Suara.com - Pelit dan ngirit itu berbeda. Memang, perbedaannya yang tipis kadang bikin kita bingung. Tapi kalau niatnya ngirit malah jatuhnya pelit, bisa berbahaya.
Secara singkat, hidup ngirit alias hemat itu berarti memperhitungkan pengeluaran dengan secermat mungkin. Sedangkan pelit artinya nggak mikir panjang, yang penting nggak keluar duit banyak.
Di situlah letak perbedaannya yang mendasar. Orang yang hemat bakal berhati-hati dalam hal keuangan. Di satu sisi, ia harus memperkecil pengeluaran. Tapi, di sisi lain, keputusannya itu harus tidak mengganggu hal lainnya. Kalau orang yang pelit, prinsip kehati-hatian bakal ditinggalkan.
Yang ada hanyalah tekad untuk menekan pengeluaran semaksimal mungkin. Meskipun itu berarti kehidupannya sebagai pribadi bakal terganggu.
Dalam pengantar di atas diterangkan soal gangguan akibat perilaku ngirit/pelit. Sebenarnya apa sih bentuk gangguan itu?
Biar lebih jelas, mari kita simak contoh konkret perbedaan hemat dan pelit berikut ini:
1. Saat jam makan siang
Hemat:
Orang yang berhemat bakal menyiapkan bekal dari rumah, tapi yang bernutrisi. Nggak bisa dimungkiri, jauh lebih murah masak sendiri ketimbang beli makanan di luar. Beli bahan sayur sop Rp5.000, misalnya, bisa dipakai buat sarapan plus makan siang.
Kalau gak sempet masak bekal, nggak apa-apa beli di luar. Tapi, bujet akan sangat diperhitungkan. Misalnya dengan membungkus makanan. Jadi, bisa lebih irit makan di kantor karena nggak perlu keluar duit buat beli minum. Mata juga nggak lapar melihat banyak makanan di etalase.
Pelit:
Orang yang pelit bisa juga bawa bekal. Namun isi bekal itu gak diperhitungkan, misalnya soal nutrisi. Yang penting kenyang, begitu pikirnya. Kalau banyak karbohidrat, tubuh akan cepat lelah. Akhirnya, kerja pun jadi nggak fokus.
Nah, kalau nggak bawa bekal, bisa jadi dia akan deket-deket ke yang bawa makanan. Tujuannya: dapat makanan gratisan. Jangan heran kalau setelah itu digunjingkan, ya.
2. Saat nabung
Hemat:
Orang hemat menabung dengan target tertentu. Jadi, ada perhitungan berapa yang disisihkan dan sampai kapan. Bunga pun dihitung. Jika tabungan dirasa nggak cukup, dicarilah jalan lain yang memberikan keuntungan lebih besar: investasi.
Pelit:
Nggak peduli mau nabung sampai kapan dan berapa, yang penting ada duit yang disisihkan. Karena itu, bukan mustahil kelak pas pensiun duit tabungannya nggak cukup untuk biaya hidup.
3. Saat bergaul
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
LHKPN Wali Kota Prabumulih Disorot, Tanah 1 Hektare Lebih Dihargai 40 Jutaan
-
Masyarakat Umum Boleh Ikut Serta, Pegadaian Media Awards Hadirkan Kategori Citizen Journalism
-
Zoomlion Raih Kontrak Rp4,5 Triliun
-
16th IICD Corporate Governance Award 2025: Telkom Meraih Penghargaan Best State-Owned Enterprises