- Situs resmi KontraS diretas sejak 27 Oktober 2025 dan masih dalam proses pemulihan.
- KontraS alihkan kanal informasinya ke media sosial untuk menjaga komunikasi publik tetap aktif.
- Warganet curigai motif politis di balik peretasan, menilai insiden ini bentuk pembungkaman.
Suara.com - Situs resmi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengalami serangan siber sejak Senin, 27 Oktober 2025.
Organisasi masyarakat sipil yang dikenal fokus memperjuangkan isu hak asasi manusia (HAM) itu menyebut situs mereka mengalami 'gangguan peretasan' dan hingga kini masih dalam proses pemulihan.
Informasi tersebut diumumkan langsung melalui akun Instagram resmi KontraS, @kontras_update, pada Senin (27/10/2025) malam.
Dalam unggahannya, KontraS menampilkan latar merah dengan pita kuning bertuliskan 'UNDER CONSTRUCTION', disertai pengumuman resmi kepada publik.
"Per 27 Oktober 2025 website www.kontras.org sedang mengalami gangguan peretasan! Saat ini, kami tengah berusaha memulihkan kembali," tulis KontraS dalam pengumumannya.
Akibat serangan tersebut, KontraS terpaksa mengalihkan seluruh kanal informasi resmi ke media sosial, seperti Instagram, X (Twitter), dan Facebook.
Langkah ini diambil agar arus komunikasi publik tetap berjalan, sambil memastikan keamanan data internal organisasi.
Suara.com telah berupaya menghubungi Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya Saputra, untuk mengonfirmasi lebih lanjut terkait kronologi dan dugaan pelaku peretasan.
Namun hingga berita ini ditulis, Dimas belum memberikan keterangan resmi.
Baca Juga: Sebut Aparat Tak Paham, Kontras: Penerapan Undang-Undang TPKS Masih Banyak Banget Catatannya
Sementara itu, kolom komentar unggahan KontraS di Instagram dipenuhi reaksi warganet yang menaruh kecurigaan atas serangan tersebut.
Sebagian besar menilai insiden ini memiliki muatan politis dan bisa menjadi indikasi upaya pembungkaman terhadap lembaga yang vokal mengkritisi pemerintah.
Kecurigaan itu salah satunya disampaikan oleh pemilik akun @kaif×××××× yang menulis komentar bernada tegas, menyebut peretasan ini sebagai bentuk 'pembungkaman informasi.'
Spekulasi lebih lanjut juga muncul dari akun @detxxxx, yang menduga serangan tersebut dilakukan atas perintah pihak tertentu.
"Heran yg retas suruhan siapa si. Di bayar mahal pasti, namanya butuh duit tuh bocil-bocil hekel," tulisnya.
Komentar bernada lebih emosional datang dari akun @rifxxxx, yang menilai peretasan situs KontraS sebagai sinyal berbahaya bagi demokrasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Terungkap di Sidang: Detik-detik Anak Riza Chalid 'Ngotot' Adu Argumen dengan Tim Ahli UI
-
Harga Telur Naik Gara-gara MBG, Mendagri Tito: Artinya Positif
-
Penyelidikan Kasus Whoosh Sudah Hampir Setahun, KPK Klaim Tak Ada Kendala
-
Fraksi NasDem DPR Dukung Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Lihat Perannya Dalam Membangun
-
Kemenhaj Resmi Usulkan BPIH 2026 Sebesar Rp 88,4 Juta, Ini Detailnya
-
Emak-Emak Nyaris Adu Jotos di CFD, Iron Man Jadi Penyelamat
-
Pemerintah Usulkan Biaya Haji 2026 Turun Rp 1 Juta per Jemaah Dibanding Tahun Lalu
-
Bicara soal Impeachment, Refly Harun: Pertanyaannya Siapa yang Akan Menggantikan Gibran?
-
SETARA Institute: Pemberian Gelar Pahlawan untuk Soeharto Pengkhianatan Reformasi!
-
Whoosh Disorot! KPK Usut Dugaan Korupsi Kereta Cepat, Mark-Up Biaya Terendus?