Pemain 112-113 dan Hujan Gems
-
DJI Mini 5 Pro, Kamera Osmo Nano, dan Mic 3 Resmi Masuk Indonesia, Ini Harganya
-
54 Kode Redeem FF Terbaru 6 Oktober: Klaim Katana Dual Flame dan Grizzly Bundle
-
5 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Stabilizer Mulai Rp 1 Jutaan