Suara.com - Pemerintah tampaknya mulai serius membenahi benang kusut sistem logistik Tanah Air.
Berdasarkan studi Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), saat ini biaya logistik Indonesia mencapai 25,3 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Angka itu jauh lebih tinggi dari Singapura atau Malaysia, yang hanya sebesar 13 persen dari PDB.
"Negara di seberang kita 13 persen, kita 25,3 persen. Masak beda hampir 10 persen, 9 koma sekian persen," kata Luhut dalam peluncuran Batam Logistic Ecosystem (BLE), Kamis (18/3/2021).
Maka dari itu, pemerintah akan menerapkan sistem National Logistic Ecosystem (NLE), di mana Batam Logistic Ecosystem menjadi salah satu pionirnya.
Sistem ini diharapkan bisa mengurai benang kusut logistik yang membuat logistik RI lebih mahal dari negara tetangga.
"Kita penginnya efisien, itu saja. Jadi ada B2B, G2G, jadi kita semua pengin Indonesia bisa bersaing dari cost," katanya.
Luhut menyatakan, adanya platform sistem logistik ini diharapkan makin membuat kepincut para investor asing untuk datang ke Indonesia.
Pemerintah secara resmi meluncurkan Batam Logistic Ecosystem (BLE) yang merupakan bagian dari National Logistic Economy (NLE) di Batam, tujuan dibentuknya sistem ini demi membuat sistem logistik tanah air lebih kompetitif.
Baca Juga: Batam Logistics Ecosystem Resmi Diluncurkan Hari Ini
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, BLE menjadi pionir dalam penataan sistem logistik nasional. Dia berharap BLE bisa memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
"Kita juga berharap bahwa seluruh kebijakan untuk memperbaiki lingkungan bisnis dan penciptaan kerja seperti yang di amanat Undang-undang Ciptaker itu bisa diterjemahkan secara konkret dalam bentuk yang seperti ini, pembentukan BLE," kata Sri Mulyani dalam acara yang sama.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga menambahkan, sistem ini juga ingin memberikan kepastian usaha kepada para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
"Ini kan bagian dari mengurangi regulasi dan inefisiensi sehingga lebih mudah untuk bisa memberikan kepastian," katanya.
Tak hanya itu, sistem ini juga dialami akan menciptakan koordinasi platform yang lebih solid bagi seluruh kementerian dan lembaga, baik pemerintah pusat, daerah serta dunia usaha.
"Sehingga mereka koordinasinya jauh lebih mudah transparan dan memberi kepastian," kata Sri Mulyani.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Format dan Jadwal Babak Play Off Piala Dunia 2026: Adu Nasib Demi Tiket Tersisa
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
Terkini
-
Cara Mengaktifkan Kembali BPJS Kesehatan setelah Resign, Bisa Lewat Aplikasi atau Offline
-
Triliunan Rupiah Menguap Gegara Bitcoin Anjlok, Ini Fakta-fakta yang Wajib Diketahui
-
BRI Raih 3 Penghargaan di Asia Sustainability Reporting Awards 2025 untuk Kinerja Berkelanjutan
-
Bansos dan BLTS Tahap Dua Cair Pekan Ini, Mensos Ungkap Hasil Verifikasi DTSEN
-
IHSG Loyo di Akhir Perdagangan ke Level 8.300, Diwarnai Aksi Ambil Untung Hari Ini
-
Inovasi Daur Ulang Sampah Plastik BRI Dapat Dukungan Menteri UMKM dan Raffi Ahmad
-
Gubernur BI: Redenominasi Rupiah Perlu Waktu 6 Tahun
-
Hampir Rampung, Ini Kelebihan Kilang Minyak Balikpapan yang dikelola Pertamina
-
Buruh Tolak Kenaikan Upah 3,5 Persen: Masak Naiknya Cuma Rp80 Ribu
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi