Suara.com - Studi dari empat peneliti dari Makassar dan Australia menemukan bahwa orang Jakarta lebih percaya pada pemerintah soal penanganan pandemi Covid-19. Penyebabnya adalah tingkat pemahaman akan kesehatan yang berbeda dan kepercayaan pada pemerintah. Berikut penelitian mereka seperti yang sebelumnya tayang di The Conversation:
Seperti yang dilakukan banyak negara di seluruh penjuru dunia, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan-kebijakan guna menekan angka penyebaran virus corona, termasuk pembatasan sosial, kewajiban memakai masker, isolasi diri, rajin mencuci tangan dan memakai hand sanitizer, serta menghimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi.
Namun, di Indonesia, negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, tidak semua orang bisa mengikuti protokol kesehatan tersebut karena mereka hidup di lingkungan yang berbeda-beda dan memiliki tingkat pemahaman akan kesehatan (health literacy) yang berbeda pula.
Pada Juli 2021, kami para peneliti kesehatan masyarakat dan perilaku kesehatan melakukan survei terhadap 602 orang responden yang berasal dari dua provinsi besar di Indonesia, yakni DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.
Hasil survei kami menunjukkan bahwa warga di DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan memiliki tingkat kepatuhan yang berbeda terhadap penerapan kebijakan protokol pencegahan COVID-19. Survei juga menunjukkan adanya perbedaan tingkat kepatuhan, sikap, tingkat pengetahuan, serta kepercayaan kepada pemerintah.
Dibandingkan dengan di Sulawesi Selatan, di Jakarta ada lebih banyak orang yang mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan perilaku yang dapat melindungi dirinya dari penyebaran virus. Mereka juga cenderung memiliki keyakinan berbasis sains yang benar dibanding masyarakat di Sulawesi Selatan.
Perbedaan-perbedaan tersebut, menurut survei kami, ternyata dipengaruhi oleh tingkat literasi kesehatan dan kepercayaan mereka terhadap pemerintah.
Survei menunjukkan bahwa lebih banyak masyarakat di Jakarta yang menggunakan masker saat bertemu orang lain, menjaga jarak sosial dan rutin mencuci tangan, dibanding masyarakat di Sulawesi Selatan. Jumlah responden di Jakarta yang bersedia divaksin juga lebih banyak.
Sementara itu, di Sulawesi Selatan, cenderung lebih banyak warga yang bepergian keluar rumah untuk jalan-jalan maupun mengunjungi teman atau sanak saudara yang tinggal di tempat yang jauh. Mereka juga cenderung menunjukkan partisipasi yang lebih tinggi terkait perilaku yang dianggap berisiko untuk penularan COVID-19.
Baca Juga: Jawa Barat Jadi Penyumbang Kasus COVID-19 Harian Terbanyak Kedua di Indonesia
Semakin tinggi health literacy, semakin tinggi tingkat kepatuhan
Temuan kami menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung menunjukkan pemahaman yang lebih akurat dan lebih mematuhi protokol kesehatan.
Di Jakarta, jumlah responden yang memiliki health literacy yang lebih tinggi lebih banyak daripada responden di Sulawesi Selatan.
Health literacy adalah kemampuan individu dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi dan layanan kesehatan dalam mengambil keputusan bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Tingginya health literacy biasanya ditopang oleh tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi – seperti yang terlihat pada responden kami dari Jakarta.
Semakin tinggi health literacy, maka semakin akurat pemahaman individu terkait COVID-19.
Temuan-temuan kami tersebut selaras dengan hasil studi yang dilakukan oleh pakar kesehatan masyarakat Kirsten J. McCaffery dan rekan-rekannya yang menunjukkan bahwa individu dengan health literacy yang lebih rendah cenderung tidak menganggap menjaga jarak sosial sebagai hal yang penting dalam pencegahan penularan COVID-19, lebih cenderung mempercayai pemahaman dan informasi yang salah tentang COVID-19 dan kurang mendukung program vaksinasi, bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki health literacy yang lebih memadai.
Berita Terkait
-
Curhat Komunitas DAS Balantieng, Hulu Menyoal Kompensasi, Hilir Tuntut Ketegasan Polisi
-
Titik Terang Krisis Balantieng, RPDAS Dorong Aksi Pelestarian Demi Penyelamatan Sungai
-
Bahaya Mengintai di Sungai Balantieng dari Banjir hingga Tambang, Apa Dampaknya?
-
Ariana Grande Idap Salah Satu Virus Mematikan, Mendadak Batal Hadiri Acara
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Jadi Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia, John Herdman Punya Kesamaan Taktik dengan STY
Terkini
-
5 Rekomendasi Smartwatch GPS Murah, Mulai Rp179 Ribuan
-
4 HP Android Kamera Boba 3 Mirip iPhone 15 Pro yang Turun Harga di Akhir 2025
-
CEO Baru Mozilla Fokuskan Firefox pada AI yang Transparan dan Terpercaya
-
Atlet Esports Thailand Didepak dari SEA Games Usai Skandal Kecurangan
-
Nenek 92 Tahun Menjuarai Turnamen Tekken 8 di Liga Esports Lansia Jepang
-
5 HP OPPO Diskon Sampai 30 Persen di Erafone, Serbu Sebelum 31 Desember 2025
-
65 Kode Redeem FF Terbaru 18 Desember: Ada Diamond, Banner Dreamspace, dan Bundle Gratis
-
IM3XPLORE Resmi Meluncur, Solusi Internet Liburan Andalan Berbasis AIvolusi 5G
-
Percakapan AI Pengguna Diduga Dijual Lewat Ekstensi Browser
-
31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115