Suara.com - Pemuka adat yang juga Kepala Desa Kanekes Saija mengatakan warga Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, hingga kini tak mengalami krisis ekonomi akibat dampak pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Kehidupan warga kami seperti biasa saja, karena masyarakat Baduy mengandalkan ekonominya dari hasil pertanian," kata Saija di Lebak, Kamis.
Ekonomi masyarakat Baduy hingga kini bercocok tanam di ladang-ladang huma dengan menanam aneka jenis tanaman pangan padi gogo dan tanaman pisang, hortikultura, palawija dan umbi-umbian.
Mereka, warga Baduy, seharian aktivitas kegiatan di ladang dan hasilnya dijual ke tengkulak maupun penampung.
Sebagian hasil ladang itu jika musim panen dijual ke pasar Rangkasbitung di antaranya durian, daun sereh, pisang, petai, nangka berit dan manggis.
"Kami tetap kehidupan ekonomi Baduy dari bercocoktanam di ladang-ladang huma," katanya.
Menurut dia, masyarakat Baduy bercocok tanam ladang huma tanpa menggunakan pupuk kimia.
Sebab pengunaan pupuk kimia itu dilarang oleh adat karena bisa menimbulkan kerusakan tanah.
Karena itu, mereka lebih mengutamakan pupuk organik dari sampah maupun sisa pembakaran ladang.
Kebanyakan petani Baduy bertanam itu di ladang dengan lokasi perbukitan juga berpindah-pindah sehingga lahan tanamanya subur.
"Kami sejak dulu hingga kini belum dilanda krisis ekonomi maupun kelaparan karena hasil bumi itu, seperti padi huma untuk kebutuhan keluarga saja," katanya.
Ia menyebutkan, masyarakat Baduy yang diperkirakan jumlah penduduknya mencapai 11.000 orang itu sejak turun temurun mengandalkan ekonomi dari hasil bumi.
Saat ini masyarakat Baduy masih tradisional dan tidak memiliki media elektronika maupun media cetak karena dilarang adat.
"Kami menjual hasil bumi itu menggunakan angkutan, karena bagian Baduy luar," katanya.
Santa, seorang petani Baduy mengatakan pihaknya setiap pekan menjual daun sereh dengan harga Rp14 ribu per kilogram maupun pisang.
Ia membawa daun sereh sebanyak dua karung atau sekitar 30 kilogram hasil penanaman di ladang.
Ia menjualnya itu ke penampung di Pasar Rangkasbitung. "Kami terbantu ekonomi keluarga dengan menjual hasil pertanian itu," katanya. (Antara)
BERITA MENARIK LAINNYA:
Membersihkan Rumah dengan Gula? Begini Caranya
Seekor Anak Ular Ditemukan dalam Air Mineral Kemasan
Hal Penting Saat Mendekorasi Kamar Mandi Anak
Minum Susu Campur Vodka, Bayi 6 Minggu Lolos dari Maut
Farhat Harus Dijemput Paksa, Ini Alasannya
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar