Suara.com - Harga minyak dunia menguat pada perdagangan hari Senin, karena kekhawatiran pasokan yang didorong penurunan output OPEC, selain itu gonjang-ganjing di Libya dan sanksi terhadap Rusia menambah ketakutan ancaman resesi global yang memukul permintaan.
Disisi lain inflasi zona euro mencapai rekor tertinggi lagi pada Juni, memperkuat kasus kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa yang agresif, sementara sentimen konsumen Amerika Serikat mencapai rekor terendah.
Mengutip CNBC, Selasa (5/7/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melesat USD2,26, atau 2 persen menjadi USD113,89 per barel setelah jatuh lebih dari USD1 di awal perdagangan.
Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melejit USD2,20, atau 2 persen menjadi USD110,63 per barel, dalam volume yang tipis selama liburan Hari Kemerdekaan Amerika.
Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) gagal memenuhi target untuk meningkatkan output pada Juni.
Di Libya, salah satu anggota OPEC mengatakan pihak berwenang menyatakan force majeure di pelabuhan Es Sidr dan Ras Lanuf serta ladang minyak El Feel, Kamis, mengatakan output minyak turun 865.000 barel per hari.
Sementara itu, produksi Ekuador terpukul kerusuhan lebih dari dua minggu yang menyebabkan negara itu kehilangan hampir 2 juta barel produksi.
Menambah potensi tekanan pada pasokan, aksi mogok minggu ini di Norwegia dapat memotong pasokan dari produsen minyak terbesar di Eropa Barat itu, dan mengurangi output minyak secara keseluruhan sekitar 8 persen.
"Latar belakang penurunan pasokan yang meningkat ini bertabrakan dengan kemungkinan kekurangan kapasitas produksi cadangan di antara produsen minyak Timur Tengah," kata Stephen Brennock, analis PVM, merujuk pada kemampuan terbatas produsen untuk memompa lebih banyak minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Lompat Lebih dari 2 Persen Akibat Kurangnya Pasokan
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Senin, meminta kelompok produsen OPEC Plus untuk memproduksi lebih banyak minyak guna mengatasi krisis biaya hidup.
Tahun ini, Brent mendekati rekor tertinggi 2008 sebesar USD147 per barel setelah invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran pasokan.
Melonjaknya harga energi di balik larangan minyak Rusia dan berkurangnya pasokan gas mendorong inflasi ke level tertinggi selama beberapa dekade di sejumlah negara dan memicu kekhawatiran resesi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sinyal Kuat Menkeu Baru, Purbaya Janji Tak Akan Ada Pemotongan Anggaran Saat Ini
-
Lampung Jadi Pusat Energi Bersih? Siap-Siap Gelombang Investasi & Lapangan Kerja Baru
-
Dirut Baru Siap Bawa Smesco ke Masa Kejayaan
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Di Tengah Badai Global, Pasar Obligasi Pemerintah dan Korporasi Masih jadi Buruan
-
Telkomsel, Nuon, dan Bango Kolaborasi Hadirkan Akses Microsoft PC Game Pass dengan Harga Seru
-
Sosok Sara Ferrer Olivella: Resmi Jabat Kepala Perwakilan UNDP Indonesia
-
Wamen BUMN: Nilai Ekonomi Digital RI Capai 109 Miliar Dolar AS, Tapi Banyak Ancaman
-
Netmonk dari PT Telkom Indonesia Berikan Layanan Monitoring Jaringan Mandiri
-
Tantangan Berat Tak Goyahkan PGAS: Catat Laba Bersih Rp2,3 Triliun di Tengah Gejolak Global