Suara.com - Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkap salah satu kendala dalam pembangunan Ibu Kota Negara baru di Kalimantan Timur ialah banyaknya lahan bekas tambang sehingga membutuhkan reklamasi atas lubang-lubang tersebut.
Menanggapi lahan bekas tambang yang berlubang tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang sekaligus Kepala Badan Pertanahan Nasional/ATR/BPN Sofyan Djalil mengatakan pemerintah tidak akan membangun fasilitas pemerintahan di wilayah tersebut.
"Kami enggak bikin Ibu Kota di atas lahan bekas tambang, kalau yang bekas tambang tersebut nantinya secara teknis mungkin kami akan lakukan reklamasi atau akan jadi bagian dari kolam. Kolam lumpur itu kan semua dari bekas tambang, itu kan bagus," kata Sofyan saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (7/2/2020).
Sofyan pun memastikan pemerintah pusat akan membangun fasiltas dan infrastruktur penunjang Ibu Kota Negara di lahan yang bukan bekas tambang dan dirinya menjamin bahwa pembangunan fasilitas negara seperti gedung-gedung pemerintahan akan akan.
"Aman, kami enggak bangun di daerah itu, luas Ibu Kota itu 260 ribu (hektare), Jakarta kan 60 ribu (hektare), kami enggak bangun Ibu Kota di lahan bekas tambang," tegas Sofyan.
Sebelumnya Menteri Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan terdapat 109 lubang bekas tambang yang berada di wilayah sekitar kawasan calon Ibu Kota Negara.
"Ada 109 lubang tambang, baik dalam skala kecil maupun besar. Butuh biaya besar untuk reklamasi termasuk revegetasi penanaman ulang," kata Suharso saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Kendati demikian Suharso kemudian menyebutkan beberapa opsi dari pemerintah untuk menanggulangi permasalahan tersebut.
Ia menyebut pemerintah akan menggandeng pihak swasta dalam melakukan perbaikan lubang-lubang tersebut. Selain itu, masyarakat lokal juga akan dikerahkan dalam melakukan revegetasi lubang tambang.
Baca Juga: Jokowi soal Ibu Kota Baru: Bukan Apa-apa, Beban di Pulau Jawa Sudah Berat
"Solusinya adalah mengidentifikasi dulu. Dilakukan kerja sama dengan swasta, kemudian penanaman dengan tanaman lokal, pemberdayaan masyarakat lokal dalam reklamasi dan penanaman kembali," ujarnya.
Berita Terkait
-
Menteri-menteri Jokowi Kumpul di Kantor Sri Mulyani Bahas Ibu Kota Baru
-
Jokowi soal Ibu Kota Baru: Bukan Apa-apa, Beban di Pulau Jawa Sudah Berat
-
Calon Ibu Kota Baru Banjir, HNW: Maukah Investor Tetap Investasi?
-
Menkominfo Janjikan Jaringan 5G Hadir di Ibu Kota Baru Indonesia
-
Jamin Tak Seperti Jakarta, Jokowi: Ibu Kota Baru Tidak Ada Banjir dan Macet
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025