Suara.com - Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 sebesar 5,19 persen secara year on year. Dengan demikian, secara akumulatif, pertumbuhan ekonomi pada 2017 tercatat mencapai 5,07 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menyebut, angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 tersebut lebih rendah dari target yang dipasang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yakni 5,2 persen. Kendati demikian, ia optimistis ekonomi Indonesia ke depan bisa tumbuh lebih tinggi.
“Pencapaian ini di bawah target 5,2 persen, tapi angka 5,07 persen ini merupakan yang tertinggi sejak 2014. Kita tentunya berharap pada kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi kita makin meningkat, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/2/2018).
Suhariyanto mengungkapkan, ada tiga sumber pertumbuhan ekonomi 2017. Antara lain adanya pertumbuhan di sektor industri pengolahan, yakni 0,91 persen. Selain itu, disusul sektor konstruksi sebesar 0,67 persen, perdagangan 0,59 persen, dan pertanian 0,49 persen.
"Sumber pertumbuhan 3 tahun terakhir dari industri pengolahan. Kalau bisa meningkatkan pertumbuhan di industri dampaknya bisa besar, karena menyerap banyak tenaga kerja dan kontribusinya besar sekali," ujarnya.
Capaian ini meleset dari target Pemerintah yang optimis pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPN-P) 2017. Target itu bahkan lebih tinggi dari asumsi awal di APBN 2017 sebesar 5,1 persen.
Sebetulnya pada November 2017, Pemerintah dan Bank Indonesia sudah menyadari capaian pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2017 tidak akan mencapai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyesuaian (APBNP) sebesar 5,2 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun diproyeksi sebesar 5,17 persen, atau 0,03 persen di bawah target APBNP 2017. Meski begitu, angka ini lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 5,02 persen.
Baca Juga: Jokowi Yakini ASEAN-India Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Kawasan
Tag
Berita Terkait
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Lewat 'Kebun Mama', Ratusan Perempuan Komunitas di NTT Gerakkan Ketahanan Pangan Lokal
-
Neraca Perdagangan Surplus Selama 66 Bulan Beruntun, Apa Pemicunya?
-
Kenaikan Harga Emas Mulai Rasuki Inflasi RI
-
Purbaya Ungkap Alasan Sebenarnya Ekonomi Indonesia Tertahan di Awal Tahun
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar