Tekno / Sains
Senin, 22 September 2025 | 15:08 WIB
Ilustrasi Osteoporosis (Freepik)

Suara.com - Sebuah penelitian terbaru memberi harapan baru bagi jutaan orang yang hidup dengan osteoporosis, penyakit yang membuat tulang rapuh dan mudah patah.

Tim ilmuwan dari University of Leipzig, Jerman, bersama Shandong University, China, menemukan mekanisme penting dalam tubuh yang bisa dimanfaatkan untuk memperkuat tulang dan bahkan membalikkan kerusakan yang sudah terjadi.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Signal Transduction and Targeted Therapy, para peneliti mengidentifikasi reseptor sel bernama GPR133 atau ADGRD1 sebagai kunci pembentukan dan kekuatan tulang. 

Reseptor ini bekerja melalui sel pembangun tulang yang disebut osteoblas. Variasi pada gen GPR133 sebelumnya sudah dikaitkan dengan kepadatan tulang, sehingga tim fokus pada protein yang dihasilkan oleh gen tersebut.

Peneliti menguji peran GPR133 pada tikus dengan dua skenario: pertama, ketika gen tersebut dihilangkan, dan kedua, ketika reseptor diaktifkan menggunakan zat bernama AP503. 

Hasilnya menarik. Tikus yang tidak memiliki gen GPR133 tumbuh dengan tulang lemah, mirip gejala osteoporosis. Namun ketika reseptor diaktifkan dengan AP503, produksi dan kekuatan tulang meningkat signifikan.

Dengan menggunakan AP503, yang baru-baru ini diidentifikasi melalui pemindaian berbasis komputer, kami mampu meningkatkan kekuatan tulang baik pada tikus sehat maupun yang mengalami osteoporosis,” kata Ines Liebscher, ahli biokimia dari University of Leipzig seperti dikutip dari Science Alert (21/9/2025). 

Ia menambahkan, zat itu bekerja seperti tombol biologis yang membuat osteoblas bekerja lebih keras membangun tulang.

Yang lebih menggembirakan, AP503 terbukti dapat bekerja bersama olahraga untuk memperkuat tulang lebih jauh. Artinya, pengobatan masa depan bisa menggabungkan terapi obat dengan aktivitas fisik untuk memberikan hasil maksimal. 

Baca Juga: China Larang Perusahaan Beli Chip AI NVIDIA: Saham Anjlok, Jensen Huang Kecewa

Meski uji coba baru dilakukan pada hewan, peneliti yakin mekanisme yang sama kemungkinan berlaku pada manusia.

Osteoporosis sendiri merupakan masalah kesehatan serius yang mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia, menurut data International Osteoporosis Foundation (IOF).

Penyakit ini sering menyerang wanita setelah menopause, ketika produksi hormon estrogen menurun dan kepadatan tulang berkurang. 

Di Indonesia, laporan Kementerian Kesehatan menyebut sekitar 1 dari 3 wanita usia lanjut berisiko mengalami osteoporosis, sedangkan pada pria angkanya sekitar 1 dari 5.

Hingga kini, perawatan osteoporosis yang tersedia hanya mampu memperlambat kerusakan tulang, bukan memperbaikinya sepenuhnya.

Obat-obatan seperti bifosfonat atau terapi hormon sering digunakan, tetapi dapat memiliki efek samping, seperti gangguan pencernaan atau peningkatan risiko penyakit lain.

Load More