Suara.com - Bank Indonesia menyatakan kebijakan suku bunga acuan (BI rate) yang dijaga ketat di level 7,5 persen sejak awal tahun salah satu tujuannya yakni untuk menjaga agar tidak terjadi arus modal keluar (capital outflow).
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan pihaknya belum dapat menurunkan BI rate seperti yang dilakukan sebelumnya oleh Bank Sentral AS dan Bank Sentral Eropa, untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi.
"Karena yang dibutuhkan oleh negara ini adalah valas (valuta asing). Pendanaan untuk surat utang pemerintah itu 37 persen yang beli asing. Penting jaga dana yang masuk untuk biayai APBN. Kita harus jaga agar modal tidak keluar," ujar Mirza dalam sebuah seminar, di Jakarta, Kamis.
Menurut Mirza, saat ini, tidak mungkin negara ini bisa tumbuh tanpa ada bantuan modal dari luar negeri. Oleh karena itu, perlu arahan kebijakan agar Indonesia tidak terus bergantung terhadap modal asing.
"Kalau terkait portofolio, kita harus besarkan dana pensiun, asuransi, dan reksa dana," kata Mirza.
Selain itu, lanjut Mirza, penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke dalam negeri harus seimbang antara ekuitas dan pinjamannya. Ia menilai, banyak PMA yang masuk tapi masih bayar bunga ke luar negeri.
"Kita harus undang PMA yang equity dan borrowing-nya seimbang. Jadi struktur permodalan PMA juga harus diperbaiki. Kita shift (geser) ketergantungaan terhadap modal dari luar negeri. Kebijakan-kebijakan harus ke arah sana," ujar Mirza.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa (26/11) lalu memutuskan untuk kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan ( BI Rate) sebesar 7,5 persen dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.
Kendati BI rate tetap, bank sentral memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah, dari sebelumnya 8 persen menjadi 7,5 persen berlaku efektif sejak 1 Desember 2015.
"Kemarin kami melonggarkan kebijakan moneter dengan penurunan GWM, instrumen moneter yang juga banyak dilakukan bank sentral lain. Mereka gunakan itu, baru kemudian menurunkan suku bunga," kata Mirza. (Antara)
Berita Terkait
-
Neraca Pembayaran Masih Alami Defisit 6,4 Miliar Dolar AS, Bagaimana Kondisi Cadangan Devisa?
-
Aset Kripto Masuk Jurang Merah, Tekanan Jual Bitcoin Sentuh Level Terendah 6 Bulan
-
Modus Penipuan Digital Makin Canggih, Ini Strategi Baru Bank Indonesia Melawan Scammer!
-
Rupiah Lesu Lawan Dolar AS, Karena The Fed Galau Soal Suku Bunga Acuan
-
Dampak BI Rate Terhadap Pergerakan Pasar Saham Hari Ini
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
10 Aplikasi Saham di Indonesia, Mulai dari Fee Paling Murah dan Fitur Lengkap
-
Amartha Salurkan Modal Rp30 Triliun ke 3 Juta UMKM di Pelosok
-
Indonesia akan Ekspor Sarung Tangan Medis dengan Potensi Investasi Rp 200 Miliar
-
Permudah Kebutuhan Transaksi Warga, AgenBRILink di Riau Ini Hadirkan Layanan Jemput Bola
-
Dominasi Transaksi Digital, Bank Mandiri Dinobatkan sebagai Indonesias Best Transaction Bank 2025
-
Rahasia George Santos Serap 10.000 Lapangan Kerja Hingga Diganjar Anugerah Penggerak Nusantara
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker