- Perseverance menemukan pola batuan di Mars yang diduga terkait kehidupan purba.
- Sampel Cheyava Falls dari Neretva Vallis menyimpan jejak lingkungan layak huni.
- NASA menegaskan penelitian lanjutan diperlukan sebelum memastikan asal-usul biologisnya.
Suara.com - NASA mengemukan bukti-bukti baru dari kemungkinan adanya kehidupan di Mars yang ditemukan Rover Perseverance saat menjelajahi planet merah tersebut.
Rover Perseverance, yang diluncurkan pada tahun 2020, merupakan bagian pertama dari program Mars Sample Return yang bertujuan mengumpulkan sampel batuan dari Mars.
Misi utamanya adalah mempelajari sejarah geologis serta menilai potensi kelayakan hidup di Planet Merah
Wahana ini mendarat di kawah Jezero, bekas delta sungai purba yang diyakini memiliki kehidupan mikroba. Rover Perseverance memeriksa singkapan batu lumpur khas dari formasi Bright Angel.
Di lokasi tersebut, tim sains Mars 2020 melaksanakan survei geologi, petrografi, dan geokimia secara mendalam terhadap batuan itu.
Penjelajahan ini bisa dikatakan menemukan hasil yang dicari: Data yang dikumpulkan Rover Perseverance baru saja memberikan bukti paling kuat sejauh ini tentang kemungkinan adanya kehidupan mikroba di Mars.
Dilansir dari CNN Science (11/9/2025), NASA telah mengumumkan bahwa ilmuwan menduga bahwa pola menyerupai bintik macan tutul pada batu yang diambil oleh wahana penjelajah Perseverance di Mars pada 2024 mungkin terbentuk akibat kehidupan purba.
Tim peneliti juga telah merilis makalah ilmiah yang dirilis jurnal Nature mengenai analisis terbaru tersebut, meski mereka menekankan bahwa penelitian lanjutan masih diperlukan. Penemuan ini diumumkan pada Rabu (10/9/2025) waktu setempat.
Pejabat Administrator NASA Sean Duffy, dikutip dari CNN Science, mengatakan "Jadi, temuan ini sangat mungkin menjadi tanda paling jelas keberadaan kehidupan yang pernah kita temukan di Mars, dan itu sungguh luar biasa."
Baca Juga: Rover Perseverance NASA Temukan Petunjuk Baru Kehidupan Purba di Mars
Sampel yang diberi nama Cheyava Falls itu diambil oleh Perseverance dari singkapan batuan di tepi lembah sungai Neretva Vallis, wilayah yang dulunya dibentuk oleh aliran air menuju Kawah Jezero lebih dari 3 miliar tahun lalu.
Rover tersebut mendarat di dalam kawah itu pada Februari 2021 untuk menjelajahi bekas danau kuno, dengan tujuan mencari batuan yang tercipta atau mengalami perubahan akibat keberadaan air di masa lampau Mars.
NASA pertama kali mengumumkan penemuan batu Cheyava Falls pada akhir Juli 2024, dan pengumuman baru pada Rabu ini merupakan hasil dari proses penelitian panjang yang telah melalui tinjauan para peneliti serta pengumpulan data tambahan yang dilakukan selama hampir setahun.
"Lingkungan yang Mungkin Dapat Dihuni?"
Meskipun sampel itu kini tersimpan aman di dalam tabung, jauh di Mars, para ilmuwan tetap tertarik menelitinya karena diyakini dapat memberikan petunjuk apakah kehidupan mikroskopis pernah ada di planet tersebut.
"Kami membagikan penemuan kemungkinan biosignature — yakni ciri atau jejak yang mungkin berkaitan dengan proses biologis, meskipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan asal-usul biologisnya", ujar Katie Stack Morgan dikutip dari CNN Science, ilmuwan proyek Perseverance di Jet Propulsion Laboratory NASA, pusat penjelajahan robotik NASA.
Lebih dari 3,5 miliar tahun yang lalu, menurut Stack Morgan, Neretva Vallis kemungkinan dipenuhi aliran sungai deras yang membawa lumpur, pasir, dan kerikil menuju sebuah danau.
Ia menambahkan, di dalam kawah, suasana yang dinamis itu kemungkinan sesekali berganti menjadi masa yang lebih tenang ketika air tertahan, menciptakan lingkungan danau dengan energi yang relatif rendah.
"Ketika air akhirnya mengering, ia meninggalkan singkapan bebatuan tempat Cheyava Falls ditemukan — yang disebut Bright Angel — dan menyimpan jejak tentang ‘lingkungan yang mungkin dapat dihuni’ di Mars", kata Stack Morgan.
"Batuan purba ini memberi kita jendela menuju masa yang tidak banyak terwakili di Bumi, tetapi merupakan periode ketika kehidupan mulai muncul di Bumi, dan mungkin juga di Mars," tambahnya.
Apakah Ada Kehidupan Biologis?
Analisis mendalam mengenai penemuan ini juga dilakukan oleh ahli geosains dan planet Joel Hurowitz dari Universitas Stony Brook, AS. Ia bersama timnya telah melakukan penelitian bahkan sejak Rover Perseverance tiba di Mars pada 2021
Menurutnya, penjelasan paling masuk akal untuk bintik-bintik menyerupai tutul pada batu Cheyava Falls, serta bebatuan serupa di formasi Bright Angel, adalah adanya proses biologis.
Walaupun tim peneliti tidak menyatakan telah menemukan fosil kehidupan di Mars, mereka berpendapat bahwa batuan tersebut memiliki ciri-ciri yang mungkin terbentuk oleh aktivitas biologis yang disebut sebagai biosignature potensial.
Istilah ini merujuk pada karakteristik, unsur, molekul, zat, atau fitur apa pun yang bisa dihasilkan oleh kehidupan masa lalu, tetapi juga bisa terbentuk tanpa adanya kehidupan.
Namun para ilmuwan menegaskan bahwa diperlukan lebih banyak data sebelum menyimpulkan apakah aktivitas mikroba benar-benar menjadi penyebab terbentuknya fitur yang terlihat pada batu lumpur tersebut.
Hurowitz, dikutip dari ScienceAlert (11/9/2025) menjelaskan bahwa yang menarik dari temuan ini adalah adanya campuran lumpur dan materi organik yang bereaksi sehingga menghasilkan mineral serta tekstur tertentu.
Ia menambahkan, ketika para peneliti melihat ciri-ciri seperti ini, biasanya hal tersebut merupakan hasil sampingan dari proses metabolisme mikroba yang memanfaatkan materi organik dan kemudian membentuk mineral melalui reaksi tersebut.
Pencarian yang Terus Berlanjut
Dalam penelitian tersebut yang masih terus berlanjut, para peneliti ingin mencari dua kemungkinan skenario mengenai bagaimana ciri-ciri batuan itu terbentuk: apakah karena adanya kehidupan atau justru tanpa keterlibatan kehidupan sama sekali.
Para ilmuwan masih mempelajari konteks geologi dari sampel tersebut, namun pengumuman baru ini telah memberikan gambaran umum tentang bagaimana mereka saat ini memahami batuan Cheyava Falls serta wilayah sungai purba Mars.
Mereka juga berharap sampel-sampel ini pada akhirnya dapat dibawa kembali ke Bumi untuk dipelajari di laboratorium, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam.
"Hari ini kami benar-benar menunjukkan bagaimana kami selangkah lebih dekat untuk menjawab salah satu pertanyaan paling mendalam dalam sejarah umat manusia, yaitu: apakah kita benar-benar sendirian di alam semesta?" ujar Nicky Fox, Associate Administrator untuk Direktorat Misi Sains NASA, dilansir dari CNN Science (11/9/2025)
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
-
Usai Dilantik, Menkeu Purbaya Langsung Tanya Gaji ke Sekjen: Waduh Turun!
Terkini
-
Kapan iPhone 17 Rilis di Indonesia? Ini Perkiraan Tanggal dan Harganya
-
POCO F6 Turun Harga, Saat Tepat Beli HP Flagship Killer yang Lebih Murah?
-
Rover Perseverance NASA Temukan Petunjuk Baru Kehidupan Purba di Mars
-
Berapa Harga POCO X6 Pro di September 2025? Desainnya Dibilang Mirip iPhone 17
-
ADVAN Soulmate X Resmi Rilis, Cek Apa yang Ditawarkan Laptop Murah Ini
-
11 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 11 September 2025: Gelandang Kreatif OVR 110 Siap Dimiliki
-
Cara Buat Foto Miniatur Viral dengan Efek Kapsul Pakai Gemini AI
-
Bocoran Anyar, Banyak Game Resident Evil Dirumorkan Menuju Switch 2
-
Kenapa Radio Masih Eksis di Era Digital?
-
Rincian Update Garena Delta Force War Ablaze, Ada Kolaborasi Film SAW