Suara.com - Harga minyak berbalik naik atau "rebound" pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena para investor berspekulasi bahwa data resmi akan menunjukkan penurunan mingguan keenam berturut-turut dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat.
Badan Informasi Energi AS (EIA) akan merilis data mingguan tentang persediaan minyak negara tersebut pada Rabu waktu setempat. Persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun 3,25 juta barel pekan lalu, kata sebuah survei Bloomberg pada Selasa (6/6/2017).
Namun, para pedagang masih mengkhawatirkan kelebihan pasokan global. Dalam laporan bulanan yang dirilis pada Selasa (6/6/2017), EIA meningkatkan prospek produksinya untuk tahun ini dan tahun berikutnya.
Untuk 2018, lembaga itu memperkirakan rata-rata hasil produksi 10,01 juta barel per hari, naik 0,4 persen dari perkiraan sebelumnya, dan untuk tahun ini diperkirakan mencapai 9,33 juta barel per hari, naik 0,3 persen dari perkiraan bulan lalu.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 0,79 dolar AS menjadi menetap di 48,19 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, naik 0,65 dolar AS menjadi ditutup pada 50,12 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sehari sebelumnya, kedua patokan harga minyak itu turun, karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran pasar.
Uni Emirat Arab (UAE), bersama Arab Saudi, Bahrain dan Mesir pada Senin (5/6) memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, menuduh negara Teluk itu mendukung dan membiayai terorisme serta mencampuri urusan dalam negeri mereka.
Langkah dramatis itu meningkatkan perselisihan mengenai dukungan Qatar terhadap Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam tertua di dunia, dengan menambahkan tuduhan bahwa Doha bahkan mendukung pesaing utama negara Arab, Iran.
Ketiga negara Teluk itu mengumumkan penutupan jalur pengangkutan, yang menghubungkan wilayah mereka dengan Qatar, dan memberi tenggat dua minggu kepada warga Qatar, yang menetap dan berkunjung, meninggalkan negara mereka.
Arab Saudi menuduh Qatar mendukung kelompok garis keras dan menyebarkan paham kekerasan mereka, dengan menggunakan rujukan jelas melalui saluran satelit al Jazeera.
Para analis mengatakan keputusan sejumlah negara Arab untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar yang kaya gas akan memberlakukan isolasi regional ketat pada Doha, dan menimbulkan kekhawatiran tentang kesepakatan global untuk mengurangi produksi minyak. (Antara/Xinhua)
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Soal 17+8 Tuntutan Rakyat, Menkeu: Itu Suara Sebagian Kecil Rakyat
-
Menkeu Baru: Sukar Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Tahun Ini, Pak Presiden
-
Menkeu Purbaya Punya Kekayaan Rp 39 Miliar, Koleksi 4 Mobil Mewah
-
BPJS Kesehatan Boyong Golden Trophy 2025, GRC Jadi Kunci Layanan
-
Saham Emiten Rokok Terbang Tinggi saat Perbankan Ambruk: Efek Sri Mulyani Diganti?
-
Harga Emas Antam Tembus Rp2 Juta per Gram! Ini 5 Fakta di Balik Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
-
Purbaya: Tidak Terlalu Sulit Memperbaiki Ekonomi yang Lambat
-
Waspada! Rupiah Besok Diramal Merosot Setelah Reshuffle Kabinet
-
Kaget Dilantik jadi Menkeu, Purbaya: Saya Pikir Saya Ditipu!
-
Asing Bawa Kabur Dana Rp 543,7 Miliar dari Pasar Saham di Tengah Reshuffle Kabinet