Suara.com - Garuda Indonesia yang memiliki utang menumpuk hingga Rp 70 triliun menimbulkan tanda tanya besar akan nasibnya yang kini sudah berada di ujung tanduk.
Upaya penyelematan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pun terus digembar-gemborkan, mulai dari restrukturasi hingga perbaikan kinerja operasional penerbangan. Sinyal positif industri penerbangan nasional yang berangsur pulih pun ikut menjadi pegangan Garuda Indonesia untuk bisa bertahan.
"Kami optimistis dengan sinyal positif outlook industri penerbangan nasional di tengah situasi pandemi yang mulai terkendali serta dibukanya sektor pariwisata unggulan Indonesia, menjadi momentum penting dalam langkah langkah perbaikan kinerja yang saat ini hingga ke depannya akan terus kami optimalkan," imbuh manajemen Garuda pada Kamis, 21 Oktober 2021 lalu.
Meski begitu, Garuda Indonesia tak bisa menutup mata bahwa tak sedikit permasalahan yang membelit maskapai BUMN itu, termasuk di antaranya wacana penutupan Garuda Indonesia dan digantikan oleh maskapai Pelita Air.
Stafsus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, tak mengiyakan namun juga tak menampik adanya kabar tersebut. Ia berdalih, negosiasi dengan para lessor dan pihak-pihak yang memiliki piutang adalah fokus utama untuk menyelamatkan Garuda Indonesia.
"Soal opsi mengenai Pelita itu nanti lah ya. Yang utama sebenarnya adalah kita sekarang berusaha, terus berjuang untuk bisa bernegosiasi dengan para lessor, pihak-pihak yang memiliki piutang dengan Garuda," tegasnya kepada wartawan, Senin, 25 Oktober 2021.
Lain Arya, lain pula Dahlan Iskan. Mantan menteri BUMN itu mengatakan, nyawa Garuda bukan berada di tangan para lessor, perusahaan yang menyewakan pesawat kepada Garuda, "Nyawa Garuda Indonesia sebenarnya ada di tangan Pertamina. Bukan di perusahaan penyewa pesawat di Amerika atau Eropa."
Mengapa Pertamina? Melansir dari disway.id, Dahlan menuliskan bahwa Garuda Indonesia selama ini masih akan baik-baik saja sepanjang Pertamina memberinya bahan bakar. Padahal, nilai bahan bakar yang belum dibayar Garuda kepada Pertamina nilainya mencapai Rp12 triliun.
"Misalkan besok pagi Pertamina ambil keputusan: tidak mau lagi kirim bahan bakar ke Garuda. Langsung, semua pesawat Garuda tidak bisa terbang," tegas Dahlan dilansir pada Selasa, 26 Oktober 2021.
Baca Juga: Pertamina Disebut Pegang Kunci Penyelamat Garuda Indonesia dari Belenggu Pailit
Dalam tulisannya, Dahlan mencoba memahami jalan pikiran Pertamina yang tetap mengirim bahan bakar ke Garuda meski menurut Dahlan itu suatu hal yang tidak mungkin dan tidak masuk akal.
Dahlan kemudian menulis, di dalam neraca keuangan, piutang senilai Rp12 triliun itu masuk ke dalam laba dan Pertamina mengalami kerugian pada tahun lalu. Sementara tahun ini, Pertamina membukukan laba senilai Rp13 triliun.
"Tapi, apakah berarti Pertamina punya uang Rp13 triliun? Tidak. Dari laba Rp13 triliun itu yang Rp12 triliun masih nyangkut di Garuda," kata Dahlan.
Bila Rp12 triliun itu terwujud di dalam laba Pertamina, berarti pertamina juga harus membayar pajak penghasilannya. Dahlan berandai, jika besaran pajak itu 30%, Pertamina harus membayar pajak laba yang masih nyangkut sekitar Rp3 triliun.
"Betapa ruginya Pertamina di transaksinya dengan Garuda itu. Atau Pertamina menjual bahan bakar ke Garuda dengan harga lebih mahal, memasukkan risiko ke dalam harga?" tanya Dahlan.
"Tentu hanya Pertamina dan Garuda yang tahu. Tapi mengapa Pertamina terus mengirim bahan bakar ke Garuda? Dugaan saya, ada perintah dari pemegang saham, pemerintah," katanya lagi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
BRI Rebranding Jadi Bank Universal Agar Lebih Dekat dengan Anak Muda
-
Kemenkeu Matangkan Regulasi Bea Keluar Batu Bara, Berlaku 1 Januari 2026
-
Cara Mengurus Pembatalan Cicilan Kendaraan di Adira Finance dan FIFGROUP
-
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras untuk Industri
-
CIMB Niaga Sekuritas Kedatangan Bos Baru, Ini Daftar Jajaran Direksi Teranyar
-
Eri Budiono Lapor: Bank Neo Kempit Laba Rp517 Miliar Hingga Oktober 2025
-
IPO SUPA: Ritel Cuma Dapat 3-9 Lot Saham, Ini Penjelasan Lengkapnya
-
OJK Akan Tertibkan Debt Collector, Kreditur Diminta Ikut Tanggung Jawab
-
Mengenal Flexible Futures Pada Bittime untuk Trading Kripto