Dua lembaga pemeringkat menurunkan peringkat utang Inggris pada Senin (28/6/2016) menyusul hasil referandum yang memutuskan keluar dari Uni Eropa. Turunnya peringkat ini didasarkan risiko-risiko ekonomi dan pergolakan politiknya.
Standard & Poor's menghapus statusnya AAA yang didambakan Inggris, memangkasnya dua tingkat menjadi AA dengan prospek (outlook) jangka panjang negatif.
"Menurut pendapat kami, hasil ini adalah 'seminal event', dan akan menyebabkan kerangka kebijakan kurang dapat diprediksi, kurang stabil, dan kurang efektif di Inggris," demikian pernyataan resmi lembaga pemeringkat itu.
"Hasil Brexit dapat menyebabkan memburuknya kinerja ekonomi Inggris, termasuk sektor jasa keuangan yang besar, yang merupakan penyumbang utama lapangan kerja," katanya.
Sementara itu, Fitch memangkas peringkat kredit Inggris satu tingkat dari 'AA+' menjadi 'AA', dengan prospek negatif. Lembaga ini juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Innggris menjadi 0,9 persen pada 2017 dan 2018 dari sebelumnya dua persen.
"Fitch yakin bahwa ketidakpastian menyusul hasil referendum akan mendorong pelambatan mendadak dalam pertumbuhan PDB jangka pendek," tulis analis Fitch.
Kedua lembaga pemeringkat mencatat kemungkinan referendum kedua tentang kemerdekaan Skotlandia sebagai risiko yang signifikan di masa mendatang.
Para pemilih di Skotlandia mendukung tetap di Uni Eropa tapi sentimen pro-Brexit di Inggris membawa secara keseluruhan pilihan "Tinggalkan", mendorong kenaikan dukungan untuk kemerdekaan menurut jajak pendapat.
Risiko-risiko yang dihadapi Inggris meningkat oleh "pergolakan politik" yang telah diikuti dengan pengunduran diri Perdana Menteri David Cameron dan krisis kepemimpinan di Partai Buruh.
Baik Fitch maupun Standard & Poor's menilai perpecahan di dalam partai Konservatif yang berkuasa dan kurang jelasnya masa depan hubungan perdagangan Inggris dengan Uni Eropa telah meningkatkan risiko. Kedua lembaga ini juga mencatat ketidak-jelasan hubungan dagang Inggris dengan Uni Eropa juga akan merusak kepercayaan.
"Kami percaya bahwa kurangnya kejelasan tentang isu-isu kunci akan merugikan kepercayaan, investasi, pertumbuhan PDB, dan keuangan publik di Inggris, dan menempatkan risiko pada sumber pembiayaan eksternal yang penting untuk pembiayaan defisit transaksi berjalan yang besar di Inggris," S&P menulis.
Warga Inggris yang 52 persen mendukung meninggalkan Uni Eropa pekan lalu dalam hasil referendum telah memukul pasar Eropa dan mengirim pound Inggris jatuh ke tingkat terendah dalam tiga dekade terhadap dolar.
Setelah pemungutan suara, sesama lembaga pemeringkat Moody's pada Jumat lalu memangkas prospek peringkat kredit Inggris dari "stabil" menjadi "negatif" tapi mempertahankan peringkat keseluruhan pada "Aa1". (Antara/AFP)
Berita Terkait
-
S&P Global Labeli Utang RI Stabil, Gubernur BI Sebut Bukti Ekonomi Masih Kuat
-
Peringkat Kredit Indonesia Stagnan, Sri Mulyani Bilang Begini
-
Berpotensi Gagal Bayar, Peringkat Utang WIKA Berstatus Negatif
-
Bos BI Buka Suara Soal Pemeringkat Utang RI
-
Pefindo Naikkan Peringkat Utang SMGR Jadi idAAA Stabil
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Beda Jenjang Karier Guru PNS dan PPPK, Apakah Sama-sama Bisa Naik Jabatan?
-
Menkeu Purbaya Yakin Rupiah Menguat Selasa Depan
-
Pertamina Luruskan 3 Kabar Bohong Viral Akhir Pekan Ini
-
Lakukan Restrukturisasi, Kimia Farma (KAEF) Mau Jual 38 Aset Senilai Rp 2,15 Triliun
-
Bank Tanah Serap Lahan Eks-HGU di Sulteng untuk Reforma Agraria
-
Pindah Lokasi, Kemenhub Minta Pemprov Pastikan Lahan Pembangunan Bandara Bali Utara Bebas Sengketa
-
PLTP Ulubelu Jadi Studi Kasus Organisasi Internasional Sebagai Energi Listrik Ramah Lingkungan
-
Tinjau Tol PalembangBetung, Wapres Gibran Targetkan Fungsional Lebaran 2026