Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mengawasi pergerakan mata uang dari enam negara diantaranya Cina, Jerman, India, Jepang, Korea Selatan, dan Swiss.
Donald Trump mengatakan, ke enam negara tersebut perlu diamati secara cermat, perihal praktik peredaran mata uangnya di dunia internasional, karena memiliki pengaruh besar di perekonomian global.
Menurutnya, negara-negara tersebut sengaja memanipulasi mata uang dengan mempertahankan nilai tukarnya secara artifisial agar tetap rendah, sehingga barang dan jasa di pasar dunia tetap murah.
"Tapi langkah ini merugikan mitra dagang dan negara lain," kata Menteri Keuangan AS Steven Terner Mnuchin seperti dilansir dari CNN Internasional.
Sebelumnya Peter Navarro, Kepala Dewan Perdagangan Nasional di bawah pemerintahan Donald Trump menyatakan kalau Jerman menggunakan euro "sangat undervalued" untuk menekan ekonomi AS.
Kanselir Jerman Angela Merkel membantah klaim itu. Ia menuturkan, Jerman sebagai anggota zona euro tidak dapat mempengaruhi euro dan telah mendukung bank sentral Eropa yang independen.
Selain itu, sebelum pemilihan presiden AS, Donald Trump telah berjanji memberi label manipulator mata uang pada Cina.
Namun, ia menarik ucapannya pada Rabu pekan kemarin saat wawancara dengan Wall Street Journal.
"Mereka bukan manipulator uang," ujar Donald Trump.
Pemerintahan sebelumnya menggunakan tiga faktor untuk menentukan apakah sebuah negara termasuk manipulator mata uang yaitu surplus perdagangan dengan AS lebih dari 20 miliar dolar AS, surplus neraca berjalan lebih dari tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB), dan berulang kali devaluasi mata uang dengan membeli aset asing setara dua persen dari pengeluaran setahun.
Pada laporan Oktober 2016 lalu menemukan enam negara tersebut yaitu Cina, Jepang, Korea Selatan, Jerman, Taiwan dan Swiss memenuhi dua dari tiga kriteria tersebut.
Presiden menggunakan laporan tengah tahunan itu sebagai alat diplomatik untuk terlibat dengan negara yang memiliki kebijakan nilai tukar yang merugikan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja AS.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Harga Emas Hari Ini Naik Lagi, UBS dan Galeri24 di Pegadaian Makin Mengkilap
-
Grab Tawarkan Jaminan Tepat Waktu Kejar Pesawat dan Kompensasi Jutaan Rupiah
-
Kuota Mudik Gratis Nataru Masih Banyak, Cek Syarat dan Rutenya di Sini
-
Asuransi Simas Jiwa Terapkan ESG Lewat Rehabilitasi Mangrove
-
Baru Terjual 54 Persen, Kuota Diskon Tarif Kereta Api Nataru Masih Tersedia Banyak
-
Kemnaker Waspadai Regulasi Ketat IHT, Risiko PHK Intai Jutaan Pekerja Padat Karya
-
Tahapan Pengajuan KPR 2026, Kapan Sertifikat Rumah Diserahkan?
-
Harga Emas Antam Naik Konsisten Selama Sepekan, Level Dekati 2,5 Jutaan
-
Inilah PT Tambang Mas Sangihe yang Ditolak Helmud Hontong Sebelum Meninggal Dunia
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5