Suara.com - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menanggapi soal kajian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait fitur direct to cell Satelit Starlink yang dianggap bisa melakukan monopoli dan mengancam industri dalam negeri.
Diketahui fitur direct to cell Starlink ini memungkinkan pengguna untuk akses SMS, telepon, atau jelajah (browsing) di mana pun, langsung dari satelit. Artinya, ini mirip seperti layanan kabel fiber optik (wifi) atau BTS (seluler) yang sudah ada di Indonesia.
Direktur Utama PT Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah menilai kalau satelit milik Elon Musk ini justru bisa berkolaborasi untuk menyediakan akses internet di Tanah Air, baik itu dalam bentuk fixed broadband (internet tetap/Wifi) atau jaringan seluler.
"Saya yakin Starlink itu bisa komplemen dengan layanan kita lah, baik di fixed broadband maupun di seluler," kata Ririek saat ditemui di Kantor Telkom, Jakarta, Senin (16/12/2024).
Ia mengatakan kalau mereka sebenarnya sudah bekerja sama dengan Starlink lewat Telkomsat selaku anak perusahaan Telkom. Kolaborasi mereka pun berjalan baik hingga saat ini.
"Berjalan dengan baik, ditangani oleh Telkomsat," lanjut dia.
Ririek juga segera mengumumkan perkembangan terbaru soal kerja sama Starlink dan Telkom. Dia menegaskan kalau hadirnya Starlink malah akan saling melengkapi.
"Kami akan (sampaikan) beberapa perkembangan nanti, pada saatnya akan kami sampaikan kerja sama. Jadi intinya adalah network Starlink dan network kami, kami yakin bisa saling komplemen, saling melengkapi," ucap Ririek.
Sebelumnya KPPU menganggap kalau satelit Starlink milik Elon Musk berpotensi monopoli di Indonesia. Pasalnya, satelit jenis Low Earth Orbit (LEO) atau orbit rendah Bumi itu memiliki teknologi baru yang disebut direct to cell.
Baca Juga: Telkom soal Merger XL-Smartfren: Meski 3 Tetap Ada Persaingan
Direktur Ekonomi KPPU, Mulyawan Ranamenggala menerangkan kalau industri penyediaan jasa internet di Indonesia memiliki struktur pasar yang oligopoli karena kebutuhan modal, inovasi teknologi berkelanjutan, serta konvergensi teknologi.
Menurutnya, berbagai layanan penyedia internet baik teknologi seluler, fiber optik, maupun satelit masing-masing menempati kategori yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan spesifik konsumen terhadap penyediaan layanan internet.
"Jasa internet LEO berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat jika masuk ke penyediaan layanan direct to cell, karena akan berdampak pada pelaku usaha seluler nasional yang tidak memiliki teknologi satelit LEO," kata Mulyawan, dikutip dari siaran pers KPPU, Rabu (4/12/2024).
Namun demikian, teknologi LEO tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi dan menjadi solusi pemerataan telekomunikasi di Indonesia. KPPU pun menyarankan Presiden RI agar Pemerintah memprioritaskan jangkauan layanan penyediaan internet berbasis satelit LEO di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar atau wilayah 3T.
KPPU juga menyarankan penyediaan jasa internet di daerah 3T tersebut mengutamakan kemitraan antara penyedia jasa internet berbasis LEO dengan pelaku jasa telekomunikasi dan pelaku UMKM dengan mempertimbangkan kepentingan nasional.
Saran tersebut pun sudah disampaikan secara tertulis pada 18 November 2024 kepada Presiden RI Prabowo Subianto dan tembusan kepada Pimpinan DPR RI, Pimpinan Komisi VI DPR RI, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, hingga Menteri Komunikasi dan Digital.
Berita Terkait
-
Telkom soal Merger XL-Smartfren: Meski 3 Tetap Ada Persaingan
-
Telkom Dorong Pemerataan Inklusivitas melalui Program Peningkatan Skill Digital bagi Disabilitas
-
Telkom Beri Diskon Internet Buat UMKM demi Dorong Percepat Transformasi Digital
-
Telkom dan Alibaba Cloud Jalin Kerja Sama Perkuat Ekosistem Digital
-
Presiden RI Resmi Luncurkan Sistem E-Katalog Versi 6.0, Wujudkan Efisiensi dan Transparansi
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
7 Rekomendasi Memori HP MicroSD Card Terbaik, Kecepatan Baca Super Ngebut Anti Lemot
-
Clair Obscur Expedition 33 Borong Penghargaan di The Game Awards 2025
-
Redmi TV X 2026 Resmi Debut: Tawarkan Panel Mini LED 50 Inci, Harga Rp5 Jutaan
-
51 Kode Redeem FF Terbaru 12 Desember 2025, Klaim Emote Moonwalk dan Skin Winterland
-
Dua Game Baru Tomb Raider Muncul di TGA 2025, Sasar Konsol dan PC
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 12 Desember 2025, Klaim Kartu Glorious dan 5.000 Gems
-
Sony A7 V Resmi Dirilis: Cek Harga, Spesifikasi Lengkap, dan Promo Pre-Order Desember 2025
-
Muncul di The Game Awards 2025, Mega Man Anyar Hadir Tahun Depan
-
3 HP Flagship Xiaomi Lolos Sertifikasi di Indonesia: Xiaomi 17 Pakai Chip Terkencang
-
SureColor G6030, Printer Direct-to-Film Pertama Terobosan dari Epson Resmi Hadir