Industri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor unggulan yang terus dipacu pengembangannya karena memiliki ketersediaan bahan baku dan pasar domestik yang cukup besar serta didukung dengan penerapan teknologi canggih. “Bukti industri pulp dan kertas kita mempunyai daya saing kuat, dibuktikan dengan negara-negara lain yang mengenakan kita dumping seperti Turki, Australia, Amerika dan Jepang,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menghadiri Kongres Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) 2016 di Jakarta, Rabu (19/10/2016).
Menurut Airlangga, industri pulp dan kertas di dalam negeri akan memiliki potensi pertumbuhan yang cukup signifikan. Salah satu faktor pendorongnya adalah upaya Pemerintah yang mengusulkan agar sektor inimasuk dalam kelompoksektor industri yang mendapatkan harga gas kompetitif. “Kementerian Perindustrian telah mengusulkan industri pulp dan kertas untuk dimasukkan dalam kelompok bidang industri pengguna gas harga tertentu pada revisi Perpres No. 40tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi,” kata Menperin.
Menperin juga menambahkan, peluang pengembangan industri pulp dan kertas di dalam negeri cukup terbuka karena didukung dengan ketersediaan sumber bahan baku kayu dari hutan tanaman industridan hutan rakyat serta bahan baku non kayu seperti tandan kosong kelapa sawit, kenaf, dan abaca. “Selain itu, iklim tropis di negara kita memungkinkan tanaman dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan di daerah sub tropis,” ujarnya.
Terkait perkembangan investasi di sektor berbasis hasil hutan ini, Menperin menyampaikan, tahun depan akan diresmikan pabrik pulp dan kertas di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan dengan nilai investasi sebesar Rp40 triliun untuk tambahan kapasitas pulp sebanyak 2,8 juta ton per tahun. “Dengan tambahan kapasitas tersebut, posisi industri pulp Indonesia akan naik menjadi peringkat ke-5 di dunia,” ungkapnya.
Selama beberapa tahun terakhir, Airlangga menambahkan, pertumbuhan industri pulp dan kertas nasional mengalami pasang surut sehubungan dengan tantangan yang dihadapi baik dari dalam maupun luar negeri. Pertumbuhan sektor ini mengalamipenurunan sekitar 2,89 persenpada tahun 2012dan0,53 persen tahun 2013.
“Sebagai salah satu industri prioritas yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional, kami terus mendorong industri pulp dan kertas nasional dapat tumbuh lebih baik lagi ke depannya,” papar Airlangga.
Untuk itu, Pemerintah dan pelaku usaha, termasuk yang tergabung dalam APKI, perlu bersinergi lebih kuat dalam rangka mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi industri pulp dan kertas nasional saat ini. “Apalagi, industri pulp dan kertas memiliki peranan cukup penting dalam perekonomian nasional,” jelasnya.
Kontribusi pulp dan kertas
Indonesia merupakan produsen kertas yang menempati peringkat ke-6 dan untuk industri pulp peringkat ke-9 di dunia. “Pada tahun 2015, kontribusi industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) mampu mencapai Rp87,7 triliun,” tutur Airlangga.
Selanjutnya, industri pulp dan kertas nasional memberikan kontribusi terhadap devisa negara masing-masing sebesar 1,73 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) dan 3,57 miliar Dolar AS serta menyerap tenaga kerja langsung sekitar 260 ribu orang dan sebanyak 1,1 juta untuk tenaga kerja tidak langsung.
Sementara itu, melihat data konsumsi kertas per kapita per tahun di Indonesia yang baru sekitar 32.6 kilogram (kg),menjadikan peluang besar untuk pengembangan industri pulp dan kertas. Pasalnya, di negara-negara maju, konsumsi kertas per kapita per tahun di Amerika Serikat mencapai 324 kg, Belgia 295 kg, Denmark 270, Kanada 250 kg, Jepang 242 kg, Singapura 180 kg, Korea 160 kg, dan Malaysia 106 kg.
“Peluang di dalam negeri juga didorong seiring dengan meningkatnya pendidikan masyarakat dan kegiatan ekonomi lainnya yang membutuhkan produk kertas, sepertikertas tulis cetak, kertas kemasan pangan, kertas kantong semen, kertas bungkus, dan kotak karton gelombang,” sebut Airlangga.
Disamping itu, pasar ekspor yang tumbuh sekitar 2,1 persen per tahun, juga merupakan peluang yang dapat diisi Indonesia terutama dengan makin berkurangnya peran negara-negara Skandinavia seperti Finlandia, Swedia, danNorwegia yang sebelumnya merupakan negara pemasok utama pulp dan kertas di pasar internasional.
Pada kesempatan yang sama, Ketua APKI Misbahul Huda mengatakan, industri pulp dan kertas sebagai sektor unggulan berbasis sumberdaya alam sangat membutuhkan dukungan dari multistakeholders di Indonesia termasuk pemerintahsehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi negara secara ekonomi dan lingkungan serta mampu menyerap banyak tenaga kerja.
“Selama ini, APKI telah menjadi mitra strategis bagi pemerintah dalam melakukan berbagai dialog seperti untukkebijakan penurunan harga gas, SNI kemasan pangan, SVLK, kebijakan ekspordan impor, serta kebijakan impor kertas daur ulang,” papar Huda.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tolak Merger dengan Grab, Investor Kakap GoTo Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
Terkini
-
BPJS Ketenagakerjaan Peroleh Anugerah 5 Stars Gold dalam GRC & Leadership Award 2025
-
Batal Jadi Komisaris Bank BJB, Helmy Yahya: Ada Dirjen Kementerian Mengadu ke OJK Tentang Saya!
-
Historis Harga Bitcoin Naik 96 Persen Pasca Pembatalan Shutdown Pemerintah AS
-
Tolak Merger dengan Grab, Investor Kakap GoTo Usul Patrick Walujo Diganti
-
Makin Dekat dengan Rakyat, BRImo Digunakan 44,4 Juta User dengan Transaksi Rp25 Triliun per Hari
-
Investasi Rp6,4 Triliun di GOTO Diselidiki Kejagung, Intip Perkembangan Terbarunya
-
5 Cara Menagih Utang yang Susah Bayar Tanpa Bikin Hubungan Retak
-
Sumbang PDB Nasional, Sektor Pertambangan Jadi Penggerak Ekonomi Lokal di Berbagai Daerah
-
Bank BRI, BNI, Mandiri Kompak Gelar RUPSLB, Apa yang Dibahas?
-
Wamenprin Sebut Investor Siap Merelokasi Pabrik Bajanya ke RI, Pengusaha Menjerit: Jangan Pro Asing!