Suara.com - Menteri Pertanian Jerman Christian Schmidt, khawatir setelah mendengar kabar bahwa Belgia sebenarnya sudah tahu persoalan tercemarnya telur dari insektisida sejak Juni lalu.
"Menteri Pertanian Schmidt berharap akan mendapatkan pemberitahuan dari para pejabat di Belgia secara tepat waktu dan lengkap," juru bicara kementerian dikutip dari Antara, Minggu (6/8/2017).
Sebelumnya, jutaan telur telah ditarik dari pasar-pasar swalayan di Jerman dan Belanda di tengah skandal luas soal kemungkinkan bahwa telur-telur itu telah tercemar obat pembunuh serangga, 'fipronil'.
Skandal itu membuat kejaksaan di Belgia dan Belanda menjalankan penyelidikan dan peternakan-peternakan ayam ditutup untuk sementara.
Kasus tersebut mengundang perhatian luas di Jerman. Jaringan pasar swalayan Aldi pada Jumat (5/8/2-17) menyatakan menarik semua telur dari rak-rak penjualan di lebih dari 4.000 gerainya di Jerman sebagai langkah pencegahan.
Badan keamanan makanan Belgia pada pekan ini mengatakan pihaknya mengetahui ada masalah menyangkut telur pada awal Juni. Saat itu, sebuah perusahaan peternakan memperingatkan badan tersebut adanya peningkatan fipronil pada telur-telur produksinya.
Badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang mengurusi kesehatan dunia, World Health Organisation, menganggap fipronil cukup beracun dan mengatakan bahwa jika terlalu banyak, insektisida itu dapat merusak ginjal, hati dan kelenjar getah bening.
Schmidt berbicara soal laporan saluran televisi Belgia VRT, yang mengutip badan keamanan makanan bahwa badan Belgia itu belum mengungkapkan informasi soal kemungkinan pencemaran pada telur karena pihaknya masih menyelediki kemungkinan kecurangan.
Seorang juru bicara pada badan pangan Belgia mengatakan ia tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena undang-undang Belgia tidak memungkinkannya untuk mengomentari penyelidikan peradilan.
Baca Juga: Masjid di Minnesota Dilempar Bom
Walaupun sejumlah produsen perorangan sudah dicekal, Belgia belum menarik telur-telur dari pasar swalayan karena tingkat fipronil yang ditemukan jauh berada di bawah batas yang diizinkan.
Perusahaan-perusahaan yang dicekal baru diperbolehkan untuk kembali menjual telur jika mereka bisa menunjukkan bahwa tidak lagi ada fipronil pada produk-produk mereka.
Juru bicara Komisi Eropa pada Jumat mengatakan kasus tersebut sedang diselidiki oleh kejaksaan Belgia dan Belanda.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
PLN Sebut Listrik di Aceh Kembali Normal, Akses Rumah Warga Mulai Disalurkan
-
Penerimaan Bea Cukai Tembus Rp 269,4 Triliun per November 2025, Naik 4,5%
-
BUMI Borong Saham Australia, Ini Alasan di Balik Akuisisi Jubilee Metals
-
Kemenkeu Klaim Penerimaan Pajak Membaik di November 2025, Negara Kantongi Rp 1.634 Triliun
-
BRI Peduli Siapkan Posko Tanggap Darurat di Sejumlah Titik Bencana Sumatra
-
Kapitalisasi Kripto Global Capai 3 Triliun Dolar AS, Bitcoin Uji Level Kunci
-
Kenaikan Harga Perak Mingguan Lampaui Emas, Jadi Primadona Baru di Akhir 2025
-
Target Mandatori Semester II-2025, ESDM Mulai Uji Coba B50 ke Alat-alat Berat
-
Ritel dan UMKM Soroti Larangan Kawasan Tanpa Rokok, Potensi Rugi Puluhan Triliun
-
Jurus Bahlil Amankan Stok BBM di Wilayah Rawan Bencana Selama Nataru