Suara.com - Telah lebih dari 1 tahun virus Corona diumumkan masuk ke Indonesia, namun hingga kini, jumlah orang yang terdeteksi virus Covid-19 masih terus bertambah dari hari ke harinya.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan penyebaran virus ini, salah satunya adalah dengan mewajibkan masyarakat untuk melakukan test Covid-19, terutama bagi mereka yang akan melakukan perjalanan jauh.
Bersamaan dengan kewajiban test Covid-19 dari pemerintah tersebut, serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk secara proaktif melakukan tes, mendorong PT Quicktest Laboratorium Indonesia mendirikan Quicktest, sebuah klinik Laboratorium yang memberikan pelayanan kesehatan secara optimal baik kepada individu, kelompok atau perusahaan dalam mendeteksi virus Covid-19 dengan dukungan teknologi RT-PCR model terbaru.
Diresmikan pada 18 Febuari 2021 lalu dan dihadiri oleh beberapa public figure seperti dr. Reisa Broto Asmoro,Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan COVID-19 beserta suami – Tedjodiningrat Broto Asmoro, Dewi Bambang Soesatyo, Nirina Zubir dan suami - Ernest Coklat.
Saat ini Quicktest yang berlokasi di Jl. Prof Dr. Soepomo No. 33 A Tebet, Jakarta Selatan, menyediakan berbagai layanan untuk mendeteksi keberadaan virus Covid-19 di dalam tubuh antara lain, layanan Test Swab PCR, Test Swab Antigen, Rapid Test dan Isothermal Molecular.
Quicktest juga dilengkapi dengan layanan langsung di semua unit Quicktest baik secara langsung (Walk-In) maupun di rumah Anda (Homecare).
Irawati Muklas, atau yang kerap dipanggil Ira, Entrepreneur sekaligus pendiri serta pemilik Avisha Group, yang saat ini merambah ke bisnis layanan kesehatan dengan mengembangkan Quicktest bersama dr. Haekal Anshari M. Biomed (AAM), mengatakan, “Selain masyarakat umum, segmen pasar yang dibidik Quicktest adalah cluster perkantoran. Saat ini QuickTest sudah bisa melayani lebih dari 500 sample per hari, jadi bagi yang ingin memeriksakan kesehatan secara mandiri bisa terlayani secara efektif dengan hasil yang cepat”.
Selain telah menggunakan teknologi terkini yang lebih cepat dan akurat, harga yang dipatok pun tidak terlalu mahal, misalnya saja dengan Test Swab PCR seharga 700 ribu rupiah, seseorang sudah bisa mengetahui hasilnya pada keesokan harinya dan Test Swab Antigen hanya sebesar 180 ribu. Untuk klien-klien korporasi, Quicktest juga memberikan diskon khusus dan sangat kompetitif
Baca Juga: Hari Ini Jokowi ke Bali Lihat Suntik Vaksin COVID-19 ke Gianyar - Denpasar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
Terkini
-
Tarif Ekspor Indonesia ke AS 'Dipangkas' dari 32% ke 19%, Ini Daftar Produk Kebagian 'Durian Runtuh'
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Fenomena Discouraged Workers: Mengapa Jutaan Warga RI Menyerah Cari Kerja?
-
Prabowo Mau Temui Donald Trump, Bahas 'Kesepakatan Baru' Tarif Dagang?
-
Di Balik Tender Offer Saham PIPA Oleh Morris Capital Indonesia
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Geliat Properti Akhir Tahun: Strategi 'Kota Terintegrasi' dan Akses Tol Jadi Magnet Baru
-
AS Incar Mineral Kritis Indonesia demi Diskon Tarif Ekspor Sawit dan Kopi
-
Obral Insentif! ESDM Lelang 8 Blok Migas Tahap III: Ada 'Raksasa' Papua 15 Miliar Barel
-
'Uang Nganggur' di Bank Tembus Rp2.509,4 triliun, OJK Ungkap Penyebabnya