Suara.com - Realisasi investasi di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) hingga kuartal ketiga 2018 mencapai USD 15,2 miliar. Angka ini terdiri dari USD 8 miliar di sektor minyak dan gas bumi, USD 4,8 miliar di sektor ketenagalistrikan, USD 1,6 miliar di sektor mineral dan batubara, serta USD 0,8 miliar di sektor energi baru, terbarukan, dan konservasi energi (EBTKE).
Investasi, terutama di hulu migas, dipengaruhi oleh harga minyak mentah dunia. Jumlah investasi di hulu migas saat ini, menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, dipicu dari tahun 2011-2012 di mana harga minyak mentah mencapai lebih dari USD 100 per barel.
"Kalau kita lihat tahun-tahun sebelumnya, itu dipicu dari tahun 2011-2012 di mana harga minyak mentah mencapai USD 100 per barel atau lebih," buka Jonan di Jakarta, Rabu (24/10/2018).
"Akhirnya keputusan investasinya mengikuti. Refleksinya di tahun 2014-2015, begitu harga minyak turun di tahun 2016, dan 2017 naik lagi, kebutuhan investasinya mulai bangkit lagi. Nantinya refleksinya di tahun 2019 atau 2020," terang pria kelahiran Singapura 55 tahun silam tersebut.
Jonan juga menyampaikan bahwa investasi besar, terutama eksplorasi, jika dilihat dari siklusnya dilakukan di periode setelah harga minyak mengalami kenaikan.
"Jadi ini tidak bisa, ini sering terlambat. Kalau lihat siklusnya itu semua investasi besar, eksplorasi terutama, itu dilakukan di periode di mana setelah harga minyak tinggi. Jadi karena tidak ada yang bisa memprediksi harga minyak berapa, ya kira-kira saja," ungkap Jonan.
Investasi di sektor migas memang tergantung pada harga minyak mentah dunia, namun komitmen untuk eksplorasi migas sekarang sudah besar. Pemerintah pun, tambah Jonan, mendapatkan komitmen eksplorasi hingga USD 2 miliar.
"Kalau migas, ya tergantung harga dunia, semata-mata ini kita tidak bisa kendalikan. Terserah saja investasinya bagaimana. Namun, komitmen untuk eksplorasi sekarang sudah besar. Pemerintah mendapatkan komitmen eksplorasi dengan perpanjangan blok migas termasuk Blok Rokan dan blok lain kira-kira USD 2 miliar. Ini seharusnya bisa digunakan untuk memicu eksplorasi," jelasnya.
Selain sektor migas, Jonan juga menyampaikan bahwa angka investasi di sektor ketenagalistrikan menyesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi dan penggunaan listrik..
Baca Juga: Piala Asia U-19 2018: Indonesia Lolos, Ini Klasemen Akhir Grup A
"Listrik investasinya pasti turun, kalau diharapkan meningkat terus. Itu membangun (pembangkit) berapa besar, kan tidak mungkin itu! Jadi listrik 35.000 megawatt tidak mungkin semua diinvestasikan sampai 2019, karena pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen. Kalau dulu waktu 35.000 MW harus selesai lima tahun, itu pertumbuhan ekonominya 7-8%," terang Jonan.
Maka dari itu, lanjut Jonan, pembangunan pembangkit listrik yang termasuk dalam program 35.000 MW akan diteruskan hingga tahun 2024-2025.
"Penggunaan listrik rata-rata setiap daerah sekitar 1,5 kali pertumbuhan ekonomi. Kalau misalnya pertumbuhan ekonomi 7 persen, ya penggunaan listrik 10,5 persen. Kalau (pertumbuhan ekonomi) 8 persen, ya (penggunaan listrik) 12 persen," ucapnya.
"Tetapi kalau pertumbuhan ekonomi lima persen, maksimum penggunaan listrik 7,5 persen. Kalau dibandingkan beda 3 persen, itu besar sekali! Kalau kapasitas terpasang 60 gigawatt, 3 persen itu 1.800 MW, besar sekali. Jadi ini kita geser sampai 2024-2025, jadi makanya setelah ini akan flat," tandas Jonan.
Berita Terkait
-
Pertamina Klaim Vivo dan BP Siap Lanjutkan Pembicaraan Impor BBM
-
Kementerian ESDM Sebut Pertamax Green 95 Gunakan Etanol!
-
Luhut dan Bahlil Apresiasi Pertemuan PrabowoJokowi, Tanda Kedewasaan Politik
-
Dituding Bahlil Salah Baca Data Subsidi LPG 3 Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Cara Lihatnya yang Beda
-
Disindir soal Subsidi LGP 3Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Pak Bahlil Betul
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Usai BNI, Menkeu Purbaya Lanjut Sidak Bank Mandiri Pantau Anggaran Rp 200 T
-
Bursa Kripto Global OKX Catat Aset Pengguna Tembus Rp550 Triliun
-
Jadi Duta Mobile JKN di Kupang, Pemuda Ini Bagikan Edukasi Memanfaatkan Aplikasi Layanan Kesehatan
-
IHSG Tetap Perkasa di Tengah Anjloknya Rupiah, Ini Pendorongnya
-
Sidak Bank Mandiri, Menkeu Purbaya Mengaku Dimintai Uang Lagi untuk Kredit Properti dan Otomotif
-
Ini Dampak Langsung Kebijakan Menkeu Purbaya Tak Naikkan Cukai Hasil Tembakau
-
Bank Indonesia Dikabarkan Jual Cadangan Emas Batangan 11 Ton, Buat Apa?
-
Rupiah Ditutup Ambruk Hari Ini Terhadap Dolar
-
Pertamina Klaim Vivo dan BP Siap Lanjutkan Pembicaraan Impor BBM
-
Singgung Situasi Global, SBY: Uang Lebih Banyak Digunakan untuk Kekuatan Militer, Bukan Lingkungan