Suara.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Thailand Institute of Scientific and Technologcal Research (TISTR) sedang melakukan riset pengolahan umbi porang sebagai bahan pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Asia Tenggara.
"Kami berharap hasil penelitian ini dapat memproduksi pangan pokok yang sehat, seperti mi, beras, dan camilan yang sehat. Produk ini nantinya cocok dikonsumsi untuk program diet sehat dengan rasa yang enak," kata peneliti Pusat Riset dan Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN, Achmat Sarifudin dalam keterangannya di Jakarta, Senin. (14/2/2022).
Dalam penelitian bersama tersebut, BRIN melakukan riset teknologi pengolahan tepung porang dengan metode produksi hijau, yakni mengupayakan penggunaan bahan kimia yang tidak berbahaya atau basisnya air.
Bahan pelarut yang digunakan untuk mengekstrak glukomanan tidak dibuang ke lingkungan, sehingga bahan kimia tersebut bisa digunakan kembali untuk ekstraksi selanjutnya.
Achmat dan timnya mengembangkan teknologi peralatan sistem untuk mengekstraksi glukomanan dan menghilangkan asam oksalat. Jika asam oksalat dikonsumsi, akan menimbulkan rasa gatal serta gangguan pada ginjal jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
"Karena itu, fokus kami adalah bagaimana mendeteksi kandungan asam oksalat pada porang, karena ini menjadi titik kunci bahan pangan porang agar aman untuk dikonsumsi," ujar Achmat.
Sementara itu, tim TISTR melakukan riset pengembangan produk dengan memanfaatkan tiga bahan, yakni porang, daun kelor, dan lidah buaya.
Serangkaian tes yang akan dilakukan adalah karakteristik kimia, fisik, sensorik, kandungan gizi, masa simpan, dan efek glikemic index, serta respons enzim yang bereaksi terhadap penderita diabetes.
Penambahan bahan dari ekstrak daun kelor dan lidah buaya pada pengolahan umbi porang sebagai bahan pangan bertujuan untuk melengkapi kandungan gizi.
Baca Juga: Perlu Komitmen Pemerintah Kembangkan PLTN untuk Listrik Bebas Emisi
Daun kelor sebagai superfood mengandung asam amino esensial, mineral kalsium, ferrum, magnesium, dan zinc, serta antioksidan. Sedangkan lidah buaya mengandung antioksidan tinggi.
"Kami ingin menghasilkan produk pangan pokok dan camilan yang kandungan glikemiknya rendah, kalori rendah, tinggi serat, dan mengandung prebiotik," kata Achmat.
PRTTG BRIN menargetkan pengembangan teknologi pengolahan porang hingga teknologi produk turunannya secara keseluruhan dapat rampung pada 2024.
"Saat ini skala penelitian masih skala laboratorium. Target terdekat kami, di tahun 2022, kami mengembangkan teknologi pengolahan tepung porang sampai skala pilot," ujar Achmat.
Riset bersama itu membawa tim kolaboratif BRIN dan TISTR memenangkan WAITRO Innovation Award (WIA) 2021. WIA 2021 berfokus pada ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan.
The World Association of Industrial and Tecnological Research Organization (WAITRO) adalah suatu asosiasi independen, non-pemerintah dan nirlaba yang didirikan pada 1970 di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa. [Antara]
Berita Terkait
- 
            
              BRIN Gelar INARI EXPO 2025: Dorong Kolaborasi dan Riset untuk Ekosistem Inovasi Berkelanjutan
 - 
            
              BRIN: Krisis Mikroplastik Jadi Alarm Perbaikan Sistem Sampah Nasional
 - 
            
              Mikroplastik di Air Hujan Bisa Picu Stroke? Ini Penjelasan Lengkap BRIN dan Dinkes
 - 
            
              BRIN Temukan Mikroplastik Berbahaya di Air Hujan Jakarta, Ini Bahayanya bagi Tubuh
 - 
            
              Hujan Mikroplastik, Bukti Krisis Lingkungan Kini Menyentuh Tubuh Kita
 
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Cara Menambahkan Alamat di Google Maps, Beguna Menaikkan Visibilitas Bisnis Lokal Anda!
 - 
            
              Fosil Badak Purba Berusia 23 Juta Tahun Ditemukan di Arktik Kanada: Dulu Bukan Daerah Beku?
 - 
            
              Oppo Reno 15 Series Muncul di Geekbench, Identitas Chipset Terungkap
 - 
            
              3 Fakta Supermoon 5 November 2025: Jarak Paling Dekat, Bulan Makin Besar dan Terang
 - 
            
              5 HP Rp1 Jutaan untuk Orang Tua: Praktis, Baterai Awet, dan Tahan Banting
 - 
            
              Telkomsel dan BARDI Hadirkan Solusi IoT Terpadu: Kendaraan Kini Lebih Aman, Cerdas, dan Terkoneksi
 - 
            
              Honor 500 Tiru Desain iPhone Air? Ini Bocoran Fitur dan Disebut Jadi Pesaing Oppo Reno 15
 - 
            
              EA Akui Risiko Penjualan Ratusan Triliun ke Arab Saudi, Pertahankan Kendali Kreatif
 - 
            
              10 HP Midrange Terkencang Oktober 2025: SoC MediaTek Berkuasa, Seri Realme Neo Nomor Satu
 - 
            
              Live TikTok Saat Ujian TKA? Aksi Nekat Siswa Ini Bikin Publik Geram