Tekno / Internet
Kamis, 15 Mei 2025 | 15:16 WIB
Ketua Umum APJII, Muhammad Arif Angga saat ditemui di Kemayoran, Jakarta, Senin (12/8/2024). [Suara.com/Dicky Prastya]

Suara.com - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) buka-bukaan soal kenapa banyak wilayah di Indonesia belum mendapatkan akses internet. Padahal penyedia layanan justru sudah banyak.

Ketua Umum APJII, Muhammad Arif Angga menyatakan, kalau penyedia layanan internet (internet service provider atau ISP) di Indonesia bukan menyebar, tetapi menumpuk di daerah tertentu.

Ia memaparkan, anggota APJII sampai saat ini tercatat mencapai kurang lebih 1.300. Sayangnya, provider sebanyak ini justru tidak dibarengi dengan pemerataan infrastruktur.

"Harusnya kita ini sudah merata secara infrastruktur digita, atau internet. Tapi sayangnya infrastruktur kita ini bukan melebar, bukan meluas, tetapi menumpuk," kata Arif saat konferensi pers di acara Indonesia Digital Forum bertajuk Kolaborasi dan Sinergi Membangun Ekosistem Digital Indonesia yang digelar di Hotel JW Marriott,  Jakarta, Kamis (15/05/2025).

Ia menyatakan kalau kesemrawutan infrastruktur internet ini karena Indonesia tidak memiliki peta jalan atau roadmap. Makanya itu dia ingin menahan para provider untuk terdaftar sebagai anggota APJII agar menyediakan layanan internet ke masyarakat.

"Kalau enggak diatur ya tadi, akhirnya ada kesemrawutan infrastruktur yang ujungnya ada penyia-nyiaan dari investasi yang ada ke depannya," papar dia.

"Kita pengin stop dulu, bukan secara sementara, karena kita pengin tata dulu lah ke depannya sebenarnya, kita pengen buat turut, tapi arahnya mau ke mana," lanjut Arif.

Arif menilai kalau pemberian izin ke penyedia layanan internet mesti dibarengi dengan regulasi. Maka dari itu, izin yang diberikan juga berdampak pada pemerataan layanan internet di Indonesia.

Ia menyayangkan kalau para penyedia layanan internet saat ini masih hanya menumpuk di kota-kota besar. Dari total 550 kabupaten kota di Indonesia, para provider ini justru hanya menumpuk di 18 kota.

Baca Juga: Emiten Ritel Hypermart Masih Rugi Rp22,3 Miliar

"Tandanya kota-kota lain ini, tidak memiliki infrastruktur yang memang cukup baik. Nah, ya buktinya setiap tahun, kami selalu dihadapkan sama data-data survei yang kurang maksimal," tandasnya.

72,1 juta orang Indonesia belum kebagian akses internet

Sebuah riset terbaru mengungkapkan kalau 72,1 juta orang Indonesia masih belum mendapatkan akses internet. Indonesia masuk peringkat ke-8 dari 10 besar negara dengan populasi terbesar yang tidak terkoneksi internet.

Hal ini terungkap dari laporan We Are Social dan Meltwater bertajuk Digital 2025 Global Overview Report yang dikutip Suara.com pada Minggu (6/4/2025).

Menurut riset yang dirilis Februari 2025 itu, Indonesia berada di peringkat ke-8 dalam daftar 10 negara populasi terbesar yang belum mendapatkan akses internet.

Rincinya, ada 72.172.000 orang Indonesia yang belum kebagian internet. Jika dipresentasikan, angka ini setara 25,4 persen dari total populasi sebanyak 285 juta penduduk.

Adapun jumlah pengguna internet di Indonesia per Februari 2025 mencapai 212 juta orang dengan persentase 74,6 persen.

Tapi jika dibandingkan tahun lalu atau secara year-on-year, jumlah penduduk Indonesia yang bisa mengakses internet naik 8,7 persen dengan angka 17 juta orang.

Di bawah Indonesia ada Tanzania dengan 49,3 juta orang belum mendapatkan akses internet. Sedangkan peringkat ke-10 ada Uganda dengan 36,5 juta penduduk tak kebagian internet.

Adapun negara dengan populasi terbanyak yang belum mendapatkan akses internet adalah India dengan total 651 juta dan persentase 44,7 persen dari total penduduk.

Lebih jelasnya berikut daftar 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak yang belum mendapatkan akses internet.

1. India = 651,6 juta (44,7 persen)
2. China = 311,9 juta (22 persen)
3. Pakistan = 137,4 juta (54,3 persen)
4. Nigeria = 128,3 juta (54,6 persen)
5. Ethiopia = 105,2 juta (78,7 persen)
6. Bangladesh = 96,9 juta (55 persen)
7. Republik Demokratik Kongo = 77 juta (69,4 persen)
8. Indonesia = 72,1 ju juta (25,4 persen)

9. Tanzania = 49 49,3 juta (70,9 persen)

10. Uganda = 36,5 juta (72 persen)

Jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2024

Tahun lalu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) meluncurkan hasil survei penetrasi internet Indonesia 2024. Dalam riset itu, jumlah pengguna internet Indonesia sudah mencapai 221.563.479 orang di tahun 2024.

Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan, dari total jumlah penduduk Indonesia berjumlah 278.696.200 orang, sebanyak 221.563.479 warga ini menandakan kalau tingkat penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 79 persen.

"Angka ini meningkat dalam lima tahun terakhir," katanya dalam konferensi pers di Kantor APJII, Rabu (31/1/2024).

Jika dibandingkan dengan beberapa sebelumnya, tingkat penetrasi internet di Indonesia hanya 64,8 persen pada 2018. Namun perlahan naik menjadi 73,7 persen di 2020, 77,01 persen di 2022, dan 78,19 persen di 2023.

Berdasarkan gender, tingkat penetrasi internet sudah 87,6 persen dari total populasi laki-laki di Indonesia. Kemudian untuk kalangan perempuan sudah 85,5 persen dari total populasi.
Secara persentase, kontribusi laki-laki dibanding perempuan adalah 50,9 persen dan 49,1 persen.

Lalu untuk kategori wilayah, tingkat penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 74 persen di daerah rural atau pedesaan. Kemudian di daerah urban atau perkotaan mendapatkan 82,2 persen.

Perbandingan keduanya yakni 30,5 persen untuk wilayah rural dan 69,5 persen untuk daerah urban.

Sementara untuk kategori daerah tertinggal, wilayah ini sudah memiliki persentase 67,6 persen alias 6.679.632 orang dari total populasi 9.881.112 jiwa penduduk daerah 3T.

Di kategori bukan daerah tertinggal, tingkat penetrasi internet mencapai 80 persen alias 215.052.070 orang dari total populasi 268.815.088 jiwa penduduk di daerah bukan 3T.

Load More