Suara.com - Perusahaan keamanan siber, Sophos mengungkapkan kalau serangan ransomware yang menimpa suatu perusahaan memerlukan rata-rata biaya tebusan 812.360 Dolar AS atau setara Rp 12,1 miliar.
Hal itu diungkapkan Sophos dalam survei tahunan bertajuk State of Ransomware 2022. Laporan ini merangkum dampak dari ransomware pada 5.600 perusahaan menengah di 31 negara di seluruh Eropa, Amerika, Asia-Pasifik dan Asia Tengah, Timur Tengah, dan Afrika.
Chester Wisniewski selaku principal research scientist di Sophos mengungkapkan, 66 persen perusahaan yang disurvei mengalami kenaikkan serangan ransomware pada tahun 2021 dari 37 persen pada tahun 2020.
Tak hanya itu, 46 persen organisasi yang memiliki data terenkripsi membayar uang tebusan untuk mendapatkan data mereka kembali, bahkan apabila mereka mendapatkan kembali data dengan cara lain seperti backup.
"Selain pembayaran yang meningkat dan harus diselesaikan, survei menunjukkan bahwa proporsi korban yang membayar juga terus meningkat, meskipun mereka memiliki pilihan lain yang tersedia," kata Wisniewski dalam keterangannya, Selasa (12/7/2022).
Ia menuturkan, banyak perusahaan yang kerap kali mendapatkan tekanan usai dihajar serangan ransomware. Misalnya ada backup (mencadangkan) data yang belum selesai atau keinginan untuk mencegah data yang dicuri muncul di situs kebocoran publik.
Tapi untuk memulihkan data terenkripsi lewat backup, itu dinilai menjadi proses sulit dan memakan waktu. Sehingga perusahaan mungkin tergoda bahwa membayar uang tebusan untuk mendapatkan decryption key adalah pilihan yang lebih cepat.
"Namun, ini juga merupakan pilihan yang penuh dengan risiko. Perusahaan tidak akan tahu apa yang mungkin dilakukan penyerang, seperti menambahkan pintu belakang (backdoor), menyalin kata sandi, dan lainnya," sambung dia.
Wisniewski juga mengatakan kalau 11 persen perusahaan responden mengaku kalau mereka membayar uang tebusan sebesar 1 juta dolar AS atau Rp 14,9 miliar, naik 4 persen dari tahun 2020.
Baca Juga: Bahaya WFH, Serangan RDP Meroket Hingga 200 Juta Serangan
Sementara persentase perusahaan yang membayar kurang dari 10.000 dolar AS turun menjadi 21 persen di tahun 2021, dari 34 persen di tahun 2020.
Kemudian selama 2021, 46 persen organisasi yang datanya dienkripsi dalam serangan ransomware telah membayar uang tebusan. Lalu 26 persen perusahaan yang dapat memulihkan data terenkripsi lewat backup juga telah membayar uang tebusan.
Survei Sophos juga mengungkap kalau biaya rata-rata pemulihan dari serangan ransomware di tahun 2021 mencapai 1,4 juta dolar AS atau Rp 20,9 miliar. Sementara waktu perbaikan dari serangan siber itu membutuhkan rata-rata hingga satu bulan.
"Sekitar 90 persen organisasi mengatakan serangan itu mempengaruhi kemampuan mereka untuk beroperasi, dan 86 persen korban dari sektor swasta mengatakan mereka telah kehilangan bisnis dan/atau pendapatan akibat serangan yang terjadi," ungkap Wisniewski.
Namun Sophos juga menemukan kalau banyak organisasi yang sudah mengandalkan asuransi siber untuk membantu mereka pulih dari serangan ransomware.
Disebutkan kalau 83 persen perusahaan menengah memiliki asuransi siber yang melindungi mereka jika terjadi serangan ransomware. Kemudian dari 98 persen insiden yang terjadi, perusahaan asuransi membayar sebagian atau semua biaya yang dikeluarkan dengan 40 persen dari keseluruhan pembayaran mencakup pembayaran tebusan.
Berita Terkait
-
Lonjakan Serangan Siber Berbasis AI Ancam Infrastruktur Email Indonesia
-
HP Android Lebih Rentan! Kaspersky Ungkap Peningkatan Serangan Malware di Semester I 2025
-
Fiersa Besari Santai Dapat Serangan Phishing: So Sweet Banget, Semangat Hack-nya
-
AwanPintar Catat Lebih dari 133 Juta Serangan Siber pada Semester I 2025 di Indonesia
-
Kaspersky Ungkap Ancaman Siber Paling Banyak Serang Indonesia
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Lazada Sebut Fitur AI Mampu Tingkatkan Belanja Online di Tanggal Kembar 9.9
-
Deretan Fitur AI di HP Realme, Lengkap dari Kamera hingga Gaming
-
Infinix GT 30 Masuk Indonesia 24 September, HP Gaming Banyak Fitur AI
-
39 Kode Redeem FF Hari Ini 19 September 2025, Skin SG2 dan Scar Megalodon Menanti
-
Redmi Pad 2 Play Bundle Masuk Indonesia, Tablet Xiaomi Rp 2 Jutaan Cocok untuk Anak
-
Riset Ungkap Kecepatan Internet Indonesia Nomor 2 Paling Lelet di Asia Tenggara
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB, Performa Kencang Harga Terjangkau
-
10 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 19 September 2025, Dapatkan Beckham dan Iniesta OVR 104
-
Honor Siapkan HP Baru Bulan Ini: Bawa Baterai 8.300 mAh dan Fitur Tangguh
-
Sebagian Fitur Redmi K90 Terungkap, Diprediksi Jadi Cikal Bakal POCO F8