Suara.com - Kontroversi baru kembali menghampiri industri kecerdasan buatan setelah serikat konten Jepang meminta OpenAI berhenti menggunakan karya mereka untuk melatih model video Sora 2.
Organisasi yang menaungi raksasa media Jepang, termasuk Studio Ghibli dan Square Enix, menilai praktik pelatihan model yang dilakukan OpenAI berpotensi melanggar hak cipta dan tidak sesuai dengan hukum di Jepang.
Menurut laporan Variety (3/11/2025), organisasi tersebut — Content Overseas Distribution Association (CODA) — mengirimkan surat resmi kepada OpenAI untuk menuntut penghentian penggunaan konten anime, film, musik, hingga video game milik anggota mereka sebagai bahan pelatihan Sora 2.
Dalam pernyataan resmi tertanggal 27 Oktober, CODA menyatakan bahwa sejumlah besar video yang dihasilkan Sora 2 "sangat mirip" dengan gaya visual khas Jepang. Mereka menduga kemiripan itu disebabkan penggunaan konten Jepang sebagai data pelatihan tanpa izin.
CODA menegaskan bahwa apabila model AI menghasilkan ulang atau meniru materi berhak cipta secara spesifik, maka proses pelatihannya sendiri bisa dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak cipta.
Mereka menekankan bahwa tindakan menyalin suatu karya untuk pembelajaran mesin tidak otomatis dibenarkan dalam konteks hukum Jepang.
Selain itu, mereka menolak sistem opt-out yang diterapkan OpenAI, di mana pemilik IP harus secara aktif meminta agar konten mereka tidak digunakan sebagai data.
Menurut CODA, hukum Jepang mengharuskan izin diberikan terlebih dahulu (prior permission), bukan memberikan keberatan setelah konten terlanjur digunakan.
Hingga laporan ini diturunkan, OpenAI belum memberikan komentar resmi atas permintaan CODA.
Baca Juga: ChatGPT Go Resmi Diluncurkan Pertama di Asia Tenggara, Gandeng Telkomsel, Bundling Mulai Rp 50.000
CEO OpenAI Sam Altman sebelumnya menyatakan bahwa Sora 2 akan memberikan kontrol lebih rinci bagi pemilik karakter atau konten, bahkan menawarkan opsi untuk melarang penggunaan tertentu. Namun detail implementasinya belum dijelaskan secara terbuka.
Menurut laporan dari Game Developer (3/11/2025), Altman juga sempat mengakui bahwa Jepang memiliki kontribusi besar dalam budaya kreatif dunia.
Menurutnya, kecintaan pengguna global terhadap gaya visual Jepang — seperti Studio Ghibli — terlihat jelas dari tren video yang dibuat dengan model AI sebelumnya.
Penolakan terhadap AI bukan sesuatu yang baru di industri animasi Jepang. Hayao Miyazaki, pendiri Studio Ghibli, pernah dengan keras mengecam animasi yang dihasilkan AI pada tahun 2016.
Dalam sebuah pertemuan di mana ia ditunjukkan demo animasi otomatis, Miyazaki mengatakan teknologi tersebut “menghina kehidupan itu sendiri” dan sama sekali tidak ingin menggunakannya dalam karyanya.
Sikap tegas dari tokoh seterkenal Miyazaki membuat komunitas animasi Jepang semakin sensitif terhadap penggunaan AI, terutama jika menyangkut peniruan gaya seni yang dibangun melalui proses manual selama puluhan tahun.
Berita Terkait
-
Review Film Princess Mononoke: Mahakarya Studio Ghibli yang Abadi
-
Madame Wang Secret Garden: Kafe ala Studio Ghibli di Tengah Kota Malang!
-
Suka Film Ghibli? Ini Rekomendasi yang Pas Buat Ditonton saat Musim Panas
-
Grave of the Fireflies Tayang Perdana di Bioskop Indonesia Mulai 29 Agustus
-
Sinopsis Grave of the Fireflies yang Bikin Banjir Air Mata, Akhirnya Tayang di Bioskop Indonesia
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
32 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Desember: Klaim Henry, Fabregas 114, dan Gems
-
Tiruan Game Horizon Ditarik dari Steam: Babak Akhir Pertarungan Sony vs Tencent?
-
60 Kode Redeem FF Aktif 21 Desember 2025: Garena Bagi Diamond Gratis dan Bundle Spesial
-
Bocoran Harga Redmi Note 15 5G di Pasar Asia Beredar, Diprediksi Lebih Mahal
-
HP Murah HMD Vibe 2 Siap Debut: Desain Mirip iPhone, Harga Diprediksi Sejutaan
-
Xiaomi Home Screen 11 Muncul di Toko Online, Pusat Kontrol Lebih Premium
-
Honor Win Segera Rilis: Usung Baterai 10.000 mAh, Skor AnTuTu 4,4 Juta Poin
-
10 Prompt Gemini AI Edit Foto Bersama Ibu, Siap Pakai untuk Rayakan Hari Ibu Besok
-
5 Smartwatch GPS dengan Baterai Tahan Lama, Aman Dipakai setiap Hari
-
6 HP Snapdragon 256 GB Termurah Mulai Rp2 Jutaan, Cocok untuk Gaming Ringan