Suara.com - Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR-RI, Ecky Awal Mucharam menilai pengendalian inflasi akan semakin sulit jika harga BBM fluktuatif alias berubah-ubah setiap bulan.
“Pemberlakuan tarif pasar harga BBM bersubsidi yang bisa naik turun kapan saja buruk bagi pengendalian inflasi. Karena mayoritas harga barang, terutama pangan masih sangat terpengaruh oleh harga BBM. Kecenderungan umumnya, ketika harga BBM naik, harga-harga barang akan naik. Tetapi ketika turun, harga-harga barang tidak turun. Sehingga kecenderungannya inflasi tetap tinggi. Dan ini buruk,” tegas Ecky, dalam keterangan pers yang diterima suara.com, Rabu (28/1/2015).
Menurut dia, harga BBM bersubsidi yang dinaikkan pada tanggal 1 November 2014 telah mendorong inflasi naik. Tetapi ketika harga premium turun dari Rp 8.500/liter menjadi Rp 7.600/liter sementara harga solar juga turun dari Rp 7.500/liter menjadi Rp 7.250/liter pada 1 Januari 2015, ternyata tidak berdampak pada penurunan biaya transportasi dan harga-harga barang.
Demikian juga ketika pemerintah kembali menurunkan harga BBM bersubsidi untuk bensin premium menjadi Rp 6.600/liter dan solar menjadi Rp 6.400/liter pada 19 Januari 2015. “Tidak ada penurunan harga-harga, padahal harga BBM bersubsidi sudah sangat dekat dengan harga awal, sebelum November 2014,” kata Ecky.
Ia juga menyampaikan contoh ketika masa Pemerintahan SBY yang menaikkan dan menurunkan harga BBM bersubsidi tetapi tidak berdampak pada penurunan harga-harga. “Ketika dinaikkan, harga-harga naik tinggi. Tetapi ketika harga BBM diturunkan, sama sekali tidak berdampak pada turunnya harga kebutuhan pokok dan ongkos transportasi saat itu. Maka kalau harga BBM bersubsidi fluktuatif, maka akan berdampak buruk pada inflasi dan cenderung bias ke atas," ujar Ecky.
Selain itu, tren penurunan harga minyak juga kemungkinan tidak berlangsung lama. Tentu ketika harga minyak kembali rebound maka penaikan harga BBM Bersubsidi akan semakin sering. Ketika penyesuiannya naiknya sering maka dampak terhadap kenaikan harga-harga juga akan semakin besar.
“Ini harus benar-benar menjadi perhatian pemerintah. Kebijakan melepas harga BBM bersubsidi mengikuti mekanisme harga pasar harus ditinjau ulang. Karena kenaikan harga-harga dan pengendalian inflasi yang semakin sulit akan berdampak buruk bagi daya beli rakyat kecil," tutur Ecky.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan tingkat inflasi nasional pada 2014 cukup tinggi mencapai 8,36 persen. Tingkat inflasi yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh komoditas yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun 2014, diantaranya kenaikan harga BBM bersubsidi yang menyumbang andil 1,04 persen. Selain itu, tarif listrik menyumbang andil inflasi pada 2014 sebesar 0,64 persen, angkutan dalam kota 0,63 persen, cabai merah 0,43 persen, beras 0,38 persen dan bahan bakar rumah tangga 0,37 persen.
“Yang juga perlu kita cermati adalah dampaknya nanti terhadap inflasi komponen harga pangan bergejolak atau volatile food. Akibat kenaikan harga BBM tahun 2014 angka inflasinya mencapai 10,88 persen dan tahun 2013 bahkan mencapai 13,8 persen. Artinya beban rakyat kecil dan tekanan terhadap daya beli mereka dengan kenaikan harga-harga pangan sangat besar dari dampak kebijakan tersebut. Ini harus menjadi perhatian serius," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
INET Umumkan Rights Issue Jumbo Rp1,78 Triliun, Untuk Apa Saja Dananya?
-
Tukad Badung Bebas Sampah: BRI Gandeng Milenial Wujudkan Sungai Bersih Demi Masa Depan
-
Lowongan Kerja KAI Properti untuk 11 Posisi: Tersedia untuk Semua Jurusan
-
Cukai Tembakau Tidak Naik, Ini Daftar Saham yang Diprediksi Bakal Meroket!
-
BRI Peduli Salurkan Ambulance untuk Masyarakat Kuningan, Siap Layani Kebutuhan Darurat!
-
IHSG Cetak Rekor Pekan Ini, Investor Asing Banjiri Pasar Modal Indonesia
-
Cara Hemat Rp 10 Juta dalam 3 Bulan untuk Persiapan Bonus Natal dan Tahun Baru!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Beda Jenjang Karier Guru PNS dan PPPK, Apakah Sama-sama Bisa Naik Jabatan?