Suara.com - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menginginkan industri busana muslim didukung oleh semua pemangku kebijakan "stakeholder" terkait karena industri kreatif tersebut dinilai menyumbang besar pertumbuhan ekonomi nasional.
"Industri busana muslim memang sudah berjalan dengan sangat baik, tapi akan lebih baik lagi jika kita kerjakan bersama-sama dengan semua stakeholder (pemangku kebijakan) yang tekait," kata Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif KEIN Irfan Wahid melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.
Irfan menyebutkan ada dua komponen besar dalam industri kreatif, yakni bidang kuliner atau makanan dan busana. Namun, industri busana muslim menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di bidang kreatif.
Menurut dia, Presiden Joko Widodo juga telah menyetujui inisiasi KEIN untuk melakukan pertemuan dengan berbagai lintaskementerian, seperti Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif untuk mendisuksikan industri busana muslim di Indonesia.
Irfan mengakui bahwa potensi mengembangkan industri busana muslim sangat besar apalagi Indonesia merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerjasama negara Islam (OKI) yang mengekspor busana muslim terbesar selain Bangladesh, Turki, Maroko dan Pakistan.
"Namun, Indonesia saat ini juga masih menjadi negara dengan peringkat kelima konsumen busana muslim tingkat dunia, selain peringkat tiga besar lainnya yaitu Turki, Uni Emirat Arab dan Nigeria," kata Irfan.
Saat ini ada beberapa negara yang bersiap menguasai pasar busana muslim dunia, di antaranya Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malasyia, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Italia, Inggris, dan Prancis.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan perlu sarana promosi yang besar untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat busana muslim sedunia tahun depan.
"Untuk sarana promosi yang diperlukan adalah database dan katalog industri yang lengkap, dan saat ini sarana tersebut masih kurang. Padahal setiap kita melangkah tentunya harus memiliki angka atau data," ujar Euis.
Ia menambahkan Kementerian Perindustrian berniat memberikan fasilitas bagi pelaku industri busana muslim untuk mengikuti pameran busana baik di dalam maupun di luar negeri. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Viral Video Syur 27 Detik Diduga Libatkan Oknum Dokter di Riau
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
Terkini
-
Anak Muda Jadi Kunci Penting Tingkatkan Literasi Keuangan, Ini Strateginya
-
Telkomsel melalui Ilmupedia Umumkan Pemenang Chessnation 2025, Ini Dia Daftarnya
-
Emiten PPRE Pakai Strategi ESG Bidik Kepercayaan Investor Global
-
Rupiah Meloyo, Ini Jurus Jitu BI, OJK, dan Bank Tingkatkan Pasar Keuangan
-
Waskita Karya Jual Saham Anak Usaha di Sektor Energi Senilai Rp179 Miliar
-
Industri Keuangan Syariah Indonesia Masih Tertinggal dari Malaysia
-
Petani Hingga Buruh Lega Menkeu Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok
-
Emas Antam Terbang Tinggi, Harga Per Gram Sentuh Rp 2.198.000
-
Mandiri Peduli Sekolah Tingkatkan Sarana Belajar Layak bagi Siswa di Wilayah Jabodetabek
-
IHSG Menguat Senin Pagi, Tapi Diproyeksikan Anjlok