Suara.com - Komite pengarah Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak para pembuat kebijakan negara di dunia untuk lebih cermat dalam menghadapi tekanan inflasi selama pemulihan ekonomi pasca wabah virus corona.
Komite Moneter dan Keuangan Internasional (IMFC), yang terdiri dari 24 menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara anggota IMF menyampaikan, negara-negara di dunia harus hati-hati dalam mengeluarkan kebijakan domestik guna menghadapi wabah COVID-19.
“Kami akan terus memprioritaskan pengeluaran kesehatan dan melindungi yang paling rentan, sambil mengalihkan fokus yang sesuai, dari respons krisis ke peningkatan pertumbuhan dan menjaga kesinambungan fiskal jangka panjang,” kata mereka.
Kekhawatiran inflasi disebabkan kemacetan rantai pasokan, harga-harga energi dan komoditas yang lebih tinggi, serta peristiwa cuaca telah menjadi topik perdebatan hangat di pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.
“Bank-bank sentral memantau dinamika harga dengan cermat dan dapat melihat melalui tekanan inflasi yang bersifat sementara. Mereka akan bertindak tepat jika risiko ekspektasi inflasi de-anchoring (guncangan harga jangka pendek dapat mengubah ekspektasi jangka panjang) menjadi konkret,” kata IMFC, merujuk pada bank yang menggunakan alat kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi.
Meski demikian, permintaan ini bisa dianggap cukup melunak karena sebelumnya IMF meminta tindakan yang lebih konkret.
Pembuat kebijakan bergulat dengan pertanyaan inflasi ketika negara-negara kaya bergerak melewati pandemi menuju pemulihan, sementara negara-negara berkembang berjuang dengan varian COVID-19, akses vaksin yang rendah, dan kurangnya sumber daya.
Pengetatan kebijakan moneter yang tiba-tiba di Amerika Serikat atau Eropa dapat mendorong arus keluar dana yang menghancurkan dari negara-negara berkembang, IMF telah memperingatkan.
“Pertanyaan kuncinya adalah mengetahui apakah ini inflasi sementara atau bukan. Tidak ada yang memiliki tanggapan atas pertanyaan kunci itu," Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan kepada wartawan pada Kamis (14/10/2021).
Baca Juga: Ratusan Warga Baduy Divaksin Covid-19, Termasuk Dua Warga Baduy Dalam
Ia menambahkan bahwa dirinya telah mendiskusikannya minggu ini dengan Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde.
Magdalena Andersson, menteri keuangan Swedia yang mengetuai panel IMFC, mengatakan pada konferensi pers bahwa lebih banyak inisiatif diperlukan untuk mengurangi kekurangan barang-barang utama secara global, menambahkan: “Penting bagi kita untuk membuat rantai nilai global bekerja lebih baik daripada saat ini.”
IMFC juga menyerukan komunikasi yang jelas oleh para pembuat kebijakan untuk membatasi dampak negatif lintas negara dan menggunakan alat makroprudensial untuk membatasi kerentanan keuangan.
Pernyataan itu mencatat perbedaan yang tumbuh antara negara-negara kaya dan miskin dalam pemulihan ekonomi dan akses ke vaksin, mencatat bahwa risiko pemulihan cenderung menurun.
Berita Terkait
-
Sumut Tertinggi Angka Kesembuhan Harian Covid-19
-
Aktivitas Warga Mulai Pulih Pasca Penurunan PPKM, Perdagangan dan Rekreasi Paling Ramai
-
EdHeroes Asia Indonesia Chapter Hadir untuk Jawab Tantangan Dunia Pendidikan
-
Turis Asing Masuk Lagi, Satgas Covid-19 Serahkan Tanggung Jawab ke Pemda Bali dan Kepri
-
Pelajaran Ekonomi: Jenis-Jenis Inflasi yang Perlu Diketahui
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen