Suara.com - Pertumbuhan pasar data center global diperkirakan akan terus melesat hingga 304,87 juta dolar AS pada 2020-2024. Pertumbuhan tercepat pun terjadi di kawasan Asia Pasifik.
Perusahaan pemeringkat saham dan obligasi asal Amerika Serikat S&P merilis studi yang mengungkapkan bahwa kawasan Asia Pasifik akan mencapai peningkatan pasar data center sekitar 10 persen compound annual growth rate (CAGR) pada 2017-2022.
Perencanaan untuk meningkatkan infrastruktur data center dengan pemanfaatan teknologi artificial intelligence (AI) dan otomasi pun semakin menjadi prioritas banyak perusahaan.
Hal tersebut bertujuan untuk mendorong efisiensi operasional dan ketahanan bisnis di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Yana Achmad Haikal mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 mendorong perusahaan semakin tertarik pada teknologi prediktif dan kapabilitas jarak jauh untuk data center mereka.
“Pasalnya, teknologi tersebut mampu membantu departemen teknologi informasi (TI) memprediksi gangguan yang tidak direncanakan. Menurut perusahaan analisis Aberdeen Research, gangguan bisnis berpotensi merugikan perusahaan sekitar 260.000 dolar AS (Rp 3,6 miliar) per jam, tergantung jenis industrinya,” kata Yana dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/1/2021).
Selama bertahun-tahun, AI dan pembelajaran mesin (machine learning) telah mengalami perkembangan signifikan.
Dalam hal data center, algoritma yang telah dibangun untuk otomasi dan pemeliharaan prediktif disempurnakan sehingga memungkinkan departemen TI lebih fokus pada strategi perencanaan dibandingkan mengerjakan tugas yang bersifat rutinitas.
“Algoritma memanfaatkan data historis untuk memprediksi segala gangguan dengan lebih akurat saat pemeliharaan dibutuhkan,” jelas Yana.
Baca Juga: Gandeng Huawei, Hutchison 3 Indonesia Bangun Data Center di Malang
Algoritma tidak hanya dapat memberikan peringatan kepada departemen TI mengenai kemungkinan terjadi kegagalan, sistem cerdas ini juga dapat meminimalisasi kemungkinan kegagalan berkat model pemeliharaan prediktif berbasis data.
“Situasi pandemi menyadarkan perusahaan yang masih mengandalkan staf pendukung data center bahwa kondisi yang tak terduga ini menyebabkan ruang gerak mereka menjadi terbatas dan tidak memiliki visibilitas ke dalam operasional data center,” ujar Yana.
Menurut Yana, perusahaan bisa memanfaatkan platform manajemen berbasis cloud generasi terbaru, seperti EcoStruxure IT with Public API.
Dengan platform tersebut, staf TI dapat mengelola data center dari jarak jauh dan dengan cara yang jauh lebih aman.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Statistik Brutal Dean James: Bek Timnas Indonesia Jadi Pahlawan Go Ahead Eagles di Liga Europa
-
Harga Emas Antam Stagnan, Hari Ini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Poin-poin Utama UU BUMN: Resmi Disahkan DPR RI, Selamat Tinggal Kementerian BUMN
-
LPS soal Indeks Situasi Saat Ini: Orang Miskin RI Mengelus Dada
-
Dean James Cetak Rekor di Liga Europa, Satu-satunya Pemain Indonesia yang Bisa
Terkini
-
BRI Percepat Penyaluran KPR FLPP untuk Dukung Program Perumahan Nasional
-
Harga Emas Antam Stagnan, Hari Ini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Poin-poin Utama UU BUMN: Resmi Disahkan DPR RI, Selamat Tinggal Kementerian BUMN
-
Transisi Energi Bukan Sekadar Teknologi, Tapi Edukasi Generasi Muda
-
LPS soal Indeks Situasi Saat Ini: Orang Miskin RI Mengelus Dada
-
Tekan Emisi Karbon, Swasta Berbondong-bondong Lakukan Ini
-
IHSG Hijau di Awal Sesi, Tapi Sentimen Trump Bisa Buat Anjlok
-
RI jadi Kunci Industri Regional, Mulai Bisnis Kayu Hingga Perangkat Keras
-
Minat Masyarakat untuk Menabung di Bank Turun pada September 2025, Apa Penyebabnya?
-
RI Punya Banyak Keunggulan Jadi Pusat Perdagangan Aset Kripto di Asia Tenggara