Siapa yang tak mengenal keluarga besar KH Hasyim Asy’ari, ulama besar pada zaman penjajahan Belanda yang juga salah satu pendiri dari Nadhlatul Ulama (NU). Keturunan KH Hasyim Asy’ari telah banyak yang terlahir menjadi tokoh politik maupun ulama terkemuka sejak awal masa kemerdekaan hingga kini.
Sang kakek, KH Wahid Hasyom menjadi salah satu Menteri pada era Presiden Soekarno. Sang Paman, KH Abdurrahman Wahid bahkan menjadi Presiden Republik Indonesia keempat. Sang ayah, KH Salahudin Wahid juga ulama terkemuka nasional yang sempat menjadi Calon Wakil Presiden tahun 2004 berpasangan dengan Wiranto sebagai Calon Presiden.
Namun dari sekian banyak keturunan KH Hasyim Asy’ari, sosok Irfan Wahid atau yang akrab disapang Ipang Wahid terbilang sangat unik. Ia tak terjun dalam dunia politik praktis ataupun dunia dakwah dan memimpin pondok pesantren seperti saudara-saudaranya yang lain. Ipang muda justru tertarik dalam dunia seni dan dunia bisnis.
Ipang tidak menghabiskan masa kecilnya di pondok pesantren seperti halnya anak-anak muda dari kalangan kyai pada umumnya. Ipang Wahid. “Karena ayah saya sendiri juga kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Jadi saya sendiri juga dari kecil tidak menempuh pendidikan di pesantren,” kata Ipang Wahid dalam wawancara khusus dengan Suara.com, di Jakarta, Selasa (4/4/2017).
Selepas lulus SMA, Ipang Wahid yang besar di Jakarta kemudiah kuliah di Institut Kesenian Jakarta dan lulus tahun 1991. Saat kuliah inilah, ketertarikan Ipang Wahid terhadap dunia periklanan tumbuh.
Setelah lulus, Ipang Wahid kemudian melanjutkan studi S2 di The Art Institute of Seattle, Amerika Serikat (AS). Sembari kuliah, Ipang sempat bekerja di sebuah perusahaan periklanan yang besar di AS. Saat itulah minat Ipang menjadi sutradara iklan juga muncul.
Pria kelahiran Jakarta, 25 Februari 1969 kemudian pulang ke Indonesia setelah merasa cukup menimba ilmu dan pengalaman di negeri Paman Sam. Ipang lantas mendirikan usaha sendiri pada tahun 2002 bernama 25 Frames. Ia mendirikan 25 Frames dengan ambisi menjadi salah satu rumah produksi atau Production House (PH) yang terbesar di Indonesia.
“Ini memang passion saya untuk berkiprah di dunia periklanan. Sampai kini, saya masih menghasilkan beberapa iklan yang menarik di televisi. Salah satunya yang lagi trend adalah iklan Bukalapak.com yang ada nyanyian lagu seorang ibu-ibu seolah berbahasa Mandarin di televise. Itu iklan yang kami rancang,” jelas Ipang.
Namun kiprah Ipang tak semata dalam bisnis periklanan. Ipang juga mendirikan jasa konsultan komunikasi dengan bendera Fasctcom. Salah satu klien penting yang digarap olehnya adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ipang bahkan sempat menjadi konsultan bagi PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif tahun 2014. “Saya tidak bilang bisnis yang saya geluti ini adalah konsultan politik. Saya lebih suka menyebutnya sebagai konsultan komunikasi,” ujarnya.
Baca Juga: Gingin, Pedagang Asongan yang Kini Sukses Jadi Juragan Madu
Ipang, yang kini menjadi Ketua Pokja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) di era Presiden Joko Widodo, mengakui dirinya lebih suka memfokuskan pengembangan bisnisnya di industri kreatif. Walau begitu, ia juga punya satu perusahaan energi dengan mengandeng kolega dari Iran. "Usaha saya yang ini bergerak di bidang aspal," jelasnya.
Ipang Wahid kini memegang sejumlah posisi kunci di beberapa perusahaan. Antara lain sebagai pendiri / Komisaris 25 Frames (TVC Production House). Pemilik / Direktur Pengembangan Usaha – Alfa Global Trading (Energy), pendiri / Direktur Eksekutif – Fastcomm (Integrated Marketing Agency), pemilik – Sound Village (Audio Production House), pemilik – Nyunyu.com (News Portal & Digital Agency), pemilik / Komisaris – reKreasi (Creative House).
Kedepan, Ipang Wahid ingin pelan-pelan mengalihkan kontrol pengelolaan dari berbagai perusahaan yang dimilikinya. Ia ingin lebih memiliki waktu banyak untuk mendedikasikan pengabdian dirinya dalam dunia dakwah. Apalagi ada permintaan dari Gus Sholah, untuk melanjutkan kepemimpinan dirinya di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
“Pelan-pelan ini tidak lagi harus saya sendiri yang mengelolanya. Saya kedepannya lebih memposisikan sebagai pemilik perusahaan dan mengandalkan pendapatan pasif. Saya lebih ingin punya waktu panjang untuk dakwah maupun membangun industri kreatif di Indonesia pada umumnya,” tutup Ipang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
 - 
            
              Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
 - 
            
              Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
 - 
            
              Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
 - 
            
              Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
 - 
            
              Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
 - 
            
              Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
 - 
            
              IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
 - 
            
              Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T
 - 
            
              Rupiah Terkapar Lemah di Penutupan Hari Ini ke Level Rp 16.700 per USD