Suara.com - Wall Street terpantau melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tertekan kenaikan harga minyak hingga memicu kekhawatiran inflasi yang lebih tinggi.
Sementara, para pemimpin Barat mulai berkumpul di Brussels untuk merencanakan lebih banyak tindakan guna menekan Rusia agar menghentikan konfliknya di Ukraina.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 448,96 poin atau 1,29 persen, menjadi menetap di 34.358,50 poin. Indeks S&P 500 terpangkas 55,37 poin atau 1,23 persen, menjadi berakhir di 4.456,24 poin. Indeks Komposit Nasdaq jatuh 186,22 poin atau 1,32 persen, menjadi ditutup pada 13.922,60 poin.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor keuangan dan perawatan kesehatan masing-masing tergelincir 1,84 persen dan 1,77 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor energi dan utilitas masing-masing menguat 1,74 persen dan 0,17 persen, hanya dua kelompok yang naik.
Menanggapi sanksi Barat yang telah memukul ekonomi Rusia dengan keras, Presiden Vladimir Putin mengatakan Moskow akan meminta pembayaran dalam rubel untuk penjualan gas alam dari negara-negara "tidak bersahabat", sementara pasukannya membom daerah-daerah ibu kota Ukraina, Kyiv, sebulan setelah serangan mereka.
Harga minyak naik 5,0 persen menjadi lebih dari 121 dolar AS per barel dan gas alam berjangka juga melonjak. Meskipun harga minyak yang lebih tinggi menguntungkan saham energi, hal itu berdampak negatif bagi konsumen dan banyak bisnis.
"Masalah geopolitik ini semacam menggantung di pasar," kata Stephen Massocca, wakil presiden senior di Wedbush Securities di San Francisco.
"Kebangkitan harga minyak membuat orang terdiam," katanya, menambahkan, "Perlu ada resolusi dengan Rusia. Itu akan menahan pasar."
Investor khawatir bahwa lonjakan harga-harga energi akan memperumit prospek inflasi dan mengancam pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Duta Besar Rusia: Presiden Vladimir Putin Ingin Berkunjung ke Bali
Awal pekan ini, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi "terlalu tinggi," menambahkan bank sentral AS "akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan kembalinya stabilitas harga."
Penurunan saham hari ini mengikuti serangkaian kenaikan baru-baru ini, karena pasar pulih dari posisi terendah di tengah konflik dan meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi.
Di antara hambatan terbesar hari ini, saham Adobe Inc anjlok 9,3 peren setelah pembuat Photoshop itu pada Selasa (22/3/2022) malam memperkirakan pendapatan dan laba kuartal kedua yang suram dan melihat dampak pada pendapatan fiskal 2022 karena krisis Rusia-Ukraina.
Investor terus menilai prospek suku bunga AS. Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan pada Rabu (23/3/2022) bahwa dia terbuka untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Mei, bergabung dengan pembuat kebijakan lain yang mengatakan demikian.
Pekan lalu, bank sentral AS menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018.
Google milik Alphabet mengatakan akan menghentikan sementara semua iklan yang berisi konten yang mengeksploitasi, menolak, atau memaafkan konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung. Sahamnya turun 1,1 persen.
Berita Terkait
-
Di Tengah Sanksi Internasional, Rusia Berminat Jadi Tuan Rumah Euro 2028
-
Joe Biden Lawatan ke Eropa Bakal Bahas Sanksi Baru untuk Rusia
-
Serukan Perdamaian, Paus Fransiskus: Lebih Banyak Senjata Takkan Akhiri Konflik di Ukraina
-
Tutup 2 Tahun, Rusia Buka Lagi Layanan Visa bagi Pelaku Perjalanan dari Indonesia
-
Duta Besar Rusia: Presiden Vladimir Putin Ingin Berkunjung ke Bali
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya