Suara.com - Data resmi pada Kamis (18/2/2016) menunjukkan Jepang berayun kembali ke defisit perdagangan pada Januari karena ekspor ke Cina jatuh. Kenyataan ini jelas merupakan dampak pelambatan salah satu mitra dagang terbesar Tokyo.
Angka-angka mengecewakan datang setelah ekonomi Jepang menyusut 0,4 persen pada kuartal Oktober-Desember -- atau penurunan tahunan 1,4 persen -- karena lemahnya permintaan untuk barang-barang "big-ticket" (barang-barang yang memiliki harga jual tinggi) seperti mobil dan peralatan rumah.
Itu merupakan kontraksi kuartalan kedua di Jepang pada 2015, dan memberi pukulan lain terhadap upaya Perdana Menteri Shinzo Abe untuk megatasi deflasi dan mulai menghidupkan kembali ekonomi nomor tiga dunia itu.
Defisit bulanan datang di 646 miliar yen (5,7 miliar dolar AS), membalikkan surplus 140 miliar yen pada Desember, angka yang dirilis Kamis (18/2/2016) menunjukkan.
Secara keseluruhan ekspor turun hampir 13 persen dari setahun lalu, sementara pengiriman ke Cina menukik 17,5 persen, karena ekonomi nomor dua dunia itu melambat. Meskipun ada ketegangan diplomatik, Cina adalah mitra dagang utama bagi Jepang.
Ekspor ke pasar utama lainnya juga turun, dengan penurunan 5,3 persen dalam pengiriman ke AS dan turun 3,6 persen untuk ekspor Uni Eropa.
Impor, sementara itu, turun 18,0 persen karena biaya minyak dan gas jatuh.
Angka perdagangan lemah Jepang cenderung memicu spekulasi bahwa bank sentral Jepang (BoJ) akan meluncurkan langkah-langkah pelonggaran baru.
Bulan lalu, para pembuat kebijakan mengagetkan pasar dengan kebijakan suku bunga negatif yang belum pernah terjadi sebelumnya, bertujuan meningkatkan pinjaman dengan menghukum bank-bank yang menyimpan kelebihan cadangan di brankas BoJ.
Karena program pertumbuhannya pincang dan BoJ berjuang untuk mencapai target inflasi dua persen yang ambisius, Abe harus memutuskan apakah akan menindaklanjuti dengan kenaikan pajak penjualan lagi tahun depan.
Kenaikan ini dianggap penting untuk mengatasi utang nasional Jepang yang besar, tapi itu bisa memperlemah belanja konsumen dan merugikan ekonomi yang sudah rapuh.
Sebuah kenaikan pajak konsumsi pada 2014 mendorong Jepang ke dalam resesi singkat. (Antara)
Berita Terkait
-
Sinopsis Film Koi ni Itaru Yamai, Dibintangi Kento Nagao dan Anna Yamada
-
Setelah Film, Strobe Edge akan Hadir dalam Versi Serial Live-Action
-
Kawaii Sebagai Kekuatan Ekonomi: Pelajaran dari Jepang untuk Indonesia
-
CEK FAKTA: Klaim Prabowo Pindahkan 150 Ribu TKI dari Malaysia ke Jepang
-
Apa Itu Kakan no Gi? Makna Upacara Pangeran Hisahito Putra Mahkota Jepang yang Penuh Tradisi
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Biar Nggak Dibobol Maling, Brad Pitt Pilih Beli Rumah Senilai Rp 198 Miliar
-
Jangan Sampai Ketinggalan! Promo 9.9 JCO Bikin Harimu Dua Kali Lebih Manis!
-
Rezeki dari DANA Kaget Hari Ini, Klaim 6 Linknya Bernilai Rp460 Ribu
-
IHSG Rebound Awal Sesi, Tapi Reshuffle Kabinet Ancam Pelemahan
-
Harga Emas Antam Hari Ini Lebih Murah Sebesar Rp 2.074.000 per Gram
-
Didik Madiono Ditunjuk Sebagai Plt Ketua Dewan Komisioner LPS, Gantikan Purbaya Yudhi Sadewa
-
Akhirnya Pertamina Pasok Minyak Mentah ke SPBU Swasta, Stok BBM Kembali Tersedia?
-
Penjualan Menurun, Foot Locker Tutup 100 Gerai
-
Apindo ke Purbaya Yudhi: Jangan Naikkan Cukai, Dunia Usaha Kian Terjepit
-
Digitalisasi jadi Bukti Distribusi BBM Pertamina Lancar Meski Ada Unjuk Rasa